BKSDA Translokasi Tiga Siamang ke Sumatera
Hasil Tangkapan yang Hendak Diselundupkan ke Rusia
DENPASAR, NusaBali
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSAD) Bali bekerjasama dengan Yayasan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Yayasan FNPF, melakukan translokasi tiga ekor satwa jenis Siamang ke Sumatera Barat pada Rabu (17/10) pagi. Tiga hewan yang dilidungi ini hasil tangkapan petugas gabungan yang hendak diselundupkan ke Rusia.
Kepala seksi Konservasi wilayah II BKSDA, Sulistio Widodo menerangkan ketiga satwa endemik Sumatra Barat ini berkat kerja keras petugas gabungan yang melakukan penyelidikan prihal adanya informasi transaksi dua ekor siamang yang akan di kirim ke Rusia pada tahun 2014 silam. Kemudian, petugas BKSDA bersama petugas kepolisian melakukan penangkapan terhadap pelaku beserta dua ekor siamang.
Kemudian, pelaku diproses ke petugas kepolisian, sementara dua hewan itu dibawa oleh pihak BKSDA untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Kemudian, dua siamang ini dibawa oleh pihak kita di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali dikawasan Tabanan," terangnya, Rabu (17/10) pagi.
Dalam perjalanannya, dua ekor siamang ini dipelihara dan dilakukan perawatan oleh pihak PPS karena masih kecil dan trauma setelah dibawa dari Sumatra Barat ke Bali. Karena melakukan beberapa tindakan medis dan tindakan lainnya, sehingga relokasi baru terjadi pada tahun 2018 ini. "Kalau selama ini kan masih dirawat sama yayasan. Ya, termasuk pemulihan trauma dan tindakan medis lainnya. Apalagi, saat itu dua ekor siamang ini masih kecil -kecil," ungkapnya.
Sementara, satu siamang yang ikut direlokasi adalah temuan warga Bali yang juga selama ini dirawat bersama dua siamang lainnya. Selanjutnya satwa-satwa tersebut akan dilatih dan direhabilitasi lebih lanjut di Yayasan Kalaweit Konservasi Siamang dan Owa di Supayang, Solok, Sumatera Barat. "Total yang kita relokasi hari ini ada 3 ekor. Dua hasil penindakan, satu hasil temuan warga di Bali yang diserahkan ke kita. Semuanya akan dikirim ke Sumatra Barat untuk selanjutnya dilepas ke habitatnya," urainya.
Sementara, Amank Raga yang merupakan aktivis dari JAAN sekaligus Koordinator Penyelamatan Perdaganan Satwa di Bali mengaku bahwa lamanya proses translokasi karena harus mengikuti proses yang harus melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu pemilihan maupun kesiapan lokasi pelepasliaran dan pemeriksaan medis, sehingga baru tahun ini translokasi dapat dilaksanakan. Amank Raga, juga berharap dengan di translokasi ketiga Siamang tersebut, bisa dikembalikan ke habitatnya dan juga tidak ada lagi perdagangan primata. "Harapan jangka panjangnya tidak ada lagi perdagangan primata. Karena ini sangat berbahaya, juga bagi manusianya karena primata bisa menularkan penyakitnya ke manusia dan manusia bisa menularkan penyakitnya kepada mereka. Penyakit primata sama dengan penyakit manusia mulai dari TBC, paru-paru, Hepatitis dan lainnya," tutupnya. *dar
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSAD) Bali bekerjasama dengan Yayasan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Yayasan FNPF, melakukan translokasi tiga ekor satwa jenis Siamang ke Sumatera Barat pada Rabu (17/10) pagi. Tiga hewan yang dilidungi ini hasil tangkapan petugas gabungan yang hendak diselundupkan ke Rusia.
Kepala seksi Konservasi wilayah II BKSDA, Sulistio Widodo menerangkan ketiga satwa endemik Sumatra Barat ini berkat kerja keras petugas gabungan yang melakukan penyelidikan prihal adanya informasi transaksi dua ekor siamang yang akan di kirim ke Rusia pada tahun 2014 silam. Kemudian, petugas BKSDA bersama petugas kepolisian melakukan penangkapan terhadap pelaku beserta dua ekor siamang.
Kemudian, pelaku diproses ke petugas kepolisian, sementara dua hewan itu dibawa oleh pihak BKSDA untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Kemudian, dua siamang ini dibawa oleh pihak kita di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali dikawasan Tabanan," terangnya, Rabu (17/10) pagi.
Dalam perjalanannya, dua ekor siamang ini dipelihara dan dilakukan perawatan oleh pihak PPS karena masih kecil dan trauma setelah dibawa dari Sumatra Barat ke Bali. Karena melakukan beberapa tindakan medis dan tindakan lainnya, sehingga relokasi baru terjadi pada tahun 2018 ini. "Kalau selama ini kan masih dirawat sama yayasan. Ya, termasuk pemulihan trauma dan tindakan medis lainnya. Apalagi, saat itu dua ekor siamang ini masih kecil -kecil," ungkapnya.
Sementara, satu siamang yang ikut direlokasi adalah temuan warga Bali yang juga selama ini dirawat bersama dua siamang lainnya. Selanjutnya satwa-satwa tersebut akan dilatih dan direhabilitasi lebih lanjut di Yayasan Kalaweit Konservasi Siamang dan Owa di Supayang, Solok, Sumatera Barat. "Total yang kita relokasi hari ini ada 3 ekor. Dua hasil penindakan, satu hasil temuan warga di Bali yang diserahkan ke kita. Semuanya akan dikirim ke Sumatra Barat untuk selanjutnya dilepas ke habitatnya," urainya.
Sementara, Amank Raga yang merupakan aktivis dari JAAN sekaligus Koordinator Penyelamatan Perdaganan Satwa di Bali mengaku bahwa lamanya proses translokasi karena harus mengikuti proses yang harus melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu pemilihan maupun kesiapan lokasi pelepasliaran dan pemeriksaan medis, sehingga baru tahun ini translokasi dapat dilaksanakan. Amank Raga, juga berharap dengan di translokasi ketiga Siamang tersebut, bisa dikembalikan ke habitatnya dan juga tidak ada lagi perdagangan primata. "Harapan jangka panjangnya tidak ada lagi perdagangan primata. Karena ini sangat berbahaya, juga bagi manusianya karena primata bisa menularkan penyakitnya ke manusia dan manusia bisa menularkan penyakitnya kepada mereka. Penyakit primata sama dengan penyakit manusia mulai dari TBC, paru-paru, Hepatitis dan lainnya," tutupnya. *dar
1
Komentar