Beras Hitam Tabanan Terbentur Persyaratan
Beras selem (hitam) produksi petani di Tabanan, berpotensi menjadi komoditi bisnis dengan segmen pasar yang luas.
TABANAN, NusaBali
Hal tersebut terkait dengan makin familiarnya gaya hidup back to nature. Mengonsumsi beras hitam dipercaya berimbas positif bagi kesehatan. “Itu karena beras hitam kaya serat, tinggi protein Sedang kandungan karbohidrat lebih rendah dari beras biasa,” ujar I Wayan Sumerta, seorang petani beras hitam dari Subak Bengkel, Kediri, Tabanan, Sabtu (6/10).
Menurut Sumerta, karena kandungan yang bermanfaat untuk kesehatan, beras hitam banyak dicari. Hanya saja produksinya masih terbatas, sehingga pasarannya belum meluas. Selain itu, sebagai produk pangan dengan label organik, produksi beras hitam harus memenuhi SOP. Setidaknya ada tiga, yakni registrasi lahan/lahan teregistrasi, proses pemilahan antara gabah dan beras harus jelas. Ketiga adalah rumah kemasan, termasuk di dalamnya proses pengayaan (greder).
Pande Putu Paramarta, petani agro lainnya dari subak setempat menyatakan hal senada. “Kami masih lengkapi rumah kemasan dan perizinan,” ujar Putu Paramarta. Rumah kemasan tersebut merupakan tempat khusus mengemas produksi sesuai standar produk organik.
Di antaranya pemilahan atau pengayakan dengan greder. “Jika itu sudah siap, beras hitam siap masuk pasar,” ujar Putu Paramarta. Artinya produk beras hitam, masih belum bisa dipasarkan bebas karena masih menunggu perizinan. “ Sebenarnya permintaan cukup banyak,” ujar Paramarta.
Produksi beras hitam juga relatif sama dengan produksi beras dan varietas padi umumnya. Untuk 1 hektare lahan mampu menghasilkan 5 ton gabah. Jika dikonversi menjadi beras, menghasilkan 2,5 ton beras. “Bukan hanya produktif tetapi bermanfaat untuk kesehatan,” promo Paramarta. *k17
Menurut Sumerta, karena kandungan yang bermanfaat untuk kesehatan, beras hitam banyak dicari. Hanya saja produksinya masih terbatas, sehingga pasarannya belum meluas. Selain itu, sebagai produk pangan dengan label organik, produksi beras hitam harus memenuhi SOP. Setidaknya ada tiga, yakni registrasi lahan/lahan teregistrasi, proses pemilahan antara gabah dan beras harus jelas. Ketiga adalah rumah kemasan, termasuk di dalamnya proses pengayaan (greder).
Pande Putu Paramarta, petani agro lainnya dari subak setempat menyatakan hal senada. “Kami masih lengkapi rumah kemasan dan perizinan,” ujar Putu Paramarta. Rumah kemasan tersebut merupakan tempat khusus mengemas produksi sesuai standar produk organik.
Di antaranya pemilahan atau pengayakan dengan greder. “Jika itu sudah siap, beras hitam siap masuk pasar,” ujar Putu Paramarta. Artinya produk beras hitam, masih belum bisa dipasarkan bebas karena masih menunggu perizinan. “ Sebenarnya permintaan cukup banyak,” ujar Paramarta.
Produksi beras hitam juga relatif sama dengan produksi beras dan varietas padi umumnya. Untuk 1 hektare lahan mampu menghasilkan 5 ton gabah. Jika dikonversi menjadi beras, menghasilkan 2,5 ton beras. “Bukan hanya produktif tetapi bermanfaat untuk kesehatan,” promo Paramarta. *k17
Komentar