Unspoken - Bali Poetry Slam Jelajahi Bali Utara
Kegiatan komunitas sastra, seni, dan merayakan puisi yakni Unspoken - Bali Poetry Slam ke-3 bakal diselenggarakan di Rumah Belajar Komunitas Mahima.
SINGARAJA, NusaBali
Kegiatan komunitas sastra, seni, dan merayakan puisi yakni Unspoken - Bali Poetry Slam ke-3 bakal diselenggarakan di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jalan Pantai Indah III/46 Singaraja, Sabtu (29/9) mendatang. Selain ingin memberikan ruang apresiasi untuk puisi, Unspoken-Bali Poetry Slam juga akan menyuarakan isu-isu yang umumnya sulit diungkapkan sebagai tema puisi pada setiap penyelenggaraannya.
Kegiatan ini berbasis komunitas sastra dan seni dan merayakan puisi sebagai program utama, yang diadakan setiap tiga bulan. Pada penyelenggaraan kegiatan tersebut, nantinya akan turut dimeriahkan oleh penyair-penyair dari Bali dan Jakarta. Sebut saja Sonia Piscayanti, Putri Minangsari, Doni Marmer serta persembahan musikalisasi puisi dari Teater Kampus Seribu Jendela dari Universitas Pendidikan Ganesha.
Poetry Slam atau Adu Puisi adalah konsep pembacaan puisi yang pertama kali diadakan di Amerika Serikat. Acara Bali Poetry Slam ini dirintis sejak akhir 2017 oleh Virginia Helzainka, Doni Marmer, dan Trifitri Muhammaditta dengan mengambil tajuk “Unspoken Freedom”. Tema kebebasan dipilih karena tidak sedikit orang yang masih merasa tidak bebas dalam berekspresi, bersuara atau bahkan dalam bersikap dan menjadi diri sendiri baik di ruang publik atau di lingkup orang terdekat. Lalu pada bulan Maret lalu, ketiga pendiri kegiatan ini mengangkat tajuk “Unspoken Anxiety” dan “Unspoken Lust” pada Juni.
Kini, memasuki akhir bulan September, tema yang diangkat di atas panggung Unspoken - Bali Poetry Slam bertujuan untuk menjadi ruang nyaman untuk mengucapkan yang tak terungkapkan, tanpa prasangka, dan bebas melepaskan hasrat dalam bentuk puisi. Nama ‘Unspoken’ atau ‘Yang Tak Terungkapkan’ pun menjadi nama resmi komunitas dan acara adu puisi ini.
Dalam acara tersebut, para pembaca puisi menyerukan karya orisinalnya kepada audiens selama maksimal tiga menit tanpa menggunakan properti. Juri dipilih dari barisan penonton yang kemudian akan memberikan skor dengan rentang nilai 1 sampai dengan 9. Sebanyak 15 slammers atau pembaca puisi akan diberi kesempatan untuk membacakan karya orisinalnya di atas panggung. Audiens turut merespons puisi secara leluasa dengan memetikan jari. Gerakan tersebut diartikan sebagai persetujuan penonton akan makna dan keindahan puisi yang dibacakan.
Penampil terbaik pertama membawa pulang satu tiket Ubud Writers & Readers Festival 2018 serta satu tiket Supreme Pass dari Minikino Film Week 4. Sedangkan penampil terbaik kedua pulang dengan tiket Supreme Pass dari Minikino Film Week 4 dan 1 Buku terbitan Mahima Institute Indonesia.
Selain para peserta, penyair tamu, dan hiburan menyelingi acara pada awal, pertengahan, dan akhir acara untuk menjaga suasana tetap segar, hangat, dan semangat. Pada penghujung acara, akan dipilih dua penampil terbaik yang kemudian akan maju pada babak final Poetry Slam pada akhir tahun 2018 bersama penampil terbaik lain di Poetry Slam sebelumnya.
Setelah sukses menggelar acara di Komunitas Mahima Singaraja, Unspoken - Bali Poetry Slam rencananya akan kembali diselenggarakan pada bulan November mendatang di Ubud dimana para pembaca terbaik akan bertemu kembali untuk Slammer of The Year 2018.
1
Komentar