nusabali

Dua SMA Tutup Parade Cak

  • www.nusabali.com-dua-sma-tutup-parade-cak
  • www.nusabali.com-dua-sma-tutup-parade-cak

Menutup parade cak modern, berarti sebanyak 18 sekolah dari seluruh Bali saling telah unjuk kepiawaian dalam membawakan kecak inovatif yang inspiratif.

DENPASAR, NusaBali

Parade cak modern Bali Mandara Nawanatya tidak terasa telah berakhir. SMAN 2 Tabanan dan SMAN 1 Blahbatuh Gianyar menutup dengan manis perjumpaan parade cak modern tahun ini dengan garapan inovatif di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya-Art Denpasar, Denpasar, Sabtu (29/9) malam.

SMAN 2 Tabanan membawakan kecak inovatif bertajuk Sang Hyang Memedi. Kisah ini merupakan mitologi dari Tabanan yang melambangkan wujud keharmonisan alam sekala dan niskala. I Gusti Nengah Hari Mahardika yang turut membantu penggarapan kecak SMAN 2 Tabanan pun mengungkapkan kisah ini dirasa cocok untuk mendampingi kecak SMAN 2 Tabanan. “Unsur mistis yang kuat membuat penggarapan musiknya lebih terencana, kami lebih mudah menentukan properti yang dapat menguatkan unsur mistisnya,” jelas Nengah Hari.

Nengah Hari yang juga pemimpin grup Hari Dwipa ini mengungkapkan, penggunaan dedaunan kering pada kostum pemain cak menimbulkan gesekan suara yang mistis. Kurator Bali Mandara Nawanatya, AA Sagung Mas Ruscita pun mengapresiasi penggunaan kostum ini. “Saya suka terutama kostumnya pakai batik biasa, daun-daun, lumayan menarik, tema yang diangkat menarik karena bisa jadi dokumentasi sejarah,” kata Mas Ruscita.

Meski demikian, Mas memberi catatan, formasi kecak dan suara pemain cak perlu dimaksimalkan kembali. Sementara itu, penampil kedua dipersembahkan oleh SMAN 1 Blahbatuh Gianyar dengan garapan cak bertajuk I Patih Kebo Iwa Jengah. Kebo Iwa yang dikenal sebagai prajurit yang kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi SMAN 1 Blahbatuh Gianyar. “Unsur heroik yang kami utamakan, drama akan pertarungan Kebo Iwa, dan sentuhan marching band kami berikan sebagai wujud inovasi,” jelas Made Yunaidi selaku pembina garapan SMAN 1 Blahbatuh Gianyar.

Kostum yang didominasi dengan warna biru dan lebih modern ini pun menghiasi Panggung Terbuka Ardha Candra. Bagi Mas Ruscita, SMAN 1 Blahbatuh Gianyar memiliki garapan dengan unsur modern pop yang besar. “Selain itu alur dan formasinya juga bagus,” ungkap Mas. Sayangnya, penggunaan marching band sendiri justru menjadi bumerang tersendiri, sebab bagi Mas Ruscita alat musiknya dirasa tidak pas dalam mendampingi garapan kecak.

Menutup parade cak modern, berarti sebanyak 18 sekolah dari seluruh Bali saling telah unjuk kepiawaian dalam membawakan kecak inovatif yang inspiratif. Mas Ruscita menambahkan bahwa kesenangan pun dirasakannya karena melihat cak-cak bagus yang mulai muncul di Karangasem, Klungkung, Bangli dan Negara, menyaingi cak dari Singaraja, Tabanan, Gianyar, Denpasar dan Badung. “Sekolah juga nampaknya sangat mendukung, karena walapun dana pembinaan yang diberikan tidak seberapa, tapi hampir semua membuat cak dan pemain yang lumayan banyak,” ungkap Mas Ruscita.

Catatan dari Mas, secara keseluruhan, selama bulan September ini para penampil maupun pembina cak setiap sekolah perlu memerhatikan kembali agar garapan cak yang disajikan tidak seperti sendratari yang lebih menonjolkan drama dibanding kecaknya. Kekompakan dan keselarasan cak harus diperhatikan sebagai sarana evaluasi cak yang lebih baik kedepannya. *ind

Komentar