Dipercaya Tampil Bawakan Lagu Indonesia Raya dengan Bahasa Isyarat
Saat ini, jumlah warga kolok di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mencapai 43 orang, terdiri dari 18 laki dan 25 perempuan. Mereka tinggal menyebar di dua banjar, yakni Banjar Kajanan dan Banjar Kelodan
5 Warga Kolok dari Desa Bengkala Dapat Kehormatan Isi Acara Pembukaan Asian Para Games IV 2018
SINGARAJA, NusaBali
Lima (5) warga kolok (tuli bisu) dari Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mendapat kehormatan tampil dalam acara pembukaan pesta olahraga Asian Para Games (APG) IV 2018, Sabtu (6/10) nanti. Mereka ditujuk untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan bahasa isyarat dalam opening ceremony pesta olahraga penyandang disabilitas, yang akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta tersebut.
Warga kolok yang dilibatkan dalam acara pembukaan APG IV 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Sabtu nanti diambil dari Sekolah Inklusi Desa Bengkala. Mereka masing-masing Ketut Ariana, 13, Komang Mutiara Lestari, 12, Ni Nyoman Rastiti Asih, 12, Ni Komang Reswarnani, 13, dan Made Sanjaya, 12. Kelima warga kolok ini sudah berangkat ke Jakarta, Sabtu (29/9) lalu. Sehari kemudian, mereka langsung menjalani latihan persiapan pembukaan APG 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Minggu (30/9).
Kelima bocah kolok ini berangkat ke Jakarta dengan didampingi langsung Kepala Desa (Perbekel) bengkala, Made Arpana. Selain Perbekel Made Arpana, turut mendampingi 5 bocah kolok ini adalah dua guru dari Sekolah Inklusi Desa Bengkala, masing-maisng Ketut Kanta dan I Made Wisnu Giri.
“Kami rombongan dari Desa Bengkala sudah berangkat ke Jakarta, 29 September 2018. Biaya keberangkatan dan nanti baliknya ke Bali semua ditanggung oleh panitia. Sekarang anak-anak sudah mulai latihan di Jakarta,” ungkap Perbekel Made Arpana saat dihubungi NusaBali per telepon di Jakarta, Senin (1/10).
Made Arpana menyebutkan, semula pihak panitia ingin mencari 13 warga kolok dari Desa Bengkala sebagai duta dalam acara pembukaan APG 2018 di Jakarta. Namun, karena keterbatasan usia, hanya 5 warga kolok yang dianggap memenuhi syarat dibawa ke Jakarta. Mereka siswa setingkat SD dari Kelas III, IV, dan VI.
“Mereka sekarang sudah di Jakarta bergabung dengan anak-anak penyandang disabilitas dari Jakarta. Hitungannya, tetap mewakili disabilitas dari Desa Bengkala untuk membawakan lagu kebangsaan dengan bahasa isyarat saat acara pembukaan Asian Para Games 2018 nanti,” jelas Arpana.
Menurut Arpana, dilibatkannya warga kolok dari Desa Bengkala di acara pembukaan APG 2018 ini diperintahkan langsung oleh Presiden Jokowi. Makanya, panitia APG 2018 secara khusus mengadakan pendekatan ke Desa Bengkala, sejak Agustus 2018 lalu.
”Saya tahu Pak Presiden Jokowi yang meminta itu dari pesan WA yang disampaikan panitia Asian Para Games. Keterlibatan warga kolok ini sebagai penghormatan, karena komunitas disabilitas tuli bisu terbanyak berada di Desa Bengkala. Mereka selama ini hidup harmonis, karena warga yang lain memperlakukan warga kolok sebagai warga normal,” papar Arpana.
Arpana menyebut dilibatkannya warga kolok Desa Bengkala di ajang APG 2018 ini sebagai sebuah kehormatan. Pasalnya, keberadaan warga kolok Desa Bengkala sangat dihargai sebagai komunitas terbanyak, dengan kehidupan yang harmonis bersama warga normal setempat. Di samping itu, keterlibatan warga kolok ini juga sebagai salah satu ajang promosi bagi Desa Bengkala di mata internasional.
“Tentu kami sangat bersyukur dengan kegiatan ini. Kalau Asian Para Games 2018 ini sukses, Desa Bengkala akan dijadikan pilot project oleh dunia internasional tentang bagaimana kehidupan warga kolok. Karena selama ini tidak ada diskriminasi terhadap warga kolok di Desa Bengala. Mereka dapat hidup berdampingan secara normal,” ujarnya.
Saat ini, jumlah warga kolok di Desa Bengkala mencapai 43 orang, terdiri dari 18 laki dan 25 perempuan. Keberadaan mereka menyebar di dua banjar di Desa Bengkala, yakni Banjar Kajanan dan Banjar Kelodan. Warga kolok di Desa Bengkala sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Keberadaan warga kolok di Desa Bengkala cukup unik, sehingga mengundang banyak peneliti baik dari dalam negeri maupun luar negeri terjun melakukan penelitian. Dibilang unik, karena kelahiran kolok bisa terjadi di tengah keluarga normal. Sebaliknya, perkawinan sesama warga kolok bisa melahirkan anak normal.
"Inilah keunikan warga kolok di Desa Bengkala. Dari hasil penelitian, diketahui 80 persen kolok disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan 20 persen lagi tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, bagi kami, yang 20 persen itu adalah karunia Tuhan, sehingga Desa Bengkala menjadi unik dimata dunia," papar Arpana.
Menurut Arpana, pekerjaan warga kolok di Desa Bengkala selama ini rata-rata jadi buruh tani. Namun, belakangan sejak didirikan Sekolah Inklusi tahun 2007, warga kolok terus mendapatkan perhatian. Mereka mulai diberdayakan dengan harapan agar bisa mandiri.
"Kami di pemerintahan desa terus memberdayakan mereka. Selama ini, warga kolok hanya dijadikan objek. Tapi, sekarang mereka kami jadikan subjek. Kini mereka sudah bisa pelihara ternak dan membuat kerajinan tangan seperti inka. Harapan kami ke depan, mereka dapat mandiri," jelas Perbekel Bengkala ini. *k19
Komentar