Yachter Mancanegara Belajar Seni Budaya di Desa Menyali
Sebanyak 89 orang yachter dari 24 negera di dunia yang ikut dalam Rally Yacht 2018, yang dirangkaikan dengan gelaran Lovina Festival VII, diajak mengunjungi Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng, Kamis (27/9).
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan orang asing ini menyempatkan diri singgah di Buleleng selain menikmati keindahan alam, seni dan budaya, mereka juga turun tangan langsung ikut dalam rangkaian daily activity karma Desa Menyali. Seluruh rombongan yachter langsung disambut dengan sejumlah pertunjukan kesenian, seperti tari-tarian dan juga ‘Janger Menyali’ tarian janger khas Buleleng. Selain itu dalam promosi wisata Kabupaten Buleleng juga dipertunjukkan cara membuat sejumlah kerajinan khas Bali, di antaranya membuat bokor, menganyam klangsah, mengukir buah, hingga majejaitan. Selain itu juga ada demo memasak sejumlah makanan khas Bali, seperti membuat jaja laklak, sate,dan pepes.
Dari kegiatan yang berlangsung tiga jam dan dipusatkan di Ashram The Sunas Menyali melibatkan 500 warga desa, disambut antusias oleh wisatawan peserta yacht. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang turun langsung untuk menuang adonan dan belajar manganyam.
Seorang yachter asal Swiss, Edyn saat dimintai kesan kunjungannya ke Desa Menyali, mengaku sangat mengejutkan.
Menyali sebuah desa di Buleleng menurutnya memiliki budaya yang sangat beragam dan unik, tidak dapat ia temui di negaranya. “Saya sangat senang, saya suka makan laklak dan menonton tarian janger. Saya juga bisa belajar budaya di sini,” katanya. Pengalaman pertamanya datang ke Buleleng yang sangat mengagumkan membuatnya ingin berkunjung kembali di lain waktu.
Sementara itu tokoh masyarakat Desa Menyali, Gede Budasi mengatakan, kunjungan para yachter yang diakomodir Dinas Pariwisata Buleleng, diharapkan bisa memperkenalkan budaya Desa Menyali ke wisatawan. Ia pun mengatakan sangat beruntung mendapat kesempatan memperkenalkan desanya dengan budaya yang unik dan klasik, jauh dari kemewahan.
Namun Budasi yang juga akademisi itu mengatakan wisatawan yang dikategorikannya high class sangat haus dengan budaya dan seni asli yang menunjukkan keunikan dan keklasikannya.
“Kami pikir wisatawan itu tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang sifatnya luxury, sehingga kami bersama warga desa Menyali memang menampilkan apa yang memang kita punya dan biasa lakukan. Seperti keaslian tradisi, keahlian seniman, keramahtamahan masyarakat,” kata dia.
Sementara itu menurut Kordinator Yachter Wilayah Bali, Made Nia kunjungan yachter ke desa wisata merupakan salah satu agenda dalam Lovina Festival. Kegiatan ini pun rutin dilakukan setap tahunnya, menyasar desa-desa wisata di Buleleng. “Setiap tahunnya memang ada, tahun-tahun sebelumnya desa yang dikunjungi ada Desa Sudaji, Desa Umejero, maka tahun ini yang menjadi destinasi adalah Desa Menyali, sesuai dengan arahan Dinas Pariwisata,” ungkapnya. Dengan kunjungan ke desa wisata yang memberikan kesan liburan alam yang sangat unik dan menarik, diharapkan kegiatan ini secara tidak langsung dapat mempromosikan pariwisata Buleleng di manca negara melalui para yachter ini.*k23
Dari kegiatan yang berlangsung tiga jam dan dipusatkan di Ashram The Sunas Menyali melibatkan 500 warga desa, disambut antusias oleh wisatawan peserta yacht. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang turun langsung untuk menuang adonan dan belajar manganyam.
Seorang yachter asal Swiss, Edyn saat dimintai kesan kunjungannya ke Desa Menyali, mengaku sangat mengejutkan.
Menyali sebuah desa di Buleleng menurutnya memiliki budaya yang sangat beragam dan unik, tidak dapat ia temui di negaranya. “Saya sangat senang, saya suka makan laklak dan menonton tarian janger. Saya juga bisa belajar budaya di sini,” katanya. Pengalaman pertamanya datang ke Buleleng yang sangat mengagumkan membuatnya ingin berkunjung kembali di lain waktu.
Sementara itu tokoh masyarakat Desa Menyali, Gede Budasi mengatakan, kunjungan para yachter yang diakomodir Dinas Pariwisata Buleleng, diharapkan bisa memperkenalkan budaya Desa Menyali ke wisatawan. Ia pun mengatakan sangat beruntung mendapat kesempatan memperkenalkan desanya dengan budaya yang unik dan klasik, jauh dari kemewahan.
Namun Budasi yang juga akademisi itu mengatakan wisatawan yang dikategorikannya high class sangat haus dengan budaya dan seni asli yang menunjukkan keunikan dan keklasikannya.
“Kami pikir wisatawan itu tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang sifatnya luxury, sehingga kami bersama warga desa Menyali memang menampilkan apa yang memang kita punya dan biasa lakukan. Seperti keaslian tradisi, keahlian seniman, keramahtamahan masyarakat,” kata dia.
Sementara itu menurut Kordinator Yachter Wilayah Bali, Made Nia kunjungan yachter ke desa wisata merupakan salah satu agenda dalam Lovina Festival. Kegiatan ini pun rutin dilakukan setap tahunnya, menyasar desa-desa wisata di Buleleng. “Setiap tahunnya memang ada, tahun-tahun sebelumnya desa yang dikunjungi ada Desa Sudaji, Desa Umejero, maka tahun ini yang menjadi destinasi adalah Desa Menyali, sesuai dengan arahan Dinas Pariwisata,” ungkapnya. Dengan kunjungan ke desa wisata yang memberikan kesan liburan alam yang sangat unik dan menarik, diharapkan kegiatan ini secara tidak langsung dapat mempromosikan pariwisata Buleleng di manca negara melalui para yachter ini.*k23
Komentar