Didorong, Pendirian Sekolah Hindu di Buleleng
Bali dinilai mengalami krisis guru agama Hindu, sehingga sekolah bernafaskan Hindu harus segera diwujudkan.
SINGARAJA, NusaBali
Komisi III DPRD Bali mendorong Pemprov Bali secepatnya mewujudkan pendirian sekolah-sekolah bernafaskan Agama Hindu. Masalahnya, Bali sudah cukup lama mengalami krisis guru Agama Hindu. “Ini (sekolah Agama Hindu,red) sebenarnya sudah lama kita impikan. Karena Bali ini cukup lama krisis Guru Agama Hindu. Dan kebetulan Gubernur Bali yang baru, sudah memprogramkan pendirian sekolah-sekolah bernafaskan Hindu. Jadi kita dorong bisa segera diwujudkan itu,” kata anggota Komisi III DPRD Bali, Ketut Kariasa Adnyana saat memberi kuliah umum di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Singaraja, Kamis (20/9).
Kariasa Adnyana mengaku sangat bersyukur di Singaraja sudah berdiri perguruan tinggi STAHN Mpu Kuturan, yang nantinya dapat melahirkan seorang pendidik, guru, atau tenaga profesional di bidang Agama Hindu. Sehingga diharapkan, program Gubernur Bali mendirikan sekolah-sekolah bernafaskan Hindu mulai dari SD, SMP hingga SMA, dapat segera diwujudkan.
“Untuk tingkat perguruan tinggi STAHN Mpu Kuturan ini sebagai pelopor sekolah Hindu di Bali. Kami harapkan nanti, sekolah seperti ini lebih banyak ada di Bali. Selain dapat menguatkan karakter Bali, ke depannya kita tidak krisis guru Agama Hindu,” ungkap politisi PDIP asal Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Kariasa Adnyana secara khusus diundang untuk memberikan kuliah umum kepada mahasiswa STAHN. Dalam perkuliahan itu, Kariasa Adnyana mengingkan agar mahasiswa mampu tampil sebagai pengerak sekaligus interpreneur. “Bali ini minoritas, maka salah satu usaha agar Bali dapat berbicara di tingkat Nasional adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jadi kuliah itu tidak sekadar formalitas mencari ijazah, tetapi kelak ketika lulus harus mampu tampil sebagai penggerak di segala bidang,” kata Kariasa Adnyana yang mencalonkan diri ke DPR RI di Pileg 2019.
Sementara Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, I Made Suweta mengatakan, sejak STAHN resmi didirikan tahun 2016, animo masyarakat yang ingin kuliah sangat tinggi. Animo itu tidak saja datang dari Bali, juga ada dari luar Bali, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi dan provinsi lainnya, dengan jumlah mahasiswa sudah 800 orang. “Jumlah mahasiswa STAHN sekarang cukup banyak, jadi perkuliahan mulai pagi sampai malam, karena ruang perkuliahan itu masih terbatas. Disamping itu, asrama juga belum kami miliki, karena kita menerima mahasiswa kurang mampu juga,” ungkapnya.
Suweta berharap, kedepannya STAHN Mpu Kuturan Singaraja dapat menghasilkan SDM yang berkualitas yang dapat menjaga Bali dan mengamalkan ajaran Agama Hindu. *k19
Kariasa Adnyana mengaku sangat bersyukur di Singaraja sudah berdiri perguruan tinggi STAHN Mpu Kuturan, yang nantinya dapat melahirkan seorang pendidik, guru, atau tenaga profesional di bidang Agama Hindu. Sehingga diharapkan, program Gubernur Bali mendirikan sekolah-sekolah bernafaskan Hindu mulai dari SD, SMP hingga SMA, dapat segera diwujudkan.
“Untuk tingkat perguruan tinggi STAHN Mpu Kuturan ini sebagai pelopor sekolah Hindu di Bali. Kami harapkan nanti, sekolah seperti ini lebih banyak ada di Bali. Selain dapat menguatkan karakter Bali, ke depannya kita tidak krisis guru Agama Hindu,” ungkap politisi PDIP asal Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Kariasa Adnyana secara khusus diundang untuk memberikan kuliah umum kepada mahasiswa STAHN. Dalam perkuliahan itu, Kariasa Adnyana mengingkan agar mahasiswa mampu tampil sebagai pengerak sekaligus interpreneur. “Bali ini minoritas, maka salah satu usaha agar Bali dapat berbicara di tingkat Nasional adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jadi kuliah itu tidak sekadar formalitas mencari ijazah, tetapi kelak ketika lulus harus mampu tampil sebagai penggerak di segala bidang,” kata Kariasa Adnyana yang mencalonkan diri ke DPR RI di Pileg 2019.
Sementara Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, I Made Suweta mengatakan, sejak STAHN resmi didirikan tahun 2016, animo masyarakat yang ingin kuliah sangat tinggi. Animo itu tidak saja datang dari Bali, juga ada dari luar Bali, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi dan provinsi lainnya, dengan jumlah mahasiswa sudah 800 orang. “Jumlah mahasiswa STAHN sekarang cukup banyak, jadi perkuliahan mulai pagi sampai malam, karena ruang perkuliahan itu masih terbatas. Disamping itu, asrama juga belum kami miliki, karena kita menerima mahasiswa kurang mampu juga,” ungkapnya.
Suweta berharap, kedepannya STAHN Mpu Kuturan Singaraja dapat menghasilkan SDM yang berkualitas yang dapat menjaga Bali dan mengamalkan ajaran Agama Hindu. *k19
1
Komentar