Atlet Gateball Asal Tabanan Ditemukan Tewas
Sepekan pasca dilaporkan hilang akibat bencana gempa 7,4 SR disertai tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) lalu, atlet gateball dari Bali, Dewa Gede Yoga Nata Kusuma, 38, akhirnya ditemukan dalam kondisi tewas.
Keluarga Masih Rembuk Terkait Upacara Pengabenan
TABANAN, NusaBali
Atlet gateball asal Banjar Tegal Ambengan, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan ini ditemukan tertimbun reruntuhan Hote Roa Roa di Kota Palu, Jumat (5/10). Korban Dewa Yoga Nata Kusuma kesehariannya adalah staf di Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah II Denpasar. Korban berada di Hotel Roa Roa Palu saat bencana terjadi sepekan lalu, dalam rangka mengikuti Kejuaraan Gateball serangkian HUT Kota Palu. Korban berangkat ke Palu mewakili BPJN Denpasar bersama dua rekannya.
Dewa Yoga Nata Kusuma merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan Dewa Nyoman Sukadana (almarhum) dan Dewa Ayu Yayu Ratna. Dari pernikahannya dengan I Gusti Ayu Gede Dina Karamani, 30, koban Dewa Yoga dikaruniai tiga anak yang masih kecil-kecil: Dewa Ayu Nindya Natania, 9 (siswi Kelas IV SD), Dewa Gede Danendra Nata, 6 (sekolah TK), dan Dewa Nagus Nusakti Adi Nata, 1,5.
Mertua korban, I Gusti Putu Weda, mengatakan informasi telah ditemukannya jenazah almarhum Dewa Yoga Nata baru diterimanya, sore kemarin. Informasi tersebut diperoleh dari saudaranya yang tinggal di Palu. Menurut IGP Weda, jenazah Dewa Yoga ditemukan dalam posisi miring di bawah reruntuhan Hotel Roa Roa Palu, dengan mengenakan celana pendek.
“Menantu saya (korban Dewa Yoga) ditemukan sudah dalam kondisi meninggal," ungkap IGP Weda di Desa Sudimara, Tabanan, tadi malam. Disebutkan, jenazah Dewa Yoga rencananya akan dikremasi di Palu. Selanjutnya, abu jenazah almarhum akan dibawa ke Bali untuk diupacarai pengabenan. "Kawan waktu pengabenan almarhum, kami masih rembug karena harus minta petunjuk dulu ke griya (kediaman sulinggih, Red)," tandas IGP Weda.
Menurut IGP Weda, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian almarhum. Pasalnya, menantunya ini ditemukan sudah dalam kondisi meniunggal. "Mau bagaimana lagi, keluarga sudah menerima dengan ikhlas musibah ini. Memang terasa berat juga, karena menantu saya ini berpulang buat selamanya dengan meninggalkan tiga anak yang masih kecil-kecil,” katanya.
Pihak keluarga sebelumnya sangat sulit mendapatkan informasi pasti kerkait nasib korban Dewa Yoga. Istri almarhum, I Gusti Ayu Gede Dina Karimani, sempat hendak berangkat ke Palu untuk mencari suami. Namun sayang, karena pesawat menuju Palu terbatas, putri dari IGP Weda ini akhirnya hanya mencari informasi suaminya dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Selain itu, pihak keluarga juga sempat nunas baos (minta petunjuk niskala) melalui orang pintar terkait keberadaan almarhum Dewa Yoga. Berdasarkan petunjuk niskala dari sejumlah orang pintar yang didatangi keluarga, diperolah isyarat kalau korban Dewa Yoga masih hidup.
Adik kandung korban, Dewa Bagus Dwipa Nata Kusuma, 36, menga-takan kakaknya berangkat ke Palu, Jumat, 28 September 2018 dinihari pukul 03.00 Wita. Almarhum berangkat dari Banjar Mekayu, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, tempat istrinya bekerja sebagai Bidan PTT di Pusskesmas Pembantu Selemadeg Barat, karena tinggal di mess.
Korban Dewa Yoga terbang dari Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung dan dijadwalkan tiba di Palu, Jumat siang pukul 13.00 Wita, setelah mendarat di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar. "Dari Makassar, kakak sempat nelepon saya. Kebetulan, mertua saya tinggal di Makasar. Dia menanyakan apakah nitip sesuatu, saya bilang tidak ada nitip apa," kenang Dewa Dwipa di rumah duka kawasan Banjar Tengah, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Selasa (2/10) lalu.
Jumat petang, situasi mendadak berubah panik ketika Dewa Dwipa melihat berita di televisi bahwa terjadi gempa besar berkekuatan 7,4 SR dibarengi tsunami di Palu dan Donggala, Sulteng. Dewa Dwipa pun langsung menelepon sang kakak, Dewa Yoga. Sayangnya, telepon korban tidak bisa dihubungi. "Ditelepon berkali-kali tidak bisa, kemudian saya telepon temanya yang ada di Denpasar," tutur Dewa Dwipa.
Dari informasi yang didapat, almarhum Dewa Yoga menginap di Lantai VII Hotel Roa Roa Palu. Almarhum terjebak di dalam Hotel Roa Roa Palu yang ambruk, karena sedang istirahat sore itu. Padahal, dua rekannya yang berangkat bareng, sempat menawari korban Dewa Yoga keluar hotel untuk makan. Namun, korban memilih istirahat dalam kamar dan berjanji akan menyusul dua rekannya. Tak lama berselang, Hotel Roa Roa yang berlantai 8 ambruk diguncang gempa.
Almarhum Dewa Gede Yoga Nata Kusuma merupakan salah satu dari sejumlah krama Bali yang tewas akibat bencana gempa dan tsunami di Sulteng, sepekan lalu. Setidaknya, ada 6 polisi asal Bali yang dilaporkan tewas d Pali. Salah satunya, Brigadir I Gusti Kade Suka Miarta alias Gus Mais, 32, polisi Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang berdinas di Ditlantas Polres Palu.
Jenazah IGK Suka Miarta sudah dikuburkan secara massal di Palu, beberapa hari lalu. Pihak keluarga semua berencana mengabenkan almarhum pada Wraspati Paing Dukut, Kamis (4/10). Namun, pengaben-an ditunda dan dijadwalkan ulang, karena pihak keluarga rencananya akan langsung ngangkid watang ke tempat penguburan jenazah almarhum di Palu. *de
TABANAN, NusaBali
Atlet gateball asal Banjar Tegal Ambengan, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan ini ditemukan tertimbun reruntuhan Hote Roa Roa di Kota Palu, Jumat (5/10). Korban Dewa Yoga Nata Kusuma kesehariannya adalah staf di Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah II Denpasar. Korban berada di Hotel Roa Roa Palu saat bencana terjadi sepekan lalu, dalam rangka mengikuti Kejuaraan Gateball serangkian HUT Kota Palu. Korban berangkat ke Palu mewakili BPJN Denpasar bersama dua rekannya.
Dewa Yoga Nata Kusuma merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan Dewa Nyoman Sukadana (almarhum) dan Dewa Ayu Yayu Ratna. Dari pernikahannya dengan I Gusti Ayu Gede Dina Karamani, 30, koban Dewa Yoga dikaruniai tiga anak yang masih kecil-kecil: Dewa Ayu Nindya Natania, 9 (siswi Kelas IV SD), Dewa Gede Danendra Nata, 6 (sekolah TK), dan Dewa Nagus Nusakti Adi Nata, 1,5.
Mertua korban, I Gusti Putu Weda, mengatakan informasi telah ditemukannya jenazah almarhum Dewa Yoga Nata baru diterimanya, sore kemarin. Informasi tersebut diperoleh dari saudaranya yang tinggal di Palu. Menurut IGP Weda, jenazah Dewa Yoga ditemukan dalam posisi miring di bawah reruntuhan Hotel Roa Roa Palu, dengan mengenakan celana pendek.
“Menantu saya (korban Dewa Yoga) ditemukan sudah dalam kondisi meninggal," ungkap IGP Weda di Desa Sudimara, Tabanan, tadi malam. Disebutkan, jenazah Dewa Yoga rencananya akan dikremasi di Palu. Selanjutnya, abu jenazah almarhum akan dibawa ke Bali untuk diupacarai pengabenan. "Kawan waktu pengabenan almarhum, kami masih rembug karena harus minta petunjuk dulu ke griya (kediaman sulinggih, Red)," tandas IGP Weda.
Menurut IGP Weda, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian almarhum. Pasalnya, menantunya ini ditemukan sudah dalam kondisi meniunggal. "Mau bagaimana lagi, keluarga sudah menerima dengan ikhlas musibah ini. Memang terasa berat juga, karena menantu saya ini berpulang buat selamanya dengan meninggalkan tiga anak yang masih kecil-kecil,” katanya.
Pihak keluarga sebelumnya sangat sulit mendapatkan informasi pasti kerkait nasib korban Dewa Yoga. Istri almarhum, I Gusti Ayu Gede Dina Karimani, sempat hendak berangkat ke Palu untuk mencari suami. Namun sayang, karena pesawat menuju Palu terbatas, putri dari IGP Weda ini akhirnya hanya mencari informasi suaminya dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Selain itu, pihak keluarga juga sempat nunas baos (minta petunjuk niskala) melalui orang pintar terkait keberadaan almarhum Dewa Yoga. Berdasarkan petunjuk niskala dari sejumlah orang pintar yang didatangi keluarga, diperolah isyarat kalau korban Dewa Yoga masih hidup.
Adik kandung korban, Dewa Bagus Dwipa Nata Kusuma, 36, menga-takan kakaknya berangkat ke Palu, Jumat, 28 September 2018 dinihari pukul 03.00 Wita. Almarhum berangkat dari Banjar Mekayu, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, tempat istrinya bekerja sebagai Bidan PTT di Pusskesmas Pembantu Selemadeg Barat, karena tinggal di mess.
Korban Dewa Yoga terbang dari Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung dan dijadwalkan tiba di Palu, Jumat siang pukul 13.00 Wita, setelah mendarat di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar. "Dari Makassar, kakak sempat nelepon saya. Kebetulan, mertua saya tinggal di Makasar. Dia menanyakan apakah nitip sesuatu, saya bilang tidak ada nitip apa," kenang Dewa Dwipa di rumah duka kawasan Banjar Tengah, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Selasa (2/10) lalu.
Jumat petang, situasi mendadak berubah panik ketika Dewa Dwipa melihat berita di televisi bahwa terjadi gempa besar berkekuatan 7,4 SR dibarengi tsunami di Palu dan Donggala, Sulteng. Dewa Dwipa pun langsung menelepon sang kakak, Dewa Yoga. Sayangnya, telepon korban tidak bisa dihubungi. "Ditelepon berkali-kali tidak bisa, kemudian saya telepon temanya yang ada di Denpasar," tutur Dewa Dwipa.
Dari informasi yang didapat, almarhum Dewa Yoga menginap di Lantai VII Hotel Roa Roa Palu. Almarhum terjebak di dalam Hotel Roa Roa Palu yang ambruk, karena sedang istirahat sore itu. Padahal, dua rekannya yang berangkat bareng, sempat menawari korban Dewa Yoga keluar hotel untuk makan. Namun, korban memilih istirahat dalam kamar dan berjanji akan menyusul dua rekannya. Tak lama berselang, Hotel Roa Roa yang berlantai 8 ambruk diguncang gempa.
Almarhum Dewa Gede Yoga Nata Kusuma merupakan salah satu dari sejumlah krama Bali yang tewas akibat bencana gempa dan tsunami di Sulteng, sepekan lalu. Setidaknya, ada 6 polisi asal Bali yang dilaporkan tewas d Pali. Salah satunya, Brigadir I Gusti Kade Suka Miarta alias Gus Mais, 32, polisi Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang berdinas di Ditlantas Polres Palu.
Jenazah IGK Suka Miarta sudah dikuburkan secara massal di Palu, beberapa hari lalu. Pihak keluarga semua berencana mengabenkan almarhum pada Wraspati Paing Dukut, Kamis (4/10). Namun, pengaben-an ditunda dan dijadwalkan ulang, karena pihak keluarga rencananya akan langsung ngangkid watang ke tempat penguburan jenazah almarhum di Palu. *de
Komentar