Industri Otomotif Jadi Andalan Perekonomian
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut industri otomotif menjadi andalan perekonomian di tengah tekanan dinamika perekonomian global.
JAKARTA, NusaBali
“Industri otomotif merupakan sektor andalan yang berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional,” kata Menperin melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (4/10). Hal ini tercermin dari sumbangsihnya kepada Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 10,16 persen pada tahun 2017, serta mampu menyerap tenaga kerja langsung sekitar 350.000 orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang. Airlangga memberikan apresiasi kepada salah satu industri otomotif asal Jepang Mitsubishi Motors atas komitmennya menambah investasi di Indonesia, dengan meningkatkan kapasitas produksinya, tenaga kerjanya, dan ekspornya.
Menurut Menperin, langkah Mitsubishi tersebut sebagai wujud nyata semangat dan kepercayaan diri pelaku industri di dalam negeri untuk terus melakukan ekspansi. “Mereka juga akan mendirikan pabrik mesin Xpander di Indonesia sehingga dapat mengoptimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ini bagus untuk mengurangi ketergantungan impor,” imbuhnya.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian aktif mendorong terciptanya penambahan investasi baru maupun perluasan usaha, serta mengajak pelaku industri otomotif untuk mengadopsi teknologi terkini. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk merealisasikan target produksi mobil sebanyak 1,5 juta unit pada tahun 2020. Selanjutnya, pada triwulan I tahun 2018, industri alat angkutan tumbuh sebesar 6,33 persen, di atas pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,06 persen. Industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain, juga masuk dalam lima besar investasi sektor manufaktur pada kuartal pertama tahun ini dengan nilai sebesar Rp3,35 triliun.
Di sisi lain Airlangga Hartarto mengatakan, ingin produk otomotif Indonesia mampu menembus pasar Selandia Baru untuk meningkatkan perdagangan kedua negara yang saat ini defisit untuk Indonesia. "Kami tantang untuk meningkatkan perdagangan antara dua negara dari 1,8 miliar dolar jadi dua kali lipat dalam empat tahun ke depan, bisa tercapai kalau mereka buka pasar otomotif untuk Indonesia," kata Airlangga.
Airlangga menyampaikan hal itu usai menghadiri New Zealand Tech Day bertajuk `Connecting with New Zealand Technology and Solutions di Jakarta. Menurut Menperin, meskipun jaraknya dekat, produk otomotif Indonesia belum merambah pasar Selandia Baru maupun Australia. "Kita lihat Selandia Baru dan Australia ini lebih dekat, itulah makanya kita mau dorong (ekspor otomotif)," ungkapnya.
Airlangga menambahkan, jenis mobil yang paling memungkinkan untuk di ekspor ke Selandia Baru saat ini adalah mobil dengan mesin pembakaran, mengingat produksi mobil listrik di Indonesia belum masif. "Kalau mau hari ini kita ekspor ya ekspor yang ada, yang konvensional," pungkas Airlangga. *ant
“Industri otomotif merupakan sektor andalan yang berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional,” kata Menperin melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (4/10). Hal ini tercermin dari sumbangsihnya kepada Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 10,16 persen pada tahun 2017, serta mampu menyerap tenaga kerja langsung sekitar 350.000 orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang. Airlangga memberikan apresiasi kepada salah satu industri otomotif asal Jepang Mitsubishi Motors atas komitmennya menambah investasi di Indonesia, dengan meningkatkan kapasitas produksinya, tenaga kerjanya, dan ekspornya.
Menurut Menperin, langkah Mitsubishi tersebut sebagai wujud nyata semangat dan kepercayaan diri pelaku industri di dalam negeri untuk terus melakukan ekspansi. “Mereka juga akan mendirikan pabrik mesin Xpander di Indonesia sehingga dapat mengoptimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ini bagus untuk mengurangi ketergantungan impor,” imbuhnya.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian aktif mendorong terciptanya penambahan investasi baru maupun perluasan usaha, serta mengajak pelaku industri otomotif untuk mengadopsi teknologi terkini. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk merealisasikan target produksi mobil sebanyak 1,5 juta unit pada tahun 2020. Selanjutnya, pada triwulan I tahun 2018, industri alat angkutan tumbuh sebesar 6,33 persen, di atas pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,06 persen. Industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain, juga masuk dalam lima besar investasi sektor manufaktur pada kuartal pertama tahun ini dengan nilai sebesar Rp3,35 triliun.
Di sisi lain Airlangga Hartarto mengatakan, ingin produk otomotif Indonesia mampu menembus pasar Selandia Baru untuk meningkatkan perdagangan kedua negara yang saat ini defisit untuk Indonesia. "Kami tantang untuk meningkatkan perdagangan antara dua negara dari 1,8 miliar dolar jadi dua kali lipat dalam empat tahun ke depan, bisa tercapai kalau mereka buka pasar otomotif untuk Indonesia," kata Airlangga.
Airlangga menyampaikan hal itu usai menghadiri New Zealand Tech Day bertajuk `Connecting with New Zealand Technology and Solutions di Jakarta. Menurut Menperin, meskipun jaraknya dekat, produk otomotif Indonesia belum merambah pasar Selandia Baru maupun Australia. "Kita lihat Selandia Baru dan Australia ini lebih dekat, itulah makanya kita mau dorong (ekspor otomotif)," ungkapnya.
Airlangga menambahkan, jenis mobil yang paling memungkinkan untuk di ekspor ke Selandia Baru saat ini adalah mobil dengan mesin pembakaran, mengingat produksi mobil listrik di Indonesia belum masif. "Kalau mau hari ini kita ekspor ya ekspor yang ada, yang konvensional," pungkas Airlangga. *ant
Komentar