MenPAN–RB Prioritaskan Kualitas ASN Imbangi Kemajuan Teknologi
Peran Manusia di Era Teknologi Tetap Tak Tergantikan
MANGUPURA, NusaBali
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin akan memprioritaskan kualitas aparatur sipil negara (ASN) untuk mengimbangi kecanggihan teknologi saat ini, sebagai bagian dari perubahan besar lingkungan global.
“Oleh karena itu ASN ke depan akan kami benahi, kami tingkatkan kualitasnya bukan hanya kuantitas,” katanya usai memberikan pidato dalam Konferensi Lembaga Administrasi Publik Regional Asia Pasifik (EROPA) di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (17/9).
Syafruddin mengatakan Indonesia mengutamakan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan dan pemantauan berkelanjutan. Pertukaran sumber daya manusia termasuk ASN juga diaplikasikan baik dalam tataran antarlembaga pemerintah dan nonpemerintah maupun kerja sama dalam dan luar negeri.
Baru-baru ini, KemenPAN–RB melakukan kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan ASN di negara masing-masing.
Selain kecanggihan teknologi yang berkembang pesat, perubahan besar global saat ini juga terkait dengan revolusi industri 4.0, perang ekonomi negara besar, perubahan iklim, dan perubahan demografi yang dikenal dengan istilah ‘global megatrends’.
Dampak tersebut tidak hanya berimbas kepada lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan administrasi publik, tetapi juga sektor swasta yang dituntut berinovasi untuk mengimbangi perubahan ‘global megatrends’ itu.
Sementara itu, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Adi Suryanto, selaku penyelenggara konferensi itu mengatakan untuk sektor swasta, para pelaku dituntut mengubah cara mereka melakukan bisnis, termasuk membangun strategi dalam menghadapi ‘global megatrends’ itu.
Sedangkan untuk sektor publik dan pemerintahan juga harus merespons baik dengan menjalankan kesempatan yang ada, atau memitigasi risiko yang berpotensi muncul. Inovasi dalam pelayanan publik menjadi salah satu jawaban mengantisipasi perubahan global tersebut.
Konferensi yang digelar 17–20 September 2018 itu dihadiri sekitar 350-an orang yang berasal dari Indonesia, Filipina, Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, Thailand, Iran, Nepal, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, Liberia, Kamboja, dan Afrika Selatan.
Para peserta tersebut merupakan perwakilan lembaga pemerintah, perguruan tinggi, akademisi, dan praktisi di bidang administrasi publik di kawasan Asia Pasifik.
Sementara itu, Chairman Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2018 Shauqi Gombang Aleyandra di sela acara The 10th IHRS di BNDCC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin kemarin mengungkapkan hasil penelitian dari McKinsey Global Institute menyatakan bahwa hanya sekitar 5 persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomatiskan secara penuh.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran manusia sebagai tenaga kerja di era teknologi masih belum dapat tergantikan. Namun, kemampuan manusia untuk dapat bekerja dan beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dielakkan,” ungkapnya.
Dikatakannya, hubungan lain antara manusia dan teknologi merupakan salah satu faktor yang diprediksi akan menjadi kunci kesuksesan dalam kehidupan masa depan. Meski demikian tak berarti akan menghilangkan pekerjaan manusia. Tetap ada pekerjaan oleh manusia yang tak tergantikan oleh teknologi. Goalnya adalah productivity. Tanpa teknologi juga tak akan bisa. Teknologi hadir salah satu fungsinya sebagi efisiensi.
Dengan kehadiran teknologi bukan berarti menghilangkan pekerjaan bagi manusia. Tetapi justru menghadirkan pekerjaan baru. Saat ini ada pekerjaan baru yang lima tahun yang lalu tak ada. “Hingga 30 tahun mendatang pun hanya 15 persen yang benar-benar menggantikan tenaga manusia. Seberapa besar pun majunya teknologi tak akan bisa menggantikan seluruh peran manusia,” kata Shauqi.
Namun yang pasti dengan kehadiran teknologi tentu saja terjadi perubahan-perubahan, misalnya dalam pola desain pekerjaan yang akan berubah. “Siapa yang mengira go jek akan menjadi segini besar? Ini merupakan suatu hal yang baru. Seiring dengan perkembangan teknologi manusianya juga berubah,” ucapnya. *ant, po
“Oleh karena itu ASN ke depan akan kami benahi, kami tingkatkan kualitasnya bukan hanya kuantitas,” katanya usai memberikan pidato dalam Konferensi Lembaga Administrasi Publik Regional Asia Pasifik (EROPA) di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (17/9).
Syafruddin mengatakan Indonesia mengutamakan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan dan pemantauan berkelanjutan. Pertukaran sumber daya manusia termasuk ASN juga diaplikasikan baik dalam tataran antarlembaga pemerintah dan nonpemerintah maupun kerja sama dalam dan luar negeri.
Baru-baru ini, KemenPAN–RB melakukan kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan ASN di negara masing-masing.
Selain kecanggihan teknologi yang berkembang pesat, perubahan besar global saat ini juga terkait dengan revolusi industri 4.0, perang ekonomi negara besar, perubahan iklim, dan perubahan demografi yang dikenal dengan istilah ‘global megatrends’.
Dampak tersebut tidak hanya berimbas kepada lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan administrasi publik, tetapi juga sektor swasta yang dituntut berinovasi untuk mengimbangi perubahan ‘global megatrends’ itu.
Sementara itu, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Adi Suryanto, selaku penyelenggara konferensi itu mengatakan untuk sektor swasta, para pelaku dituntut mengubah cara mereka melakukan bisnis, termasuk membangun strategi dalam menghadapi ‘global megatrends’ itu.
Sedangkan untuk sektor publik dan pemerintahan juga harus merespons baik dengan menjalankan kesempatan yang ada, atau memitigasi risiko yang berpotensi muncul. Inovasi dalam pelayanan publik menjadi salah satu jawaban mengantisipasi perubahan global tersebut.
Konferensi yang digelar 17–20 September 2018 itu dihadiri sekitar 350-an orang yang berasal dari Indonesia, Filipina, Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, Thailand, Iran, Nepal, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, Liberia, Kamboja, dan Afrika Selatan.
Para peserta tersebut merupakan perwakilan lembaga pemerintah, perguruan tinggi, akademisi, dan praktisi di bidang administrasi publik di kawasan Asia Pasifik.
Sementara itu, Chairman Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2018 Shauqi Gombang Aleyandra di sela acara The 10th IHRS di BNDCC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin kemarin mengungkapkan hasil penelitian dari McKinsey Global Institute menyatakan bahwa hanya sekitar 5 persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomatiskan secara penuh.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran manusia sebagai tenaga kerja di era teknologi masih belum dapat tergantikan. Namun, kemampuan manusia untuk dapat bekerja dan beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dielakkan,” ungkapnya.
Dikatakannya, hubungan lain antara manusia dan teknologi merupakan salah satu faktor yang diprediksi akan menjadi kunci kesuksesan dalam kehidupan masa depan. Meski demikian tak berarti akan menghilangkan pekerjaan manusia. Tetap ada pekerjaan oleh manusia yang tak tergantikan oleh teknologi. Goalnya adalah productivity. Tanpa teknologi juga tak akan bisa. Teknologi hadir salah satu fungsinya sebagi efisiensi.
Dengan kehadiran teknologi bukan berarti menghilangkan pekerjaan bagi manusia. Tetapi justru menghadirkan pekerjaan baru. Saat ini ada pekerjaan baru yang lima tahun yang lalu tak ada. “Hingga 30 tahun mendatang pun hanya 15 persen yang benar-benar menggantikan tenaga manusia. Seberapa besar pun majunya teknologi tak akan bisa menggantikan seluruh peran manusia,” kata Shauqi.
Namun yang pasti dengan kehadiran teknologi tentu saja terjadi perubahan-perubahan, misalnya dalam pola desain pekerjaan yang akan berubah. “Siapa yang mengira go jek akan menjadi segini besar? Ini merupakan suatu hal yang baru. Seiring dengan perkembangan teknologi manusianya juga berubah,” ucapnya. *ant, po
Komentar