Penerapan Berbahasa Bali di Sekolah Perlu Dukungan Orangtua Siswa
Penerapan berbahasa dan berbusana Bali yang berjalan sejak Kamis (11/10) kemarin, masih mengalami kendala terutama penerapan di sekolah.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu disebabkan karena rendahnya dukungan orang tua untuk mengajak anak-anak mereka berbahasa Bali di rumah masing-masing. Para orangtua kebanyakan memilih mengajak anaknya untuk berbahasa Indonesia.
Hal itu diungkapkan salah satu guru bidang bahasa Bali di SDN 1 Sumerta, I Wayan Putra Randiarta, Kamis (18/10). Menurutnya, penerapan bahasa Bali di sekolah tergantung pada dukungan orangtua. Sebab, di sekolah siswa yang belajar dalam penggunaan bahasa Bali hanya 6 jam, sisanya mereka berinteraksi di rumah masing-masing terutama dengan orangtua.
Ketika tidak ada dukungan orangtua untuk mengajak anaknya berbahasa Bali, maka akan lama bisa diterapkan oleh masing-masing siswa. Sebab, siswa dibiarkan diajak berbahasa Indonesia ketimbang bahasa Ibu. "Ya perlu ada dukungan juga dari orangtua, karena kita hanya bisa mengajarkan mereka selama 6 jam berinteraksi dengan sesama teman mereka, sisanya di rumah," jelasnya.
Kata dia, bahasa Bali merupakan bahasa Ibu yang harusnya dilestarikan dengan mengajarkan anak-anak mulai dari rumah mereka. Sebab, untuk bahasa lainnya mereka bisa pelajari melalui interaksi dengan teman sepermainannya. Dengan banyaknya orangtua yang sudah tidak mengajak anak-anak mereka berbahasa Bali lambat laun bahasa Ibu akan semakin tidak dikenal.
Pihaknya mengingkan orangtua ikut berperan dalam penerapan berbahasa Bali kepada anaknya. "Contohnya sekarang saja mereka sebagian besar memakai bahasa Indonesia, jika kita paksakan berbahasa Bali apalagi bahasa Bali halus, mereka cenderung kebingungan. Makanya kami tekankan mereka untuk belajar sedikit demi sedikit. Contohnya mereka menyapa temannya dengan bahasa Bali atau menempel di kamar mereka ucapan selamat pagi baru bangun. Dia kan bisa baca itu," ungkapnya.
Sementara salah satu siswa di SDN 1 Sumerta ditemui saat jam istirahat Putu Andre Kusuma Mardana, 11, mengaku senang berbahasa Bali untuk ikut melestarikan budaya Bali. Namun anak kelas VI ini mengaku susah berbahasa Bali ngobrol dengan temannya, karena kebiasaan berbahasa Indonesia membuatnya lupa ngobrol bahasa Bali. "Seneng sih, cuman kan sering lupa mau ngobrol bahasa Bali sama teman," ucapnya. *mi
Hal itu diungkapkan salah satu guru bidang bahasa Bali di SDN 1 Sumerta, I Wayan Putra Randiarta, Kamis (18/10). Menurutnya, penerapan bahasa Bali di sekolah tergantung pada dukungan orangtua. Sebab, di sekolah siswa yang belajar dalam penggunaan bahasa Bali hanya 6 jam, sisanya mereka berinteraksi di rumah masing-masing terutama dengan orangtua.
Ketika tidak ada dukungan orangtua untuk mengajak anaknya berbahasa Bali, maka akan lama bisa diterapkan oleh masing-masing siswa. Sebab, siswa dibiarkan diajak berbahasa Indonesia ketimbang bahasa Ibu. "Ya perlu ada dukungan juga dari orangtua, karena kita hanya bisa mengajarkan mereka selama 6 jam berinteraksi dengan sesama teman mereka, sisanya di rumah," jelasnya.
Kata dia, bahasa Bali merupakan bahasa Ibu yang harusnya dilestarikan dengan mengajarkan anak-anak mulai dari rumah mereka. Sebab, untuk bahasa lainnya mereka bisa pelajari melalui interaksi dengan teman sepermainannya. Dengan banyaknya orangtua yang sudah tidak mengajak anak-anak mereka berbahasa Bali lambat laun bahasa Ibu akan semakin tidak dikenal.
Pihaknya mengingkan orangtua ikut berperan dalam penerapan berbahasa Bali kepada anaknya. "Contohnya sekarang saja mereka sebagian besar memakai bahasa Indonesia, jika kita paksakan berbahasa Bali apalagi bahasa Bali halus, mereka cenderung kebingungan. Makanya kami tekankan mereka untuk belajar sedikit demi sedikit. Contohnya mereka menyapa temannya dengan bahasa Bali atau menempel di kamar mereka ucapan selamat pagi baru bangun. Dia kan bisa baca itu," ungkapnya.
Sementara salah satu siswa di SDN 1 Sumerta ditemui saat jam istirahat Putu Andre Kusuma Mardana, 11, mengaku senang berbahasa Bali untuk ikut melestarikan budaya Bali. Namun anak kelas VI ini mengaku susah berbahasa Bali ngobrol dengan temannya, karena kebiasaan berbahasa Indonesia membuatnya lupa ngobrol bahasa Bali. "Seneng sih, cuman kan sering lupa mau ngobrol bahasa Bali sama teman," ucapnya. *mi
Komentar