BI Bali Kembangkan Pertanian
Klaster itu terutama mengembangkan lima komoditas utama yaitu bawang merah, bawang putih, cabe merah, beras, dan daging sapi.
Upaya Menekan Laju Impor dan Inflasi
SINGARAJA, NusaBali
Bank Indonesia hingga triwulan kedua 2018 mengembangkan 211 klaster pertanian, terutama komoditas yang harganya kerap bergejolak. Hal itu sebagai mendorong pengendalian inflasi termasuk menekan impor.
"Klaster itu terutama mengembangkan lima komoditas utama yaitu bawang merah, bawang putih, cabe merah, beras, dan daging sapi," kata Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Pusat Yunita Resmi Sari, saat menghadiri panen perdana bawang putih, di Desa Wanagiri, Buleleng, Bali, Selasa (25/9).
Di Bali, BI mengembangkan dua hektare lahan percontohan bawang putih oleh Kelompok Tani Manik Pertiwi di Desa Wanagiri, Buleleng. Panen perdana UMKM binaan BI Bali itu memberikan hasil sekitar 7 ton per hektare atau melampaui hasil panen di tujuh pengembangan itu.
Menurut Yunita, program pengembangan klaster untuk pengendalian inflasi BI dilaksanakan 46 kantor perwakilan di daerah, melalui sinergi dengan pemerintah daerah Menurutnya, pengembangan klaster tersebut memanfaatkan lahan hampir mencapai 10 ribu hektare dengan menyerap 32.148 tenaga kerja.
Tidak hanya memberikan pembinaan para petani, BI juga memberikan akses pasar. Salah satunya perusahaan besar yang menerima produk UMKM binaan bank sentral itu, yakni komoditas bawang putih.
Khusus komoditas bawang putih, BI memiliki delapan klaster yang dikembangkan tujuh kantor perwakilan dengan memanfaatkan lahan seluas 408 hektar, menyerap sekitar 1.697 tenaga kerja dan produksi mencapai 1.000 ton.
Tujuh wilayah yang mengembangkan komoditas bawang putih tersebut, lanjut dia, Lhokseumawe, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Tegal, Purwokerto, Solo, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Namun area penanaman bawang putih terluas, kata Yunia , di Jawa Tengah, yang mencapai 260 hektare. Namun produktivitas tertinggi dicapai klaster di Tegal yaitu 5 ton per hektar. Sementara klaster lainnya, lanjut dia rata-rata menghasilkan produktivitas 3-4 ton per hektare.
Dengan demikian diharapkan Indonesia mewujudkan kemandirian komoditas pertanian seperti bawang putih mengingat, Juni 2018, tercatat volume impor bawang putih mencapai 177.644 ton. Sebagian besar dari China yang memasuki pasar Indonesia. *ant
SINGARAJA, NusaBali
Bank Indonesia hingga triwulan kedua 2018 mengembangkan 211 klaster pertanian, terutama komoditas yang harganya kerap bergejolak. Hal itu sebagai mendorong pengendalian inflasi termasuk menekan impor.
"Klaster itu terutama mengembangkan lima komoditas utama yaitu bawang merah, bawang putih, cabe merah, beras, dan daging sapi," kata Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Pusat Yunita Resmi Sari, saat menghadiri panen perdana bawang putih, di Desa Wanagiri, Buleleng, Bali, Selasa (25/9).
Di Bali, BI mengembangkan dua hektare lahan percontohan bawang putih oleh Kelompok Tani Manik Pertiwi di Desa Wanagiri, Buleleng. Panen perdana UMKM binaan BI Bali itu memberikan hasil sekitar 7 ton per hektare atau melampaui hasil panen di tujuh pengembangan itu.
Menurut Yunita, program pengembangan klaster untuk pengendalian inflasi BI dilaksanakan 46 kantor perwakilan di daerah, melalui sinergi dengan pemerintah daerah Menurutnya, pengembangan klaster tersebut memanfaatkan lahan hampir mencapai 10 ribu hektare dengan menyerap 32.148 tenaga kerja.
Tidak hanya memberikan pembinaan para petani, BI juga memberikan akses pasar. Salah satunya perusahaan besar yang menerima produk UMKM binaan bank sentral itu, yakni komoditas bawang putih.
Khusus komoditas bawang putih, BI memiliki delapan klaster yang dikembangkan tujuh kantor perwakilan dengan memanfaatkan lahan seluas 408 hektar, menyerap sekitar 1.697 tenaga kerja dan produksi mencapai 1.000 ton.
Tujuh wilayah yang mengembangkan komoditas bawang putih tersebut, lanjut dia, Lhokseumawe, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Tegal, Purwokerto, Solo, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Namun area penanaman bawang putih terluas, kata Yunia , di Jawa Tengah, yang mencapai 260 hektare. Namun produktivitas tertinggi dicapai klaster di Tegal yaitu 5 ton per hektar. Sementara klaster lainnya, lanjut dia rata-rata menghasilkan produktivitas 3-4 ton per hektare.
Dengan demikian diharapkan Indonesia mewujudkan kemandirian komoditas pertanian seperti bawang putih mengingat, Juni 2018, tercatat volume impor bawang putih mencapai 177.644 ton. Sebagian besar dari China yang memasuki pasar Indonesia. *ant
1
Komentar