Pasebaya Bangun Rumah ‘Penakluk’ Gunung Agung
Relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung Karangasem membangun kembali rumah milik ‘penakluk’ Gunung Agung, Jro Mangku Bon, yang naik Gunung Agung semasa erupsi.
AMLAPURA, NusaBali
Rumah Jro Mangku Bon di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, roboh saat gempa, Minggu (5/8). Lima relawan dikoordinasikan Jro Mangku Pujung datang membawa material dan mengukur lahan untuk bangun pondasi, Jumat (28/9).
Sebelumnya, Yayasan Sale Men Indonesia dipimpin Mr Robert memberikan bantuan bahan bangunan dan sembako, Sabtu (8/9). Kali ini datang Relawan Pasebaya Agung beranggotakan lima orang yakni I Putu Sudana, I Nengah Cenik Susila, Wayan Semampan, dan Ginarsa. Mereka datang membawa bahan-bahan bangunan untuk membangun tempat tinggal ukuran 3 meter x 4 meter. “Membuat pondasi menggunakan tiang beton. Pengerjaannya berlanjut memasang tembok dan pasang atap agar segera bisa ditempati,” jelas Jro Mangku Pujung, relawan dari Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang.
Jro Mangku Pujung mengaku kesulitan cari air untuk campuran semen dan pasir. “Air mineral kami pakai untuk campuran perekat batako untuk mendirikan tembok bangunan,” katanya. Sementara Jro Mangku Bon bersyukur atas kepedulian relawan membantu mendirikan bangunan. Tempat tinggal satu-satunya roboh digoyang gempa. Sejak gempa terjadi Jro Mangku Bon menginap di rumah kerabatnya di Banjar Pucang, bagian bawah. Sedangkan tempat tinggalnya di lereng Gunung Agung, radius 3 kilometer dari puncak kawah.
Mesti rumahnya dekat kawah, Jro Mangku Bon tidak pernah merasa gusar atas gencarnya informasi menyangkut aktivitas Gunung Agung hingga berstatus awas. Alasannya, selama ini belum ada gempa dahsyat seperti yang dialami tahun 1963. Atas dasar itulah berkeyakinan Gunung Agung tidak akan meletus. Jro Mangku Bon telah 33 kali mendaki Gunung Agung sejak tahun 1963, termasuk 4 kali mendaki selama Gunung Agung status awas. *k16
Rumah Jro Mangku Bon di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, roboh saat gempa, Minggu (5/8). Lima relawan dikoordinasikan Jro Mangku Pujung datang membawa material dan mengukur lahan untuk bangun pondasi, Jumat (28/9).
Sebelumnya, Yayasan Sale Men Indonesia dipimpin Mr Robert memberikan bantuan bahan bangunan dan sembako, Sabtu (8/9). Kali ini datang Relawan Pasebaya Agung beranggotakan lima orang yakni I Putu Sudana, I Nengah Cenik Susila, Wayan Semampan, dan Ginarsa. Mereka datang membawa bahan-bahan bangunan untuk membangun tempat tinggal ukuran 3 meter x 4 meter. “Membuat pondasi menggunakan tiang beton. Pengerjaannya berlanjut memasang tembok dan pasang atap agar segera bisa ditempati,” jelas Jro Mangku Pujung, relawan dari Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang.
Jro Mangku Pujung mengaku kesulitan cari air untuk campuran semen dan pasir. “Air mineral kami pakai untuk campuran perekat batako untuk mendirikan tembok bangunan,” katanya. Sementara Jro Mangku Bon bersyukur atas kepedulian relawan membantu mendirikan bangunan. Tempat tinggal satu-satunya roboh digoyang gempa. Sejak gempa terjadi Jro Mangku Bon menginap di rumah kerabatnya di Banjar Pucang, bagian bawah. Sedangkan tempat tinggalnya di lereng Gunung Agung, radius 3 kilometer dari puncak kawah.
Mesti rumahnya dekat kawah, Jro Mangku Bon tidak pernah merasa gusar atas gencarnya informasi menyangkut aktivitas Gunung Agung hingga berstatus awas. Alasannya, selama ini belum ada gempa dahsyat seperti yang dialami tahun 1963. Atas dasar itulah berkeyakinan Gunung Agung tidak akan meletus. Jro Mangku Bon telah 33 kali mendaki Gunung Agung sejak tahun 1963, termasuk 4 kali mendaki selama Gunung Agung status awas. *k16
1
Komentar