Lokasi Perluasan Lahan Tebu Belum Dipastikan
Pemerintah berencana menambah luasan lahan tebu di Kabupaten Buleleng, yang menjadi pilot project pengembangan perkebunan tebu di tahun 2018 ini.
SINGARAJA, NusaBali
Perluasan lahan itu pun direncanakan dilaksanakan pada anggaran perubahan 2018. Kini pemerintah sedang melakukan sosialisasi untuk penetapan pengembangan lahan tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Genep ditemui di ruangannya Senin (8/10) kemarin mengatakan, timnya bersama tim dari provinsi sedang melakukan rapat dan sosialisasi perluasan lahan tebu. “Saat ini sedang rapat dengan petani, rencananya memang di perubahan anggaran tahun ini. Itu program dari pemerintah provinsi Bali,” kata dia.
Hingga kini pihaknya pun belum dapat memastikan dimana perluasan lahan tebu itu akan dikembangkan. Meski sebelumnya sudah mendapatkan gambaran lahan di Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt Buleleng, namun saat ini masih melihat antusiasme petani dan warga setempat.
Sementara itu, proyek pengembangan lahan tebu di Buleleng yang dimulai tahun ini, memasuki penghujung tahun sudah terealisasi 40 persen dari target luasan 1.200 hektare. Seribuan hektare lahan tebu yang ditargetkan dikembangkan di enam desa di Kecamatan Gerokgak. Meliputi Desa Tukadsumaga, Pejarakan, Sanggalangit, Sumberkima, Pemuteran dan Pengulon.
Genep pun menjelaskan dalam proses pengembangan lahan tebu di Buleleng perdana ini memang menghadapi sejumlah kendala, yang mengakibatkan masih rendahnya realiasasi target. Seperti keterbatasan sarana prasarana dalam pembukaan dan pembersihan lahan. “Saat ini pembersihan lahan memang sudah 100 persen, tetapi kemarin lumayan lama memakan waktu, karena keterbatasan sarana prasarana, terutama membersihkan pohon-pohon penaung yang ukurannya besar, seperti mangga, rambutan, pohon kelapa, kami juga belum punya alat berat untuk mempercepat pembersihan lahan,” kata dia.
Selain itu juga terkendala faktor air di lahan kering. Meski sudah diusahakan sumur bor, namun beberapa ada yang belum mencukupi untuk kebutuhan lahan tanam. Masalah yang paling krusial yakni ketersediaan dan pasokan bibit tebu dari Jawa Timur yang sedikit ngadat untuk memenuhi luasan tanam seribuan hektar.
Menyikapi hal itu, Genep pun mengaku sudah mengupayakan pembibitan dalam polibag. Sehingga keterlambatan proses pembajakan, pembersihan lahan dan ketersediaan air, dapat dikejar untuk memenuhi taget capaian perluasan tanaman tebu tahun ini. *k23
Perluasan lahan itu pun direncanakan dilaksanakan pada anggaran perubahan 2018. Kini pemerintah sedang melakukan sosialisasi untuk penetapan pengembangan lahan tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Genep ditemui di ruangannya Senin (8/10) kemarin mengatakan, timnya bersama tim dari provinsi sedang melakukan rapat dan sosialisasi perluasan lahan tebu. “Saat ini sedang rapat dengan petani, rencananya memang di perubahan anggaran tahun ini. Itu program dari pemerintah provinsi Bali,” kata dia.
Hingga kini pihaknya pun belum dapat memastikan dimana perluasan lahan tebu itu akan dikembangkan. Meski sebelumnya sudah mendapatkan gambaran lahan di Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt Buleleng, namun saat ini masih melihat antusiasme petani dan warga setempat.
Sementara itu, proyek pengembangan lahan tebu di Buleleng yang dimulai tahun ini, memasuki penghujung tahun sudah terealisasi 40 persen dari target luasan 1.200 hektare. Seribuan hektare lahan tebu yang ditargetkan dikembangkan di enam desa di Kecamatan Gerokgak. Meliputi Desa Tukadsumaga, Pejarakan, Sanggalangit, Sumberkima, Pemuteran dan Pengulon.
Genep pun menjelaskan dalam proses pengembangan lahan tebu di Buleleng perdana ini memang menghadapi sejumlah kendala, yang mengakibatkan masih rendahnya realiasasi target. Seperti keterbatasan sarana prasarana dalam pembukaan dan pembersihan lahan. “Saat ini pembersihan lahan memang sudah 100 persen, tetapi kemarin lumayan lama memakan waktu, karena keterbatasan sarana prasarana, terutama membersihkan pohon-pohon penaung yang ukurannya besar, seperti mangga, rambutan, pohon kelapa, kami juga belum punya alat berat untuk mempercepat pembersihan lahan,” kata dia.
Selain itu juga terkendala faktor air di lahan kering. Meski sudah diusahakan sumur bor, namun beberapa ada yang belum mencukupi untuk kebutuhan lahan tanam. Masalah yang paling krusial yakni ketersediaan dan pasokan bibit tebu dari Jawa Timur yang sedikit ngadat untuk memenuhi luasan tanam seribuan hektar.
Menyikapi hal itu, Genep pun mengaku sudah mengupayakan pembibitan dalam polibag. Sehingga keterlambatan proses pembajakan, pembersihan lahan dan ketersediaan air, dapat dikejar untuk memenuhi taget capaian perluasan tanaman tebu tahun ini. *k23
1
Komentar