nusabali

Konsumsi Gayo di Karangasem Masih Rendah

  • www.nusabali.com-konsumsi-gayo-di-karangasem-masih-rendah

Warga Karangasem masih rendah mengonsumsi garam beryodium (gayo).

AMLAPURA, NusaBali

Capaian konsumsi gayo hingga bulan September 2018 hanya 66,79 persen dari target 82 persen. Dinas Kesehatan Karangasem optimis hingga akhir tahun capaian konsumsi gayo penuhi target.  

Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama, mengungkapkan dari 780 rumah tangga yang disurvei, yang mengonsumsi gayo hanya 521 rumah tangga. Selebihnya 259 rumah tangga belum mengenal garam beryodium. Sebanyak 259 rumah tangga yang belum mengonsumsi gayo menjadi sasaran sosiliasasi. Sebab gayo berfungsi meningkatkan produksi hormon tiroid untuk mengatur keberlangsungan proses metabolisme tubuh dan menguatkan fungsi organ tubuh lainnya. “Garam beryodium untuk menjaga tiroid tetap stabil, mengembangkan fungsi otak pada janin dan anak-anak,” terang Gusti Putra Pertama, Jumat (12/10).

Intinya ada 10 manfaat mengonsumsi gayo yakni mencegah penyimpanan lemak, membantu menghilangkan racun dari tubuh, membantu proses pertumbuhan rambut, memaksimalkan metabolisme tubuh, dan sebagainya. Risiko tidak mengonsumsi garam beryodium bisa menyebabkan penyakit gondok (goiter), cepat kelelahan, kulit kering, dan perkembangan otak pada anak-anak lambat. Di Puskesmas Kubu II hasil survei masyarakat belum optimal mengonsumsi gayo. Dari 40 rumah tangga, hanya 18 rumah tangga yang mengonsumsi gayo.

Di wilayah kerja Puskesmas Rendang dari 60 rumah tangga, 33 rumah tangga mengonsumsi dan 27 rumah tangga belum. Di Puskesmas Manggis II dari 60 rumah tangga, yang belum konsumsi 25 rumah tangga. Kepala Puskesmas Rendang, dr Made Sudarmayasa, mengakui capaiannya baru 33 rumah tangga. “Masih ada waktu mengoptimalkan sosialisasi hingga Desember 2018. Kami memanfaatkan petugas Puskesmas Keliling dengan mendatangi posyandu. Sosialisasinya terintegrasi dengan program kesehatan yang lain,” jelas dr Sudarmayasa. *k16

Komentar