Tukad Pulukan Dipagari Batang Bambu
SDN 1 Sepang Kelod sudah dua kali diterjang luapan air Tukad Pulukan. Ancaman semakin terasa setelah kawat bronjong pengaman sudah hanyut.
Keselamatan Siswa Terancam
SINGARAJA, NusaBali
Keselamatan siswa di SDN 1 Desa Sepang Kelod, Kecamatan Busungbiu cukup mengkhawatirkan, karena halaman sekolah berbatasan langsung dengan Tukad (sungai) Pulukan. Di samping itu, batas halaman sekolah dengan Tukad Pulukan juga tidak ada tembok penyengker. Warga pun mengambil inisiatif memagari sempadan sungai dari batang bambu agar siswa tidak sampai bermain ke pinggir Tukad Pulukan. Pemagaran sepadan sungai sudah dilakukan warga Sepang Kelod secara bergotong-royong pada Jumat (12/10).
Salah satu tokoh masyarakat Sepang Kelod, Komang Dauh, Minggu (14/10) mengungkapkan, halaman SDN 1 Sepang Kelod sudah dua kali diterjang luapan air Tukad Pulukan. Kejadian pertama pada tahun 2017, menghanyutkan bangunan mess guru di sekolah tersebut. Sejak kejadian itu, pemerintah memasang kawat bronjong agar lahan sekolah tidak hanyut lagi.
Namun, awal tahun 2018, air Tukad Pulukan kembali meluap hingga menghanyutkan kawat bronjong. Sejak kejadian itu, tidak ada lagi batas pengaman halaman sekolah yang berbatasan langsung dengan Tukad Pulukan. Karena penyenderan terhadap Tukad Pulukan tidak ada. “Tadinya kami ingin penanganan membuat tembok penyengker menggunakan dana desa, tetapi karena lahannya bukan aset desa, sehinggga tidak bisa didanani dari desa,” ungkap Komang Dauh.
Namun melihat kondisi yang cukup rawan bagi para siswa, maka diputuskan penanganan sementara dengan memasang pagar dari batang bambu. Harapannya agar siswa yang sampai bermain ke pinggir Tukad Pulukan. Komang Dauh berharap, Pemkab Buleleng bisa mengambil tindakan yang tepat menangani kondisi tersebut, karena musim penghujan sudah dekat. “Setelah dirapatkan diputuskan untuk swadaya membuat pagar darurat. Setelah ini, para orang tua siswa berharap pagar permanen di sekolah itu direalisasikan,” kata mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sepang Kelod ini.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa mengakui telah menerima laporan terkait dengan kondisi SDN 1 Sepang Kelod. Namun, khusus penyender Tukad Pulukan, pihaknya tidak punya kewenangan. Suyasa menyebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR untuk penanganannya. “Saya sudah kordinasikan dan bahas bersama kalau kita (Disdikpora) tidak bisa menyender di bibir sungai. Kalau itu sudah disender, baru kita buatkan pagar sekolah yang permanen,” jelasnya.
Terkait kemungkinan memindahkan (relokasi-red), birokrat asal Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula ini menyebut, relokasi tidak memungkinkan dilakukan. Ini karena pemerintah kesulitan mencari lahan untuk sekolah baru. Selain itu, kalau dipindahkan ke tempat baru justru akan menjauhkan jarak sekolah dengan pemukiman warga. “Sekolah itu ada di lokasi sekarang agar mudah dijangkau warga yang tinggal di desa itu. Kalau dipindah selain tidak ada lahan, berarti menjauhkan lokasi sekolah dari warga,” jelasnya. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Keselamatan siswa di SDN 1 Desa Sepang Kelod, Kecamatan Busungbiu cukup mengkhawatirkan, karena halaman sekolah berbatasan langsung dengan Tukad (sungai) Pulukan. Di samping itu, batas halaman sekolah dengan Tukad Pulukan juga tidak ada tembok penyengker. Warga pun mengambil inisiatif memagari sempadan sungai dari batang bambu agar siswa tidak sampai bermain ke pinggir Tukad Pulukan. Pemagaran sepadan sungai sudah dilakukan warga Sepang Kelod secara bergotong-royong pada Jumat (12/10).
Salah satu tokoh masyarakat Sepang Kelod, Komang Dauh, Minggu (14/10) mengungkapkan, halaman SDN 1 Sepang Kelod sudah dua kali diterjang luapan air Tukad Pulukan. Kejadian pertama pada tahun 2017, menghanyutkan bangunan mess guru di sekolah tersebut. Sejak kejadian itu, pemerintah memasang kawat bronjong agar lahan sekolah tidak hanyut lagi.
Namun, awal tahun 2018, air Tukad Pulukan kembali meluap hingga menghanyutkan kawat bronjong. Sejak kejadian itu, tidak ada lagi batas pengaman halaman sekolah yang berbatasan langsung dengan Tukad Pulukan. Karena penyenderan terhadap Tukad Pulukan tidak ada. “Tadinya kami ingin penanganan membuat tembok penyengker menggunakan dana desa, tetapi karena lahannya bukan aset desa, sehinggga tidak bisa didanani dari desa,” ungkap Komang Dauh.
Namun melihat kondisi yang cukup rawan bagi para siswa, maka diputuskan penanganan sementara dengan memasang pagar dari batang bambu. Harapannya agar siswa yang sampai bermain ke pinggir Tukad Pulukan. Komang Dauh berharap, Pemkab Buleleng bisa mengambil tindakan yang tepat menangani kondisi tersebut, karena musim penghujan sudah dekat. “Setelah dirapatkan diputuskan untuk swadaya membuat pagar darurat. Setelah ini, para orang tua siswa berharap pagar permanen di sekolah itu direalisasikan,” kata mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sepang Kelod ini.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa mengakui telah menerima laporan terkait dengan kondisi SDN 1 Sepang Kelod. Namun, khusus penyender Tukad Pulukan, pihaknya tidak punya kewenangan. Suyasa menyebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR untuk penanganannya. “Saya sudah kordinasikan dan bahas bersama kalau kita (Disdikpora) tidak bisa menyender di bibir sungai. Kalau itu sudah disender, baru kita buatkan pagar sekolah yang permanen,” jelasnya.
Terkait kemungkinan memindahkan (relokasi-red), birokrat asal Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula ini menyebut, relokasi tidak memungkinkan dilakukan. Ini karena pemerintah kesulitan mencari lahan untuk sekolah baru. Selain itu, kalau dipindahkan ke tempat baru justru akan menjauhkan jarak sekolah dengan pemukiman warga. “Sekolah itu ada di lokasi sekarang agar mudah dijangkau warga yang tinggal di desa itu. Kalau dipindah selain tidak ada lahan, berarti menjauhkan lokasi sekolah dari warga,” jelasnya. *k19
1
Komentar