Puluhan Orang Ikuti Paket C
Puluhan orang mengikuti program paket C yang bergabung di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Center .
BANGLI, NusaBali
Mereka yang mengikuti program sebagian besar sudah bekerja, bahkan sudah ada yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tuntutan pekerjaan menjadi salah satu alasan utama mengikuti program kesetaraan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pengelola PKBM Widya Center Bangli, I Made Sukarma, menyampaikan saat ini ada 43 peserta paket C, berasal dari berbagai wilayah. Ada pula yang datang dari Karangsem. “Yang bersangkutan kebetulan bekerja di Bangli,” ungkapnya, Selasa (2/10). Dari sekian peserta yang bergabung kebanyakan siswa drop out karena menikah. Sukarma mengungkapkan, pasangan suami istri juga ada yang mengikuti program paket C. Namun sang istri lebih dulu menyelesaikan pendidikannya. “Dulu berheti di kelas XI karena kawin. Ada pula yang tidak sekolah dari awal. Karena tuntutan pekerjaan maka kembali melanjutkan pendidikan. Bagi yang sudah PNS untuk penyesuaian ijazah,” jelasnya. Ada pula peserta melanjutkan pendidikan agar bisa bekerja ke luar negeri.
Sukarma menyebutkan, peminat program paket C cukup banyak. Kegiatan pembelajaran PKBM meminjam bangunan SDN 1 Kubu. Peserta paket C dijadwalkan belajar mulai hari Jumat hingga Minggu dari pukul 15.00 Wita hingga 18.00 Wita. “Kegiatan pembelajaran berlangsung seperti kegiatan sekolah formal lainnya. Kami sudah mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer di tahun ajaran 2017/018,” terangnya. Tenaga pendidik sebanyak 13 orang. “Program paket C ini jurusan IPS, jadi mata pelajaran tidak jauh berbeda dari sekolah formal,” tambahnya.
Pensiunan kepala sekolah ini mengatakan, peserta setiap bulan kena biaya Rp 50 ribu per orang. “Uang tersebut untuk mendukung kegiatan pembelajaran termasuk kelengkapan buku dan honor tutor,” sebutnya. Sampai saat ini belum ada bantuan dana dari pusat maupun kabupaten. Sukarma mengakui pernah mengajukan proposal bantuan ke pusat. Mulai tahun ajaran 2018/2019 ini, PKBM menyesuaikan dengan sekolah formal. Siswa didata dan masuk data pokok pendidikan (dapodik). “Rombelnya juga jelas,” tambahnya. *es
Mereka yang mengikuti program sebagian besar sudah bekerja, bahkan sudah ada yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tuntutan pekerjaan menjadi salah satu alasan utama mengikuti program kesetaraan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pengelola PKBM Widya Center Bangli, I Made Sukarma, menyampaikan saat ini ada 43 peserta paket C, berasal dari berbagai wilayah. Ada pula yang datang dari Karangsem. “Yang bersangkutan kebetulan bekerja di Bangli,” ungkapnya, Selasa (2/10). Dari sekian peserta yang bergabung kebanyakan siswa drop out karena menikah. Sukarma mengungkapkan, pasangan suami istri juga ada yang mengikuti program paket C. Namun sang istri lebih dulu menyelesaikan pendidikannya. “Dulu berheti di kelas XI karena kawin. Ada pula yang tidak sekolah dari awal. Karena tuntutan pekerjaan maka kembali melanjutkan pendidikan. Bagi yang sudah PNS untuk penyesuaian ijazah,” jelasnya. Ada pula peserta melanjutkan pendidikan agar bisa bekerja ke luar negeri.
Sukarma menyebutkan, peminat program paket C cukup banyak. Kegiatan pembelajaran PKBM meminjam bangunan SDN 1 Kubu. Peserta paket C dijadwalkan belajar mulai hari Jumat hingga Minggu dari pukul 15.00 Wita hingga 18.00 Wita. “Kegiatan pembelajaran berlangsung seperti kegiatan sekolah formal lainnya. Kami sudah mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer di tahun ajaran 2017/018,” terangnya. Tenaga pendidik sebanyak 13 orang. “Program paket C ini jurusan IPS, jadi mata pelajaran tidak jauh berbeda dari sekolah formal,” tambahnya.
Pensiunan kepala sekolah ini mengatakan, peserta setiap bulan kena biaya Rp 50 ribu per orang. “Uang tersebut untuk mendukung kegiatan pembelajaran termasuk kelengkapan buku dan honor tutor,” sebutnya. Sampai saat ini belum ada bantuan dana dari pusat maupun kabupaten. Sukarma mengakui pernah mengajukan proposal bantuan ke pusat. Mulai tahun ajaran 2018/2019 ini, PKBM menyesuaikan dengan sekolah formal. Siswa didata dan masuk data pokok pendidikan (dapodik). “Rombelnya juga jelas,” tambahnya. *es
Komentar