Ditemukan, Batu Diduga Sarkofagus di Hutan
Tiga orang remaja menemukan sejumlah batu yang diduga peninggalan prasejarah di hutan sebelah utara Bendungan Benel, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Batu-batu yang ditemukan berdekatan itu menyerupai sarkofagus atau tempat menyimpan jenazah orang zaman dulu. Berdasar informasi, Jumat (5/10), sejumlah batu diduga sarkofagus itu, ditemukan tiga orang remaja dari Banjar Benel, I Gede Agus Putra Sanjaya, 17, I Putu Adi Krisna, 15, dan I Putu Jenis, 16, saat memburu burung di hutan tersebut, sekitar dua bulan lalu. Awalnya, saat memasuki tempat yang cukup lapang di tengah hutan tersebut, Putra Sanjaya tidak sengaja menduduki sebuah batu yang agak menyembul ke permukaan tanah. “Saya kira batu biasa. Tetapi pas saya lihat, bentuknya aneh, beda dengan batu-batu di sungai,” kata Putra Sanjaya.
Merasa penasaran, Putra Sanjaya bersama dua rekannya, berusaha menggali sekitar batu tersebut. Setelah terlihat lebih jelas, ia pun mencurigai batu berbentuk aneh tersebut, merupakan sarkofagus. Ketika berusaha membersihkan sejumlah semak di seputaran batu yang sempat didudukinya itu, juga ditemukan sejumlah batu serupa lainnya. “Bentuknya mirip sarkofagus. Ada juga yang seperti lesung. Karena aneh, jadi saya foto-foto batunya itu. Karena takut setelah melihat batu-batu itu, kami langsung memutuskan pulang,” ujar Putra Sanjaya yang merupakan siswa kelas XII di SMKN 2 Baluk, Desa Baluk, Kecamatan Negara ini.
Setelah balik dari hutan, Putra Sanjaya mengaku sempat melapor ke aparat desa setempat, terkait penemuan sejumlah batu diduga sarkofagus tersebut, namun tidak ditanggapi. Karena tidak ditanggapi, ia pun berusaha mengirim foto sejumlah batu diduga sarkofagus tersebut ke salah satu akun media sosial salah satu akun yang biasa memposting kejadian-kejadian di seputaran Jembrana. “Orang lain, saya rasa juga tidak ada tahu ada batu-batu itu di tengah hutan. Batunya cukup banyak, tetapi tersebar berdekatan,” tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana Nengah Alit, saat dikonfirmasi Jumat kemarin, mengatakan belum ada mendengar laporan mengenai penemuan sejumlah batu diduga peninggalan prasejarah di tengah hutan sebelah utara Bendungan Benel tersebut. Namun, ia mengaku akan segera berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Denpasar, agar dilakukan pengecekan maupun penelitian terhadap temuan batu-batu tersebut. “Segara kami sampai ke pihak Balai Arkeologi,” terangnya.
Sedangkan Kepala Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Bali-NTB-NTT I Gusti Made Suarbawa, ketika dikonfirmasi secara terpisah Jumat kemarin, juga mengaku belum menerima laporan tersebut. Namun, kata Suarbawa, di sekitar kawasan wilayah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, yang juga berdekatan dengan Desa Berangbang, Kecamatan Negara, termasuk beberapa desa sekitar lainnya, memang sering ditemukan sarkofagus. Sarkofagus yang merupakan tempat menyimpan jenazah, itu juga biasa ditemukan berdekatan, sebagai tanda kawasan pemakaman zaman dulu. “Memang banyak di sekitar sana. Beberapa tahun lalu juga banyak ditemukan desa sekitar. Bahkan ada di dekat rumah penduduk,” ujarnya.*ode
Batu-batu yang ditemukan berdekatan itu menyerupai sarkofagus atau tempat menyimpan jenazah orang zaman dulu. Berdasar informasi, Jumat (5/10), sejumlah batu diduga sarkofagus itu, ditemukan tiga orang remaja dari Banjar Benel, I Gede Agus Putra Sanjaya, 17, I Putu Adi Krisna, 15, dan I Putu Jenis, 16, saat memburu burung di hutan tersebut, sekitar dua bulan lalu. Awalnya, saat memasuki tempat yang cukup lapang di tengah hutan tersebut, Putra Sanjaya tidak sengaja menduduki sebuah batu yang agak menyembul ke permukaan tanah. “Saya kira batu biasa. Tetapi pas saya lihat, bentuknya aneh, beda dengan batu-batu di sungai,” kata Putra Sanjaya.
Merasa penasaran, Putra Sanjaya bersama dua rekannya, berusaha menggali sekitar batu tersebut. Setelah terlihat lebih jelas, ia pun mencurigai batu berbentuk aneh tersebut, merupakan sarkofagus. Ketika berusaha membersihkan sejumlah semak di seputaran batu yang sempat didudukinya itu, juga ditemukan sejumlah batu serupa lainnya. “Bentuknya mirip sarkofagus. Ada juga yang seperti lesung. Karena aneh, jadi saya foto-foto batunya itu. Karena takut setelah melihat batu-batu itu, kami langsung memutuskan pulang,” ujar Putra Sanjaya yang merupakan siswa kelas XII di SMKN 2 Baluk, Desa Baluk, Kecamatan Negara ini.
Setelah balik dari hutan, Putra Sanjaya mengaku sempat melapor ke aparat desa setempat, terkait penemuan sejumlah batu diduga sarkofagus tersebut, namun tidak ditanggapi. Karena tidak ditanggapi, ia pun berusaha mengirim foto sejumlah batu diduga sarkofagus tersebut ke salah satu akun media sosial salah satu akun yang biasa memposting kejadian-kejadian di seputaran Jembrana. “Orang lain, saya rasa juga tidak ada tahu ada batu-batu itu di tengah hutan. Batunya cukup banyak, tetapi tersebar berdekatan,” tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana Nengah Alit, saat dikonfirmasi Jumat kemarin, mengatakan belum ada mendengar laporan mengenai penemuan sejumlah batu diduga peninggalan prasejarah di tengah hutan sebelah utara Bendungan Benel tersebut. Namun, ia mengaku akan segera berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Denpasar, agar dilakukan pengecekan maupun penelitian terhadap temuan batu-batu tersebut. “Segara kami sampai ke pihak Balai Arkeologi,” terangnya.
Sedangkan Kepala Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Bali-NTB-NTT I Gusti Made Suarbawa, ketika dikonfirmasi secara terpisah Jumat kemarin, juga mengaku belum menerima laporan tersebut. Namun, kata Suarbawa, di sekitar kawasan wilayah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, yang juga berdekatan dengan Desa Berangbang, Kecamatan Negara, termasuk beberapa desa sekitar lainnya, memang sering ditemukan sarkofagus. Sarkofagus yang merupakan tempat menyimpan jenazah, itu juga biasa ditemukan berdekatan, sebagai tanda kawasan pemakaman zaman dulu. “Memang banyak di sekitar sana. Beberapa tahun lalu juga banyak ditemukan desa sekitar. Bahkan ada di dekat rumah penduduk,” ujarnya.*ode
1
Komentar