Membangun Sikap dan Jiwa Kepemimpinan pada Anak Sejak Usia Dini
PILKADA langsung telah usai di gumi Bali. Calon Bupati maupun Gubernur beserta wakilnya sudah dapat dipastikan.
Pilkada berjalan lancar dan sukses. Namun masih terasa ada yang kurang dan perlu dibangun. Apa itu? Calon untuk menjadi pemimpin Bali dan wakil rakyat Bali masih amat terbatas, baik jumlah maupun kualitasnya. Kaderisasi calon pemimpin masa depan lewat mesin partai terasa lambat dan tersendat. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kelambatan ini. Kalau pun bisa diperoleh calon yang ‘relatif baik’, masih terasa ada berbagai rekayasa, strategi maupun manuver. Fenomena demikian mengisyaratkan perlunya mencari alternatif lebih awal dan alami. Mungkin hal ini dapat dimulai sejak anak usia dini.
Orangtua tentunya mengharapkan seorang anak tumbuh sehat dan berguna di masa depan. Dengan kata lain, orangtua menginginkan anak mereka menjadi seorang pemimpin kelak. Maka dari itu, mendidik dan membangun jiwa kepemimpinan harus dilakukan sejak dini. Pada zaman now, berbagai berita mengenai pemimpin yang tersandung. Ada yang tersandung masalah hukum, moral atau sosial lainnya. Oleh karena itu, amat penting membangun jiwa kepemimpinan di institusi keluarga sejak dini, bukan oleh partai politik. Orangtua akan membangun dan menerapkan jiwa kepemimpinan yang amanah dan jujur pada anak.
Berbagai kiat sederhana dapat dilakukan. Salah satunya adalah menumbuhkan sikap percaya diri. Ajarkan pada anak berani menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Dalam menumbuhkan sikap percaya diri, hindari perkataan yang bisa membuat anak merasa tertekan. Gunakanlah kata-kata yang lebih halus dan sopan ketika memberikan saran atau kritik. Anak harus dibiasakan berpendapat dan menciptakan gagasan baru. Kebiasaan dan kemampuan demikian harus diajarkan dan dilatihkan sejak usia dini. Mereka dilatih untuk menghargai pendapat orang lain. Anak harus bersikap lapang dada ketika pendapatnya tidak diterima. Agar anak berani berpendapat, maka anak diberikan kebebasan untuk mengungkapkan alasan dari tindakannya.
Kejujuran adalah sikap dalam membangun jiwa kepemimpinan. Kejujuran tidak hanya berlaku ketika menjadi seorang pemimpin. Tetapi kejujuran akan membawa kebaikan sepanjang masa. Supaya lebih mudah mengajarkan kejujuran, maka berikanlah contoh secara langsung dan baik. Dengan begitu anak akan memahami arti kejujuran dan manfaatnya bagi kehidupan. Toleransi adalah sikap dasar yang harus diajarkan pada anak. Orangtua harus memberi pengertian mengenai pentingnya menghargai perbedaan. Hal ini sebagai langkah awal dalam membangun jiwa kepemimpinan. Anak yang memiliki sikap toleran cenderung lebih mudah untuk bersikap lapang dada. Karakter pemimpin besutan partai politik bukan cerminan riil. Kejujuran, toleransi, atau keteladanannya cenderung bersifat semu. Seorang pemimpin demikian biasanya memiliki jiwa kepemimpinan yang bersifat instan. Kepemimpinan yang baik membutuhkan waktu relatif lama. Jiwa kepemimpinan sebaiknya dibentuk sejak usia dini.
Itulah beberapa hal yang harus diajarkan pada anak sejak usia dini dalam membangun jiwa kepemimpinan. Karakter anak merupakan cerminan dari orangtuanya. Dalam hal ini orangtua harus menjadi teladan yang memberikan contoh yang baik, jujur, dan benar. Pendidikan dasar tentang moral dan etika adalah unsur yang paling penting pada usia dini. Hasil pendidikan pada usia dini akan berefek pada pendidikan formal di sekolah. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua menjadi modal untuk tumbuh dan berkembang di dunia luar. Pendidikan tersebut akan menjadi barometer keberhasilan dalam meraih cita-cita dan pembentukan jati diri seseorang, kelompok dan bangsa. Semoga. *
Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
1
Komentar