nusabali

Siswi SMP Tewas Dihantam Bus Usai Menari

  • www.nusabali.com-siswi-smp-tewas-dihantam-bus-usai-menari

Sebelum Kecelakaan, Koban Sempat Merengek Minta Dipeluk Ibunya

NEGARA, NusaBali
Kecelakaan maut yang merenggut korban nyawa terjadi di Jalur Utama Denpasar-Gilimanuk tepatnya Kilometer 89-90 Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (15/10) siang. Korbannya adalah siswi Kelas VIII SMPN 2 Mendoyo, I Gusti Ayu Putu Suka Dewi, 13, yang tewas mengenaskan setelah motornya dihatam bus. Terbetuk cerita berbau niskala, di mana sebelum tewas dihatam bus, korban sempat merengek minta dipeluk ibunya.

Informasi di lapangan, saat kecelakaan maut terjadi, Senin siang pukul 14.30 Wita, korban IGA Putu Suka Dewi dalam perjalanan pulang ke rumahnya di kawasan Banjar Panca Sari, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, usai latihan menari. Saat itu, siswi berusia 13 tahun ini menunggani motor Honda Vario nopol DK 4558 ZU. Motor korban melaju dari arah utara (SMPN 2 Mendoyo) menuju perempatan Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk.

Naas, begitu memasuki lokasi TKP di Kilometer 89-90 Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, tiba-tiba dari arah barat (Gilimanuk) melaju kencang sebuah Bus AKAS nopol N 7622 US. Motor korban langsung dihantam Bus AKAS yang dikemudikan Gufron, 41, sopir asal kawasan Patrang, Jember, Jawa Timur.

Walhasil, korban IGA Putu Suka Dewi langsung terpental sejauh 10 meter, hingga tidak sadarkan diri dalam kondisi luka robek di bagian kepala, serta mengeluarkan darah segar dari hidung dan mulut. Sejumlah warga dibantu seorang pengemudi mobil Pick Up kemudian mengevakuasi korban dan membawanya ke IRD RSUD Negara. Sayang, nyawa korban tidak terselamatkan. Siswi Kelas VIII SMP ini keburu meninggal saat tiba di RSUD Negara.

Sebaliknya, pengemudi bus maut, Gufron, langsung diamankan polisi ke Unit Laka Satlantas Polres Jembrana di Negara. Bus AKAS N 7622 US dan bangkai motor Vario DK 4558 ZU milik korban juga diamankan ke kantor polisi sebagai barang bukti.

Kasat Lantas Polres Jembrana, AKP Yoga Widyatmoko, mengatakan berdasarkan hasil olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi, kecelakaan maut yang merenggut nyawa siswi SMP ini diduga terjadi karena kurang hati-hatinya korban dalam berkendara. Pasalnya, saat menyeberangi jalan raya, korban kurang memperhatikan bus yang telah melaju sesuai jalurnya.

“Ya, dugaan sementara, kecelakaan ini karena kelalaian korban. Namun demikian, nanti korban tetap akan mendapat santunan Jasa Raharja. Informasi terbaru, sopir bus yang menabraknya juga berencana menyerahkan dana kemanusian kepada pihak keluarga korban,” ujar AKP Yoga Widyatmoko di Negara, Selasa (16/10).

Sementara itu, jenazah korban IGA Putu Suka Dewi telah dibawa pulang pihak keluarga dari RSUD Negara ke rumah duka di Banjar Panca Sari, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Senin sore. Rencananya, jenazah korban akan diabenkan di Setra Desa Pakraman Mendoyo Dauh Tukad pada Wraspati Umanis Sinta, Kamis (18/10). Sedangkan rityal nyiraman layon akan dilaksanakan bertepatan Hari Raya Pagerwesi pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (17/10) ini.

Korban IGA Putu Suka Dewi merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Gusti Putu Suka Laksana, 36 (pegawai Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban) dan I Gusti Ayu Putu Suarini, 32 (guru di SDN 3 Mendoyo Dauh Tukad). Sedangkan kedua adik korban, masing-masing I Gusti Ngurah Kade Suwardiana, 7 (siswi Kelas II di SDN 3 Mendoyo Dauh Tukad) dan I Gusti Ngurah Komang Susila Wiraguna, 6 bulan.

Saat ditemui NusaBali di rumah duka, Selasa kemarin, kedua orangtua korban tampak berusaha tegar menghadapi kepergian putri sulungnya yang tewas dihantam bus. Menurut ibunda korban, IGA Putu Suarini, putri tersulungnya itu selama ini tinggal bersama kakeknya, I Gusti Putu Sujarsa, 61, di Banjar Panca Sari, Desa Mendoyo Dauh Tukad. Sedangkan IGA Suarini bersama kedua adik-adik korban lebih sering berada di rumah bajang kawasan Banjar Delod Bale Agung, Desa Men-doyo Dauh Tukad. “Kalau suami saya tinggal di Denpasar,” tutur IGA Suarini didampingi suaminya, IGP Suka Laksana.

Disebutkan, tidak ada memiliki firasat buruk sebelum kematian korban. Hanya saja, sepulang sekolah Senin siang, korban IGA Putu Suka Dewi sempat mampir ke kediaman ibunya di Banjar Delod Bale Agung. Saat itu, korban tumben merengek minta dipeluk ibunya. Bahkan, korban sempat minta difoto selfie bersama kedua adiknya.

“Ya, tumben begitu, datang minta dipeluk. Dia bilang 'Bu, Gek minta peluk'. Ya langsung saya peluk. Setelah itu, dia bermain bersama adik-adiknya. Dia sempat meminta agar difoto selfie bersama kedua adiknya. Padahal, biasanya dia sendiri selfie bersama adik-adiknya,” cerita Suarini.

Sementara sang kakek yang mengajak korban sejak kecil, IGP Sujarsa, 61, mengatakan cucunya merupakan anak yang rajin. Korban juga aktif di sekolah. Selain menjadi anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan ketua kelas, IGA Suka Dewi juga mengikuti ekstrakurikuler menari di sekolahnya, yang biasa dilaksanakan seminggu sekali. “Sebelum kejadian, cucu saya  pamit keluar untuk mengikuti ekstrakurikuler menari,” kenang IGP Sujarsa.

Sujarsa mengisahkan, sehari sebelum kejadian maut, dirinya sempat bermimpi aneh, Minggu (14/10) malam. Dalam mimpinya, dia makan-makan ikan yang berdasarkan kepercayaan, merupakan pertanda buruk. Namun, Sujarsa tidak begitu menghiraukan firasat tersebut. “Cuma, waktu cucu saya pamit bilang mau latihan menari, saya sempat berpesan hati-hati di jalan,” ujar kakek berusia 61 tahun ini. *ode

Komentar