nusabali

Ratusan Peneliti Muda Bertemu di Sanur

  • www.nusabali.com-ratusan-peneliti-muda-bertemu-di-sanur

Tim peneliti SMAK Harapan Denpasar dengan bangga memamerkan karya pembuatan batako dari sampah organik yakni sisa canang.

25 Siswa Denpasar Ikut Serta di Ajang  IYIA 2018

DENPASAR, NusaBali
Kemampuan siswa-siswi Kota Denpasar dalam berinovasi menciptakan berbagai teknologi tepat guna telah terbukti di berbagai ajang tingkat nasional maupun internasional. Seperti pada Rabu (19/9) saat dibukanya Internasional Young Inventure Award (IYIA) Ke-5 Tahun 2018 di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar.

Tercatat sekitar 25 siswa-siswi baik tingkat SMP, SMA/SMK di Kota Denpasar ikut ambil bagian di dalamnya. Event internasional tempat bertemunya para peneliti muda untuk saling bertukar pikiran dan menunjukkan karyanya ini akan diselenggarakan dari tanggal 19-22 September 2018.

Di tahun ini, Internasional Young Inventure Award 2018 diikuti oleh 317 tim peneliti muda dari 15 negara. Pembukaan acara ini dihadiri langsung Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Asisten Administrasi Umum I Gusti Ngurah Eddy Mulya.

Walikota Rai Mantra dalam sambutannya mengucapkan selamat datang di Kota Denpasar bagi para delegasi negara- negara peserta Internasional Young Inventure Award 2018.

Dikatakan, Kota Denpasar merupakan kota dimana seni, kepariwisataan dan kreatifitas di tengah-tengah masyarakat berjalan seimbang dalam harmoni sebagai kota cerdas. Digelarnya event ini menjadi kesempatan emas bagi peneliti-peneiti muda untuk mengembangakan hasil penemuannya secara berkelanjutan terutama yang bermuatan kearifan lokal. "Kemungkinan bagi Pemkot Denpasar dalam bekerjasama mengembangkan hasil-hasil penemuan peneliti muda ini tentu saja nantinya dapat bermanfaat yang berujung pada meningkatnya indeks kebahagiaan masyarakat,” ujar Rai Mantra.

Director of Training and Innovation Development Indonesian Invention And Innovation Promotion Asociation, Windani Tiarahmawati menjelaskan bahwa Internasional Young Inventure Award telah memasuki tahun kelima pelaksanaannya. “Peneliti muda perwakilan dari negara Indonesia berjumlah 131 dan 117 peserta dari berbagai negara lainnya. 25 diantaranya berasal dari sekolah- sekolah di Kota Denpasar. 131 peneliti muda Indonesia ini berasal dari sekitar 50 institusi,” ujarnya.

Tujuan pelaksanaan event ini, kata dia, untuk mempromosikan dan mempublikasikan karya-karya para peneliti muda ke masyarakat luas agar dapat dirasakan kemanfaatannya. “Harapannya tentu semakin tahun karya peneliti muda yang kami hadirkan semakin bertambah dan semakin banyak pemerintah kota/kabupaten yang tertarik menjalin kerjasama pengembangan hasil penelitian ini dan memberikan dukungan didalamnya” ungkapnya.

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan, Pemerintah Kota Denpasar sangat yakin kunci dari pembangunan adalah pengembangan sumber daya manusia berbasis kreativitas. Semua item dalam ekonomi kreatif ingin digerakkan secara maksimal oleh Pemerintah Kota Denpasar sebagai pendukung  pertumbuhan ekonomi.

Karena Riset dan Developmentadalah salah satu bagian dari ekonomi kreatif, Pemkot telah banyak merintis pengembangan riset dan teknologi di sekolah- sekolah. “Pola riset serupa yang ditampilkan dalam event ini telah dirintis oleh Walikota Denpasar dan telah dibuatkan event serupa oleh Pemkot Denpasar. Kedepan diharapkan ada semacam aspek legal yang bisa dimanfaatkan seperti melakukan MoU penyelenggaraan event dan pemanfaatan hasil riset untuk semakin mendayagunakan peneliti muda di Kota Denpasar”ujar Edy Mulya.

Sharon, salah satu peserta dari tim peneliti SMAK Harapan Denpasar dengan karyanya pembuatan batako dari sampah organik menjelaskan tentang penemuan yang telah dikembangkan sejak 2 tahun belakangan. “Sampah organiknya adalah sisa sarana upacara yang berupa canang yang sudah selesai digunakan, penelitian ini tercetus karena melihat banyaknya sisa pemakaian canang tidak dimanfaatkan,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikannya, keunggulan produk ini adalah bahan baku lebih mudah didapatkan, dapat meredam bunyi sebesar 42,2 persen lebih besar dari batako biasa karena berpori serta lebih ramah lingkungan. “Dengan perkiraan tersedianya ratusan meter kubik sisa canang sebagai bahan baku setiap harinya dapat kira-kira memproduksi batako ini sesuai standar produksi batako biasa. Tentu kami sangat senang dapat ikut serta dalam event ini dan tentu berharap hasil penelitian kami dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” ujarnya. *mi

Komentar