Pedagang Senggol 'Kuasai' Terminal Subagan
Sebanyak 112 pedagang ‘kuasai’ Terminal Subagan di Jalan Gunung Agung Amlapura untuk pasar senggol. Mereka mengubah fungsi terminal jadi pasar senggol sejak Mei 2017 atau selama 16 bulan.
AMLAPURA, NusaBali
Para pedagang membangun tempat jualan secara permanen, bukannya bongkar pasang seperti di pasar senggol pada umumnya. Bahkan para pedagang menempati lahan secara gratis. Sejumlah pedagang mengakui menempati lahan jualan dengan membangun tempat jualan secara permanen. Mereka jualan mulai pukul 13.00 Wita-21.00 Wita. “Kami tidak menyewa tempat,” jelas Ni Wayan Suartini pedagang dari Banjar Pakel, Desa/Kecamatan Bebandem, yang jualan di Pasar Senggol di Terminal Subagan, Senin (24/9). Suartini mengaku hanya dikenakan uang keamanan Rp 4.000 per hari, uang kebersihan Rp 2.000 per hari, dan parkir Rp 1.000. “Tempat jualan kami bangun sendiri,” tambah penjual janur ini.
Pedagang lainnya, I Gusti Ayu Tirta, mengaku merasa lebih nyaman jualan di Terminal Subagan karena tidak terganggu kendaraan yang lalu lalang. “Kami jualan ke sini karena ada instruksi pemerintah,” ungkap penjual canang itu. Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, I Gusti Ngurah Suarta, mengatakan semula direlokasi 112 pedagang dari parkir Pasar Pagi Subagan ke Terminal Subagan karena parkir Pasar Pagi Subagan dikhususkan untuk parkir. Apalagi tengah dilakukan penataan dengan memasang paping agar parkir lebih rapi.
Gusti Ngurah Suarta menuturkan mengawali koordinasi dengan Dinas Perhubungan kemudian dikasi pinjam di Terminal Subagan untuk para pedagang senggol. “Mengenai pedagang membangun tempat jualan secara permanen, bukan bongkar pasang, tanyakan ke Dinas Perhubungan,” pinta Gusti Ngurah Suarta. Sedangkan Kepala Dinas Perhubungan, Ida Bagus Putu Suastika, mengakui telah mengizinkan penggunaan Terminal Subagan untuk Pasar Senggol. Sehingga dengan demikian, di Terminal Subagan ramai aktivitas dikunjungi kendaraan.
Diakui, aktivitas pasar senggol semestinya bongkar pasang, ternyata pedagang membangun tempat jualan permanen. “Nanti kami sosialisasikan kepada para pedagang,” katanya. Sebab, mulai pagi hingga siang hari Terminal Subagan digunakan untuk aktivitas angkutan umum. Sedangkan sore hari hingga malam digunakan untuk Pasar Senggol. “Makanya diberlakukan bongkar pasang. Nanti kami sosialisasikan lagi,” tambahnya. Syukurnya aktivitas terminal sepi, tempat untuk pasar senggol di bagian bawah yang tidak pernah dilewati angkutan umum. *k16
Para pedagang membangun tempat jualan secara permanen, bukannya bongkar pasang seperti di pasar senggol pada umumnya. Bahkan para pedagang menempati lahan secara gratis. Sejumlah pedagang mengakui menempati lahan jualan dengan membangun tempat jualan secara permanen. Mereka jualan mulai pukul 13.00 Wita-21.00 Wita. “Kami tidak menyewa tempat,” jelas Ni Wayan Suartini pedagang dari Banjar Pakel, Desa/Kecamatan Bebandem, yang jualan di Pasar Senggol di Terminal Subagan, Senin (24/9). Suartini mengaku hanya dikenakan uang keamanan Rp 4.000 per hari, uang kebersihan Rp 2.000 per hari, dan parkir Rp 1.000. “Tempat jualan kami bangun sendiri,” tambah penjual janur ini.
Pedagang lainnya, I Gusti Ayu Tirta, mengaku merasa lebih nyaman jualan di Terminal Subagan karena tidak terganggu kendaraan yang lalu lalang. “Kami jualan ke sini karena ada instruksi pemerintah,” ungkap penjual canang itu. Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, I Gusti Ngurah Suarta, mengatakan semula direlokasi 112 pedagang dari parkir Pasar Pagi Subagan ke Terminal Subagan karena parkir Pasar Pagi Subagan dikhususkan untuk parkir. Apalagi tengah dilakukan penataan dengan memasang paping agar parkir lebih rapi.
Gusti Ngurah Suarta menuturkan mengawali koordinasi dengan Dinas Perhubungan kemudian dikasi pinjam di Terminal Subagan untuk para pedagang senggol. “Mengenai pedagang membangun tempat jualan secara permanen, bukan bongkar pasang, tanyakan ke Dinas Perhubungan,” pinta Gusti Ngurah Suarta. Sedangkan Kepala Dinas Perhubungan, Ida Bagus Putu Suastika, mengakui telah mengizinkan penggunaan Terminal Subagan untuk Pasar Senggol. Sehingga dengan demikian, di Terminal Subagan ramai aktivitas dikunjungi kendaraan.
Diakui, aktivitas pasar senggol semestinya bongkar pasang, ternyata pedagang membangun tempat jualan permanen. “Nanti kami sosialisasikan kepada para pedagang,” katanya. Sebab, mulai pagi hingga siang hari Terminal Subagan digunakan untuk aktivitas angkutan umum. Sedangkan sore hari hingga malam digunakan untuk Pasar Senggol. “Makanya diberlakukan bongkar pasang. Nanti kami sosialisasikan lagi,” tambahnya. Syukurnya aktivitas terminal sepi, tempat untuk pasar senggol di bagian bawah yang tidak pernah dilewati angkutan umum. *k16
1
Komentar