nusabali

Kisah Hidup Bidan Ketut Simpen Buat Puluhan Penonton Menitikkan Air Mata

  • www.nusabali.com-kisah-hidup-bidan-ketut-simpen-buat-puluhan-penonton-menitikkan-air-mata

Pentas monolog 11 Ibu, 11 Panggung ,11 Kisah, telah menginjak pementasan keenam.

BULELENG, NusaBali
Pentas teater dokumenter garapan Kadek Sonia Piscayanti kembali digelar untuk keenam kalinya dari target 11 pementasan yang berujung pada Desember 2018 nanti. Kali ini, Ni Ketut Simpen lah yang mendapat giliran mementaskan naskah yang berjudul ‘Ribuan Kelahiran Baru di Tanganku.’ Profesinya adalah seorang bidan senior, asalnya dari Banjar Labak No.77, Anturan, Buleleng.

Puluhan penonton yang terdiri dari kawan sepementasan, kerabat, sahabat, hingga mahasiswa, terlihat telah memadati lokasi pementasan, pada Minggu (30/09) bertempat di rumah Ketut Simpen. Sembari bersiap-siap, NusaBali pun sempat mewawancarai Ketut Simpen terkait pementasannya ini.

Foto: Ketut Simpen (Baju Putih - Tengah) bersama Pinpro Sonia (Kanan), dan Beberapa Aktor Pementasan lainnya - Dok. NusaBali
 
Menurut Ketut Simpen, awalnya ia tidak sengaja untuk berkecimpung dalam teater tersebut. Namun, karena merasa bertanggungjawab atas tumbuh kembang, terlebih itu wanita yang selalu berhubungan dengan profesinya, maka dirinya pun turut bergabung dalam pementasan monolog 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah tersebut.

“Sesungguhnya saya tidak sengaja untuk ikut dalam pentas ini. Tetapi, lebih pada karena melihat tujuan daripada pementasan ini, sehingga saya merasa ikut bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang ibu-ibu, kebetulan juga berkaitan dengan profesi saya sebagai seorang bidan, di mana juga menjadikan salah satu bagian dari profesi saya, sehingga saya melakukan hal ini,” jelasnya.

Ketut Simpen pun berujar bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman berteater, namun karena sering tampil di depan publik dari beroraganisasi hingga mengajar sebagai dosen, dirinya mengaku tidak mendapat kesulitan yang berarti, terlebih cerita yang dipentaskan merupakan pengalaman hidupnya sendiri. Kesulitan hanya ditemui ketika ia harus menghafal teks dengan kemampuan mengingat yang tidak lagi setajam saat muda dulu.

Ditemui di waktu dan tempat yang sama, Sonia selaku Pimpinan Produksi, menjelaskan mengapa dirinya memilih Ketut Simpen sebagai salah satu aktor dari pementasannya.

“Saya memilih Ibu Simpen sebagai salah satu aktor karena beliau adalah tokoh yang inspiratif di Buleleng. Beliau adalah seorang bidan senior sejak tahun 1977, beliau sudah membuka praktik dan sudah ribuan kelahiran ditolong oleh beliau. Tidak itu saja, beliau juga sebenarnya mendapat banyak cobaan di keluarga, di rumah tangga, beliau mengalami banyak tantangan. Namun, dengan kekuatan beliau dan kesabaran, akhirnya semua yang datang pada beliau, beliau hadapi dengan tegar, dengan konsep bahwa beliau adalah perempuan yang kuat, yang bisa bertahan dari segala cobaan,” papar Sonia.

Perempuan yang juga sebagai Pendiri Komunitas Mahima itu juga menyampaikan bahwa pementasan ini bisa jadi sebuah trauma healing (red: penyembuhan trauma) bagi pada ibu yang dahulu pernah mengalami penderitaan ketika di masa muda. Maka, semakin giat mereka berlatih, semakin seringlah hal negatif tersebut dikeluarkan.

Pada klimaks pementasan, Ketut Simpen sempat menceritakan bagaimana dirinya hampir mengakhiri hidup karena terlalu tertekan dengan berbagai cobaan yang bertubi-tubi. Aksi tersebut sontak membuat penonton langsung merasa haru hingga ada yang sampai menitikkan air mata. Terlebih, pementasan Ketut Simpen didukung oleh aksi teaterikal dari perwakilan Teater Kampus Seribu Jendela, Undiksha, yang menambah efek mencekam dan tragis dalam pementasan.

Adalah Leti Raisma, salah satu penonton yang kedapatan berkaca-kaca ketika menyaksikan pementasan Ketut Simpen. Perempuan asal Gerokgak, Buleleng, yang sempat bergabung di Komunitas Mahima tersebut mengaku sangat mengapresiasi pementasan tersebut. Ia juga merasa sangat terinspirasi oleh kisah hidup Ketut Simpen, yang mana beliau sangat kuat menjalani segala cobaan dan mampu bangkit dari keterpurukan tersebut.

“Ini adalah kegiatan yang patut diapresiasi karena bagaimana pun juga wanita itu butuh wadah untuk bercerita. Ini sangat sangat menginspirasi, terutama bagi saya calon seorang ibu. Jadi, bagaimana nanti saya yang akan dititipkan benih oleh Tuhan Yang Maha Esa, jadi lewat ini saya bisa belajar bagaimana ternyata kehidupan itu harus dijaga, seorang anak itu akan membawa kehidupannya, membawa takdirnya, seperti itu,” ungkap Leti.

Dari pementasan 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah tersebut,  Sonia pun berharap agar hal itu dapat menjadi inspirasi dan juga penyembuh bagi aktor itu sendiri. *ph

Komentar