Empat Tim Peneliti SMAN Bali Mandara Lolos ke Babak Final
Hasil karya siswa SMAN Bali Mandara yang lolos ke ke final adalah Es Rujak Tuak Desa Silangjana, Jas Hujan Limbah Plastik, Tas Selempang Inovasi Tapis Kelapa, dan Aplikasi GO-Birahi
Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tahun 2018 di Jogjakarta
SINGARAJA, NusaBali
Empat (4) tim peneliti dari SMAN Bali Mandara, Buleleng berhasil lolos ke babak final ‘Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia’ (FIKSI) Tahun 2018. Tim peneliti yang masing-masing beranggotakan 2 orang tersebut dijadwakan akan berangkat ke Jogjakarta, Senin (1/10) ini, untuk mengikuti pameran dan presentasi hasil karya mereka, 1-6 Oktober 2018.
Keempat penelitian dari siswa SMAN Bali Mandara yang dinyatakan lolos ke babak final FIKSI 2018 ini, masing-masing bertajuk Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana (Kecamatan Busungbiu, Buleleng) dengan Es Rujak Tuak, Jas Hujan Limbah Plastik (Jas Hutik), Tas Selempang Inovasi Tapis Kelapa (Tas Siapa), dan Aplikasi GO-Birahi.
Penelitian ‘Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana dengan Es RujakTuak’ dilakukan tim yang beranggotakan Ketut Widya Satria dan Putu Budi Yasini dari Kelas XI IPS SMAN Bali Mandara. Sedangkan penelitian ‘Jas Hutik’ dilakukan tim yang beranggotakan Ni Ketut Asri Dian Lestari dan Putu Jeni Yulia, siswi Kelas XII IPA SMAN Bali Mandara.
Sementara penelitian ‘Tas Siapa’ dilakukan tim yang beranggotakan Ni Kadek Warniasih dan Ni Made Mahartini, siswi Kelas XII IPS SMAN Bali Mandara. Sebaliknya, penelitian ‘Aplikasi GO-Birahi’ dilakukan tim yang beranggotakan Made Oka Resia Wedamerta dan I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara, siswa Kelas XII IPA SMAN Bali Mandara.
Salah satu guru pembina program Research Based School SMAN Bali Mandara, I Wayan Madya SPd MPd, mengatakan sebelum 4 penelitian ini dinyatakan lolos ke babak final, sekolahnya mengiirmkan 5 penelitian siswanya yang lebih menukik ke bidang wirausaha. Hasilnya, 4 dari 5 penelitian itu dinyatakan lolos ke babak final FIKSI 2018 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Awalnya, kata Wayan Madya, ada total 1.414 proposal dengan 958 rencana bisnis di seluruh Indonesia yang ikut berkompetisi dalam ajang ini. Dari hasil penyaringan, hanya 90 penelitian yang dinyatakan lolos ke babak final, termasuk milik 4 tim peneliti SMAN Bali Mandara ini.
“Siswa kami sebelumnya mengirimkan proposal melalui online. Mereka juga kirim dokumentasi produk yang dihasilkan. Ternyata, 4 tim peneliti diumumkan lolos ke babak final, 23 Agustus 2018 lalu,” ungkap Wayan Madya saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (30/9).
Empat tim peneliti dari SMAN Bali Mandara ke ajang FIKSI 2018 su-dah mempersiapkan segala keperluan materi dan bahan pendukung untuk menjalani presentasi dan pameran di Jogjakarta, 1-6 Oktober 2018 ini. Masing-masing tim juga sudah menyempurnakan hasl penelitian mereka, agar dapat nilai maksimal dari dewan juri.
Duet Ketut Widya Satria dan Putu Budi Yasini mengaku tertarik melakukan penelitian ‘Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana dengan Es Rujak Tuak’, karena potensi desa tersebut penghasil tuak manis. Apalagi, Putu Budi Yasini berasal dari Desa Silangjana. Kedua siswi ini menginovasi tuak manis dan mengkolaborasikannya dengan bahan rujak, sehingga tidak terkesan membosankan. Selain memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, olahan es rujak tuak tidak cepat basi.
Sedangkan duet Ni Ketut Asri Dian Lestari dan Putu Jeni Yulia lebih memilih memanfaatkan limbah plastik, tepatnya bungkus deterjen, sebagai bahan Jas Hutik (jas hujan limbah plastik). Kedua siswi Kelas XII IPA ini mengaku terinspirasi saat menemukan bungkus deterjen yang menumpuk di asrama mereka. Muncul kemudian ide bikin Jas Hutik.
Dalam hal ini, plastik bungkus detrejen dibuat pola dan dijarit mesin, hingga membentuk jas hukan. Untuk menambah kenyaman konsumen, mereka menambahkan kain pelapis pada bagian dalamnya. Jas hujan buatan mereka sangat ekonomis. Jas Hutik dijual hanya dengan harga Rp 50.000. “Jas hujan kami, selain melindungi diri dari hujan, juga lebih murah dibandingkan jas hujan umumnya di pasaran,” cerita Putu Jeni Yulia, Minggu kemarin.
Sementara, duet Ni Kadek Warniasih dan Ni Made Mahartini bikin karya Tas Siapa, karena mendapat inspirasi itu saat melihat lingkungan sekitar sekolah dan asrama SMAN Bali Mandara dipenuhi pohon kelapa. Kedua siswi Kelas XII IPS ini melihat banyak tapis kelapa yang terbuang dan belum termanfaatkan. “Pohon kelapa itu kan semuanya bermanfaat. Hanya tapisnya yang belum familiar di masyarakat, sehi-ngga kami coba buat tas dari tapis kelapa,” kenang Made Mahartini.
Mereka lalu mengkombinasikan dan mengaplikasikan tapis-tapis kelapa yang sudah dibentuk sedemikian rupa, selanjutnya dijarit dan ditempelkan pada desain tas berbahan dasar kain endek. Tas buatan tangan mereka menjadi sangat unik dan klasik saat diberi sentuhan tapis kelapa.
Sebaliknya, duet Made Oka Resia Wedamerta dan I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara bikin Aplikasi GO-Birahi. Aplikasi berbasis android, iOS, dan website ini tercipta dari kelangkaan sapi pejantan dan masa birahi (masa kawin) sapi betina yang hanya 12 jam dalam beberapa bulan. Made Oka Resia dan Dewa Gede Wicaksana (keduanya siswa Kelas XII SMAN Bali Mandara) mengarakan, perlu sebuah aplikasi penyewaan sapi pejantan dan inseminasi buatan dalam jaringan.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMA Negeri Bali Mandara, Drs I Nyoman Darta MPd, meminta 8 siswanya yang lolos ke final FIKSI 2018 ini selalu berkolaborasi, komunikasi, solidaritas, dan saling pengertian dalam satu tim. “Tentu mereka punya kiat-kiat tersendiri dalam mempersiapkan diri untuk mencapai kemenangan. Yang penting sudah berupaya maksimal, maka hasilnya juga akan maksimal. Semua peserta didik di sekolah ini berasal dari keluarga miskin, sehingga ada rasa yang amat sangat untuk membalikkan kondisi sosial keluarga mereka. Salah satunya, melalui prestasi,” jelas Nyoman Darta. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Empat (4) tim peneliti dari SMAN Bali Mandara, Buleleng berhasil lolos ke babak final ‘Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia’ (FIKSI) Tahun 2018. Tim peneliti yang masing-masing beranggotakan 2 orang tersebut dijadwakan akan berangkat ke Jogjakarta, Senin (1/10) ini, untuk mengikuti pameran dan presentasi hasil karya mereka, 1-6 Oktober 2018.
Keempat penelitian dari siswa SMAN Bali Mandara yang dinyatakan lolos ke babak final FIKSI 2018 ini, masing-masing bertajuk Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana (Kecamatan Busungbiu, Buleleng) dengan Es Rujak Tuak, Jas Hujan Limbah Plastik (Jas Hutik), Tas Selempang Inovasi Tapis Kelapa (Tas Siapa), dan Aplikasi GO-Birahi.
Penelitian ‘Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana dengan Es RujakTuak’ dilakukan tim yang beranggotakan Ketut Widya Satria dan Putu Budi Yasini dari Kelas XI IPS SMAN Bali Mandara. Sedangkan penelitian ‘Jas Hutik’ dilakukan tim yang beranggotakan Ni Ketut Asri Dian Lestari dan Putu Jeni Yulia, siswi Kelas XII IPA SMAN Bali Mandara.
Sementara penelitian ‘Tas Siapa’ dilakukan tim yang beranggotakan Ni Kadek Warniasih dan Ni Made Mahartini, siswi Kelas XII IPS SMAN Bali Mandara. Sebaliknya, penelitian ‘Aplikasi GO-Birahi’ dilakukan tim yang beranggotakan Made Oka Resia Wedamerta dan I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara, siswa Kelas XII IPA SMAN Bali Mandara.
Salah satu guru pembina program Research Based School SMAN Bali Mandara, I Wayan Madya SPd MPd, mengatakan sebelum 4 penelitian ini dinyatakan lolos ke babak final, sekolahnya mengiirmkan 5 penelitian siswanya yang lebih menukik ke bidang wirausaha. Hasilnya, 4 dari 5 penelitian itu dinyatakan lolos ke babak final FIKSI 2018 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Awalnya, kata Wayan Madya, ada total 1.414 proposal dengan 958 rencana bisnis di seluruh Indonesia yang ikut berkompetisi dalam ajang ini. Dari hasil penyaringan, hanya 90 penelitian yang dinyatakan lolos ke babak final, termasuk milik 4 tim peneliti SMAN Bali Mandara ini.
“Siswa kami sebelumnya mengirimkan proposal melalui online. Mereka juga kirim dokumentasi produk yang dihasilkan. Ternyata, 4 tim peneliti diumumkan lolos ke babak final, 23 Agustus 2018 lalu,” ungkap Wayan Madya saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (30/9).
Empat tim peneliti dari SMAN Bali Mandara ke ajang FIKSI 2018 su-dah mempersiapkan segala keperluan materi dan bahan pendukung untuk menjalani presentasi dan pameran di Jogjakarta, 1-6 Oktober 2018 ini. Masing-masing tim juga sudah menyempurnakan hasl penelitian mereka, agar dapat nilai maksimal dari dewan juri.
Duet Ketut Widya Satria dan Putu Budi Yasini mengaku tertarik melakukan penelitian ‘Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana dengan Es Rujak Tuak’, karena potensi desa tersebut penghasil tuak manis. Apalagi, Putu Budi Yasini berasal dari Desa Silangjana. Kedua siswi ini menginovasi tuak manis dan mengkolaborasikannya dengan bahan rujak, sehingga tidak terkesan membosankan. Selain memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, olahan es rujak tuak tidak cepat basi.
Sedangkan duet Ni Ketut Asri Dian Lestari dan Putu Jeni Yulia lebih memilih memanfaatkan limbah plastik, tepatnya bungkus deterjen, sebagai bahan Jas Hutik (jas hujan limbah plastik). Kedua siswi Kelas XII IPA ini mengaku terinspirasi saat menemukan bungkus deterjen yang menumpuk di asrama mereka. Muncul kemudian ide bikin Jas Hutik.
Dalam hal ini, plastik bungkus detrejen dibuat pola dan dijarit mesin, hingga membentuk jas hukan. Untuk menambah kenyaman konsumen, mereka menambahkan kain pelapis pada bagian dalamnya. Jas hujan buatan mereka sangat ekonomis. Jas Hutik dijual hanya dengan harga Rp 50.000. “Jas hujan kami, selain melindungi diri dari hujan, juga lebih murah dibandingkan jas hujan umumnya di pasaran,” cerita Putu Jeni Yulia, Minggu kemarin.
Sementara, duet Ni Kadek Warniasih dan Ni Made Mahartini bikin karya Tas Siapa, karena mendapat inspirasi itu saat melihat lingkungan sekitar sekolah dan asrama SMAN Bali Mandara dipenuhi pohon kelapa. Kedua siswi Kelas XII IPS ini melihat banyak tapis kelapa yang terbuang dan belum termanfaatkan. “Pohon kelapa itu kan semuanya bermanfaat. Hanya tapisnya yang belum familiar di masyarakat, sehi-ngga kami coba buat tas dari tapis kelapa,” kenang Made Mahartini.
Mereka lalu mengkombinasikan dan mengaplikasikan tapis-tapis kelapa yang sudah dibentuk sedemikian rupa, selanjutnya dijarit dan ditempelkan pada desain tas berbahan dasar kain endek. Tas buatan tangan mereka menjadi sangat unik dan klasik saat diberi sentuhan tapis kelapa.
Sebaliknya, duet Made Oka Resia Wedamerta dan I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara bikin Aplikasi GO-Birahi. Aplikasi berbasis android, iOS, dan website ini tercipta dari kelangkaan sapi pejantan dan masa birahi (masa kawin) sapi betina yang hanya 12 jam dalam beberapa bulan. Made Oka Resia dan Dewa Gede Wicaksana (keduanya siswa Kelas XII SMAN Bali Mandara) mengarakan, perlu sebuah aplikasi penyewaan sapi pejantan dan inseminasi buatan dalam jaringan.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMA Negeri Bali Mandara, Drs I Nyoman Darta MPd, meminta 8 siswanya yang lolos ke final FIKSI 2018 ini selalu berkolaborasi, komunikasi, solidaritas, dan saling pengertian dalam satu tim. “Tentu mereka punya kiat-kiat tersendiri dalam mempersiapkan diri untuk mencapai kemenangan. Yang penting sudah berupaya maksimal, maka hasilnya juga akan maksimal. Semua peserta didik di sekolah ini berasal dari keluarga miskin, sehingga ada rasa yang amat sangat untuk membalikkan kondisi sosial keluarga mereka. Salah satunya, melalui prestasi,” jelas Nyoman Darta. *k23
1
Komentar