4 Pelukis Introspeksi di Komaneka Ubud
Empat pelukis menggelar pameran bertajuk Inner Gazing (tatapan batin) di Komaneka Fine Art Gallery Ubud, Gianyar.
GIANYAR, NusaBali
Pameran sebulan ke depan ini dibuka budayawan yang JMK (Jejeneng Mpu Keris) Pande Wayan Suteja Neka, Minggu (7/10) sore. Empat pelukis tersebut yakni I Wayan Januariawan, I Wayan Suja, I Wayan Sudarna Putra (Nano), dan I Putu ‘Bonuz’ Sudiana. Sebagaimana tema yang diusung, karya-karya mereka menjadi bagian dari strategi untuk menginteropseksi jiwa dan mengaca sikap batiniahnya. Seperti diakui Nano, Inner Gazing sebagai bagian penting bagi dirinya yang terus berproses menggeluti seni. ‘’Kami tak tahu sesungguhnya, sejauh mana kami telah bergerak dalam ruang dan waktu yang bebas ini,’’ jelas pelukis asal Lingkungan Padangtegal, Ubud ini.
Bagi Nano dan Bonuz, penyatuan karya dalam satu pameran seperti ini bisa disebut sebagai sebuah silang pandang tentang hakikat ‘pemujaan’ terhadap energi seni. Lebih jauh lagi, Bonuz bahkan menempatkan introspeksi ini sebagai bagian dari kesadaran bhakti kepada sang hidup. ‘’Saya tak muluk-muluk mengaku berbhakti kepada Tuhan. Berkarya hingga dapat menyimak ke dalam diri ini adalah yadnya. Kami persembahkan kepada sang pemberi spirit hingga terus bisa berkarya,’’ jelas peluksi asal Desa Batumulapan, Nusa Penida, Klungkung ini. Dalam Inner Gazing, karya-karya Bonuz masih kuat dengan sapuan garis abstraksi. Konsep poleng, sebagaimana kekuatan hidupnya yang rwa-bhinedha (berbeda dalam kesatuan), masih kuat melekat.
Di sela-sela membuka pameran itu JMK Pande Wayan Suteja Neka mengakui, dalam ritme jejaknya mengamati karya seni rupa, karya-karya dari empat perupa ini amat pantas diperhitungkan oleh para pencinta seni di Bali, Indonesia, bahkan Internasional. ‘’Mereka tentu karena punya keunggulan masing-masing. Biarkan karya-karyanya yang bicara dengan ungkapan dan ekspresi seninya masing-masing,’’ jelas pemilik Museum Neka di Ubud ini.
Direktur Komaneka Gallery Ubud, Koman Wahyu Suteja mengatakan, empat pelukis ini sebelumnya sempat berpameran di Komaneka. ‘’Pameran Inner Gazing sabagai salah satu dari jejak mereke untuk ‘pulang’ atau kembali berpameran di gallery ini,’’ jelas dia.Menurut Koman, empat pelukis ini punya karakter berbeda baik karya dan cara berkarya. Namun mereka disatukan di gallery ini sehingga Inner Gazing ini menjadi wahana mereka berekspresi seni kontemporer. *lsa
Bagi Nano dan Bonuz, penyatuan karya dalam satu pameran seperti ini bisa disebut sebagai sebuah silang pandang tentang hakikat ‘pemujaan’ terhadap energi seni. Lebih jauh lagi, Bonuz bahkan menempatkan introspeksi ini sebagai bagian dari kesadaran bhakti kepada sang hidup. ‘’Saya tak muluk-muluk mengaku berbhakti kepada Tuhan. Berkarya hingga dapat menyimak ke dalam diri ini adalah yadnya. Kami persembahkan kepada sang pemberi spirit hingga terus bisa berkarya,’’ jelas peluksi asal Desa Batumulapan, Nusa Penida, Klungkung ini. Dalam Inner Gazing, karya-karya Bonuz masih kuat dengan sapuan garis abstraksi. Konsep poleng, sebagaimana kekuatan hidupnya yang rwa-bhinedha (berbeda dalam kesatuan), masih kuat melekat.
Di sela-sela membuka pameran itu JMK Pande Wayan Suteja Neka mengakui, dalam ritme jejaknya mengamati karya seni rupa, karya-karya dari empat perupa ini amat pantas diperhitungkan oleh para pencinta seni di Bali, Indonesia, bahkan Internasional. ‘’Mereka tentu karena punya keunggulan masing-masing. Biarkan karya-karyanya yang bicara dengan ungkapan dan ekspresi seninya masing-masing,’’ jelas pemilik Museum Neka di Ubud ini.
Direktur Komaneka Gallery Ubud, Koman Wahyu Suteja mengatakan, empat pelukis ini sebelumnya sempat berpameran di Komaneka. ‘’Pameran Inner Gazing sabagai salah satu dari jejak mereke untuk ‘pulang’ atau kembali berpameran di gallery ini,’’ jelas dia.Menurut Koman, empat pelukis ini punya karakter berbeda baik karya dan cara berkarya. Namun mereka disatukan di gallery ini sehingga Inner Gazing ini menjadi wahana mereka berekspresi seni kontemporer. *lsa
Komentar