Korban Tewas Bencana Palu-Donggala 832 Orang
Jumlah koban tewas akibat bencana gempa 7,4 SR disertai tsunami setinggi 5 meter di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (28/9) sore, terus bertambah.
JAKARTA, NusaBali
Hingga Minggu (30/9), jumlah korban tewas terdata sudah mencapai 832 orang. "832 orang meninggal dunia," ungkap Kepala Pusat Data & Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di kantornya kawasan Jalan Pramuka Jakarta Timur, Minggu kemarin. Sutopo menyebutkan, korban tewas terbanyak jatuh di Palu yakni 821 orang. Sedangkan di Donggala, korban tewas 11 orang.
Menurut Sutopo, korban meninggal dunia disebabkan dua hal: tertimpa bangunan roboh dan diterjang tsunami. Jenazah korban bencana di Palu-Donggala ini segera akan dimakamkan secara layak. Sutopo mengatakan, informasi teranyar ini didapat dari Palu. Sedangkan tiga wilayah terdampak encana lainnya, yaitu Donggala, Sigi, dan Parigi, masih terkendala jalur komunikasi yang putus.
Dilaporkan pula, ada 71 warga negara asing (WNA) berada di Palu saat terjadi gempa disertai tsunami. Mereka berasal dari berbagai negara. Dari jumlah itu, 5 orang dilaporkan masih hilang. Korban hilang ini masing-maisng asal Prancis (3 orang), Koprea Selatan (1 orang), dan Malaysia 91 orang). Sedangkan WNA yang dipastikan selamat, paling banyak berasal dari Thailand (32 orang), disusul Tiongkok (21 orang), Vietnam (10), Singapura (1), Belgia (1), dan Jerman (1).
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, korban tewas terbanyak terjadi akibat tsunami. "Korban tercatat sekarang lebih dari 400. Korban itu kebanyakan justru korban tsunami. Karena pada saat tsunami terjadi sedang ada satu gladi bersih untuk memperingati Ulang Tahun Kota Palu," papar Wiranto dilansir detikcom dari Twitter @PolhukamRI, Minggu kemarin.
Wiranto juga meminta agar jenazah korban bencana langsung dimakamkan setelah diidentfikasi. Menurut Wiranto, pemakaman segera ini demi kesehatan pengungsi. Selain itu yang menjdi prioritas utama dalam tanggap darurat ini adalah pemulihan PLN. Wiranto mengatakan, dari 7 gardu induk yang ada, hanya 2 unit yang bisa difungsikan. "Saya mendesak PLN utuk segera memulihkan karena jika itu sudah pulih maka aktivitas bisa kembali lancar," katanya. *
Hingga Minggu (30/9), jumlah korban tewas terdata sudah mencapai 832 orang. "832 orang meninggal dunia," ungkap Kepala Pusat Data & Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di kantornya kawasan Jalan Pramuka Jakarta Timur, Minggu kemarin. Sutopo menyebutkan, korban tewas terbanyak jatuh di Palu yakni 821 orang. Sedangkan di Donggala, korban tewas 11 orang.
Menurut Sutopo, korban meninggal dunia disebabkan dua hal: tertimpa bangunan roboh dan diterjang tsunami. Jenazah korban bencana di Palu-Donggala ini segera akan dimakamkan secara layak. Sutopo mengatakan, informasi teranyar ini didapat dari Palu. Sedangkan tiga wilayah terdampak encana lainnya, yaitu Donggala, Sigi, dan Parigi, masih terkendala jalur komunikasi yang putus.
Dilaporkan pula, ada 71 warga negara asing (WNA) berada di Palu saat terjadi gempa disertai tsunami. Mereka berasal dari berbagai negara. Dari jumlah itu, 5 orang dilaporkan masih hilang. Korban hilang ini masing-maisng asal Prancis (3 orang), Koprea Selatan (1 orang), dan Malaysia 91 orang). Sedangkan WNA yang dipastikan selamat, paling banyak berasal dari Thailand (32 orang), disusul Tiongkok (21 orang), Vietnam (10), Singapura (1), Belgia (1), dan Jerman (1).
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, korban tewas terbanyak terjadi akibat tsunami. "Korban tercatat sekarang lebih dari 400. Korban itu kebanyakan justru korban tsunami. Karena pada saat tsunami terjadi sedang ada satu gladi bersih untuk memperingati Ulang Tahun Kota Palu," papar Wiranto dilansir detikcom dari Twitter @PolhukamRI, Minggu kemarin.
Wiranto juga meminta agar jenazah korban bencana langsung dimakamkan setelah diidentfikasi. Menurut Wiranto, pemakaman segera ini demi kesehatan pengungsi. Selain itu yang menjdi prioritas utama dalam tanggap darurat ini adalah pemulihan PLN. Wiranto mengatakan, dari 7 gardu induk yang ada, hanya 2 unit yang bisa difungsikan. "Saya mendesak PLN utuk segera memulihkan karena jika itu sudah pulih maka aktivitas bisa kembali lancar," katanya. *
1
Komentar