Wisata Tuak di Dusun Kedui
Tegalan milik I Ketut Bagiarta, 66, sering didatangi wisatawan. Para wisatawan yang berkunjung ke tegalan ini dijamu dengan tuak kelapa.
BANGLI, NusaBali
Tegalan Ketut Bagiarta pun akhirnya dikembangkan menjadi objek wisata tuak. Selain meneguk tuak, wisatawan juga mengetahui proses pembuatan minuman tradisional tersebut.
Bagiarta mengaku sudah mengembakan wisata tuak di tegalannya sejak dua tahun lalu. Turis Eropa yang paling mendominasi kunjungan wisata tuak. Ide buat wisata tuak ini berawal dari Nyoman Merta yang mengajak turis ke tegalannya. “Turis yang datang tidak banyak minum tuak, paling satu sloki. Mereka lebih tertarik pada proses mendapatkan tuak,” ungkap Bagiarta, Jumat (28/9). Dikatakan, tuak manis lebih nikmat jika baru diturunkan dari pohonnya.
Bagiarta mengaku mencari tuak sejak tahun 1970. Tuak manis dari kelapa biasa dijual Rp 5.000 per liter. Setiap harinya bisa mendapat 4-5 liter tuak. Dikatakan untuk mendapatkan tuak tidaklah sulit, cukup mengiris pakal batang kelapa. “Bagian yang diiris tepat di bagian tumbuh buah kelapa. Kalau diambil tuak, pohon tidak berbuah lagi,” jelasnya. Sehari Bagiarta mengambil tuak sebanyak dua kali. Diakui, jam kunjungan turis tidak menentu. “Kadang pagi, kadang juga siang. Jika ada turis mau datang, biasanya saya dihubungi dulu,” imbuhnya. *es
Bagiarta mengaku sudah mengembakan wisata tuak di tegalannya sejak dua tahun lalu. Turis Eropa yang paling mendominasi kunjungan wisata tuak. Ide buat wisata tuak ini berawal dari Nyoman Merta yang mengajak turis ke tegalannya. “Turis yang datang tidak banyak minum tuak, paling satu sloki. Mereka lebih tertarik pada proses mendapatkan tuak,” ungkap Bagiarta, Jumat (28/9). Dikatakan, tuak manis lebih nikmat jika baru diturunkan dari pohonnya.
Bagiarta mengaku mencari tuak sejak tahun 1970. Tuak manis dari kelapa biasa dijual Rp 5.000 per liter. Setiap harinya bisa mendapat 4-5 liter tuak. Dikatakan untuk mendapatkan tuak tidaklah sulit, cukup mengiris pakal batang kelapa. “Bagian yang diiris tepat di bagian tumbuh buah kelapa. Kalau diambil tuak, pohon tidak berbuah lagi,” jelasnya. Sehari Bagiarta mengambil tuak sebanyak dua kali. Diakui, jam kunjungan turis tidak menentu. “Kadang pagi, kadang juga siang. Jika ada turis mau datang, biasanya saya dihubungi dulu,” imbuhnya. *es
Komentar