Tentang Sastra, Film, Politik, Feminisme, Keberagaman, dan Lingkungan yang Dikupas dalam Ubud Writers & Readers Festival 2018
Ubud Writers & Readers Festival akan segera diselenggarakan dalam waktu empat minggu lagi, 24-28 Oktober 2018.
GIANYAR, NusaBali
Sebagai festival sastra, seni, dan budaya paling dinantikan di Asia Tenggara, UWRF selalu berusaha memuaskan dahaga para peserta Festival akan suara-suara luar biasa yang berasal dari seluruh belahan dunia. Mengusung tema ‘Jagadhita’ yang diartikan sebagai ‘Dunia yang kita ciptakan’, penyelenggaraan UWRF ke-15 ini berisikan diskusi-diskusi menarik yang berkaitan dengan tema tersebut.
Para peserta UWRF tentunya sudah tak sabar mendengar kisah-kisah hebat yang akan dituturkan oleh lebih dari 180 pembicara Festival yang datang dari 30 negara. Pada tanggal 25 Oktober, seusai Festival Welcome yang dijadwalkan di NEKA Museum, peserta Festival dapat bergabung bersama Susi Pudjiastuti dalam sesi Sink It untuk mendengar langsung mengenai perjuangan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia ini dalam melindungi sumber daya laut dan mengusahakan kesejahteraan nelayan di Indonesia.
Dengan bangga, UWRF 2018 menyambut cucu dari Presiden Pertama Afrika Selatan Nelson Mandela, yaitu Ndaba Mandela. Co-Founder Africa Rising Foundation ini akan hadir dalam sesi Going to The Mountain pada tanggal 28 Oktober untuk membagikan kisah masa mudanya yang penuh gejolak seiring dengan kelahiran kembali Afrika Selatan.
UWRF 2018 juga menghadirkan Hanif Kureishi, penulis The Buddha of Suburbia, yang memenangkan Whitbread Prize untuk kategori Best First Novel. Hanif Kureishi akan duduk bersama Kate Evans dalam sesi The Nothing pada tanggal 26 Oktober. Para penikmat sastra dan seni bisa mendengar kisah di balik karya-karyanya dan mengikuti perjalanannya di dunia kepenulisan hingga disebut sebagai salah satu penulis terbaik dari Inggris.
UWRF 2018 menghadirkan nama besar dunia sastra Indonesia, yaitu Sapardi Djoko Damono. Penyair legendaris Indonesia yang masih aktif berkarya hingga usia senja ini akan berbagi meja panel diskusi bersama dengan penyair kawakan Indonesia Warih Wisatsana, penyair penerima penghargaan Honourable Mention 2018 dalam Hawker Prize for Southeast Asian Poerty Gratiagusti Chananya Rompas, dan salah satu Emerging Writer UWRF 2018 Andre Septiawan dalam sesi Higher Self.
Keempatnya akan mengungkap percakapan intim yang mereka miliki dengan diri mereka yang lebih ‘tinggi’ dalam proses penciptaan puisi. Sesi serupa dengan pembahasan mengenai kisah, fantasi, dan imajinasi yang mendorong para penyair hingga mampu merangkai kata menjadi sajak-sajak indah akan dirangkum dalam Fantastical Realms bersama penyair populer Indonesia Aan Mansyur, penulis buku puisi Sergius Seeks Bacchus yang memenangkan PEN Translated Award 2018 Norman Erikson Pasaribu, penyair sekaligus arsitek Avianti Armand, dan pegiat sastra Kris Da Somerpes. Para peserta Festival juga dapat bersiap tenggelam dalam permainan kata-kata magis para penyair terbaik UWRF 2018 dalam sesi The Big Read: Poetry Edition.
Selain puisi, panel diskusi UWRF 2018 akan membahas karya sastra lain yang tidak kalah menakjubkan seperti buku seri. Dalam sesi Serial Storytellers, para peserta Festival dapat memuaskan keingintahuannya akan kisah para penulis yang mampu menciptakan dunia baru di dalam karya-karyanya, seperti pelopor sastra modern Indonesia dengan karya Supernova Dee Lestari, penulis Obernewtyn Chronicles Isobelle Carmody, dan penerjemah sekaligus penulis The More Known World Tiffany Tsao.
Festival juga mendukung kreativitas anak bangsa yang tercipta dalam bentuk seni yang beragam, termasuk film. Kamila Andini, sutradara The Mirror Never Lies dan Sekala Niskala yang telah berhasil meraih berbagai penghargaan internasional akan hadir dalam sesi The Seen and Unseen. Kamila Andini akan bergabung bersama ayahnya Garin Nugroho, Richard Oh, dan Djenar Maesa Ayu dalam sesi Rewriting The Script. Para sutradara terbaik dari Indonesia ini akan mengupas seluk-beluk penulisan naskah dan hal-hal menarik di balik proses pembuatan film.
Tidak ketinggalan tentunya UWRF akan menggelar diskusi menarik bersama para bintang sastra masa depan dalam sesi UWRF18 Indonesian Emerging Writers. Festival juga akan menghadirkan diskusi bersama para seniman termasuk desainer sampul buku yang mampu menvisualisasikan sebuah cerita dalam sesi Worth A Thousand Words, mengupas kreativitas yang dibutuhkan generasi muda dalam sesi Serious About Young Minds, dan membahas seni yang menginspirasi dalam sesi Art for Impact.
Selain sastra dan seni, UWRF 2018 juga menghadirkan pembahasan mengenai isu-isu global yang telah membentuk dunia yang kita ciptakan. Sesi Envolving Islam akan membuka mata para peserta Festival, melalui pengetahuan yang dimiliki para panelis UWRF seputar keimanan dan manifestasinya. Sesi ini menghadirkan pendiri Mizan Group sekaligus penulis Islam: The Faith of Love and Happiness Haidar Bagir, penulis seputar agama dan kehidupan bermasyarakat asal Malaysia Dina Zaman, dan Director dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones.
SELANJUTNYA...
Komentar