Tepis Mitologi Sebagai Tukad Mala
Dominan sepanjang DAS Petanu memiliki topografi curam dan terjal.
Balai Arkeologi Teliti DAS Petanu
GIANYAR, NusaBali
Balai Arkeologi (Balar) Wilayah Bali, NTB, NTT melakukan penelitian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Petanu, Gianyar. Bagian hulu Tukad Petanu berada di Kecamatan Kintamani, dan hilirnya di Pantai Saba dengan panjang aliran tukad Petanu sekitar 46 kilometer lebih. Penelitian dipimpin Kepala Balar Drs I Gusti Made Suarbawa, selama 17 hari mulai 10 September - 27 September 2018.
Sebagian temuan hasil penelitian, disampaikan dalam diseminasi penelitian hidro arkeologi DAS Petanu kepada sejumlah pelajar di Gedung Plut-KUMKM Gianyar di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Selasa (25/9). Diseminasi dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Gianyar I Gusti Ngurah Wijana. Dikatakan, penelitian terhadap DAS Petanu yang hulunya di daerah Kintamani ini memang tidak mudah. Sebab dominan sepanjang DAS Petanu memiliki topografi curam dan terjal. Namun demikian, tim Balar Bali yang menerjunkan dua peneliti muda berkomitmen untuk mengetahui lebih jauh terkait DAS Petanu. Termasuk di antaranya menepis mitos bahwa aliran air DAS Petanu dikenal sebagai aliran mala atau berbahaya.
Menurut Suarbawa, kata ‘mala’ tidak semestinya dimaknai sebagai hal buruk. “Dalam konteks lontar Usana Bali, Petanu disebut sungai mala. Tapi jangan diartikan sedemikian saja. Karena ‘mala’ bisa berarti berisiko seperti tebing curam, artikan mengandung energi yang besar. Di sepanjang aliran sungai juga terdapat cukup banyak patirtan dan pertapaan yang menyucikan aliran,” jelasnya.
Dijelaskan, DAS Tukad Petanu alirannya melintasi dua kabupaten yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar.
Penelitian yang dilakukan oleh tim, di antaranya menelusuri pengelolaan air terhadap tinggalan arkeologi di DAS Petanu. “Kami mencari bukti kearifan lokal bagaimana air dapat berfungsi bermakna dalam konteks arkeologi itu sendiri,” jelasnya.
Setelah diseminasi ini, tim dari Balar akan membuat laporan tertulis sehingga dapat bermanfaat bagi banyak kalangan, termasuk Pemkab Gianyar. Karena Pemkab berharap DAS Petanu bisa mengikuti jejak langkah DAS Pakerisan yang saat ini terus ditata sebagai objek wisata.
Harapan itu disampaikan Kepala Disbud Gianyar I Gusti Ngurah Wijana saat membuka acara. Diungkapkan, Kabupaten Gianyar punya cukup banyak tinggalan sejarah purbakala. Namun DAS Petanu yang penuh historis, nyaris terlupakan. “Saya apresiasi pada tim peneliti dari Balar. Karena hampir terlupakan keberadaan sungai petanu yang memiliki histori luar biasa,” ujarnya.
Tak dipungkiri, kata dia, nyaris terlupakannya DAS Petanu karena dari sejumlah sungai yang mengalir di wilayah Gianyar, DAS Petanu termasuk paling dalam, curam, dan terjal. “Ketika Sungai Petanu dikenal bermitor sunagi mala, kali ini malah terjamah oleh peneliti. Mudah-mudahan setelah penelitian ini, DAS Petanu semakin dikenal lalu mengikuti jejak DAS Pakerisan yang sudah diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia termasuk beberapa situs yang ada di sepanjang aliran,” jelasnya. *nvi
1
Komentar