Tari Andir Desa Kelating Sulit Dibangkitkan
Tari Andir, tari tradisi di Banjar Pande, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, sulit dibangkitkan.
TABANAN, NusaBali
Selain karena tidak ada generasi penerus penari, melodi gambelan Tari Andir juga tidak ada yang mengingat. Padahal Tari Andir tersebut sempat jaya di tahun 1980-an.
Tari Andir adalah tari yang mirip dengan tari joged. Tari ini dilengkapi pengibing, pakaian dan gelungan mirip dengan tari joged. Namun yang membuat beda, gambelan gong gangsa yang digunakan untuk mengiringi memiliki lima daun, tidak seperti gambelan pada umumnya yang memiliki 7 atau 12 daun.
Perbekel Kelating I Made Suamba, mengungkapkan Tari Andir saat ini sulit dibangkitkan karena tidak ada generasi penerus tari dan gambelan. Padahal Tari Andir ini sempat populer di tahun 1980-an. Bahkan sering ngayah keluar banjar ketika ada upacara Dewa Yadnya dengan cara disewa. “Gerakan dari tarian tersebut sudah tidak ada yang ingat. Meski ada satu orang penari yang masih hidup, namun gerakannya tidak diingat karena usianya sudah uzur,” ungkap Suamba, Rabu (17/10).
Menurutnya dulu pihak banjar sempat berniat membangkitkan dengan mengundang seniman dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) yang sekarang sudah berubah menjadi ISI (Institut Seni Indonesia), tetapi tidak bisa. Sebab tidak ada yang ingat gerakan tari dan tidak ada yang ingat melodi gambelan. “Jadi sekarang sulit sekali untuk dibangkitkan, padahal Tari Andir adalah warisan budaya,” imbuhnya.
Diterangkan, gambelan yang mengiringi Tari Andir tergolong unik. Karena hanya memiliki 5 daun gong. Biasanya gong pada umumnya memiliki daun sebanyak 7 sampai 12. “Ini terdiri dari 5 daun, suaranya lebih bagus dan dalam memainkan tentu ada kesulitan, serasa gembelan tidak lengkap. Di sini lah letak bedanya,” jelas Suamba.
Saat ini gambelan yang terdiri dari satu barung (gong lengkap) tidak digunakan untuk mengiringi Tari Andir. Gambelan tersebut kini sering kali digunakan untuk perlengkapan upacara agama dengan melodi gambelan versi lain. Artinya tidak ditinggalkan meski tariannya sulit dibangkitkan.
Suamba menambahkan Tari Andir sudah tidak ditarikan sejak 10 tahun lalu. Dulu dibentuk sanggar sekaa demen namun sekarang sudah tiada. Meski demikian tarian tersebut selalu diingat. Karena dulu merupakan hiburan bagi seluruh masyarakat di Desa Kelating. “Dulu penarinya cantik-cantik hampir semua remaja bisa menarikan. Namun mantan penari kebanyakan sudah meninggal,” tandasnya. *de
Selain karena tidak ada generasi penerus penari, melodi gambelan Tari Andir juga tidak ada yang mengingat. Padahal Tari Andir tersebut sempat jaya di tahun 1980-an.
Tari Andir adalah tari yang mirip dengan tari joged. Tari ini dilengkapi pengibing, pakaian dan gelungan mirip dengan tari joged. Namun yang membuat beda, gambelan gong gangsa yang digunakan untuk mengiringi memiliki lima daun, tidak seperti gambelan pada umumnya yang memiliki 7 atau 12 daun.
Perbekel Kelating I Made Suamba, mengungkapkan Tari Andir saat ini sulit dibangkitkan karena tidak ada generasi penerus tari dan gambelan. Padahal Tari Andir ini sempat populer di tahun 1980-an. Bahkan sering ngayah keluar banjar ketika ada upacara Dewa Yadnya dengan cara disewa. “Gerakan dari tarian tersebut sudah tidak ada yang ingat. Meski ada satu orang penari yang masih hidup, namun gerakannya tidak diingat karena usianya sudah uzur,” ungkap Suamba, Rabu (17/10).
Menurutnya dulu pihak banjar sempat berniat membangkitkan dengan mengundang seniman dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) yang sekarang sudah berubah menjadi ISI (Institut Seni Indonesia), tetapi tidak bisa. Sebab tidak ada yang ingat gerakan tari dan tidak ada yang ingat melodi gambelan. “Jadi sekarang sulit sekali untuk dibangkitkan, padahal Tari Andir adalah warisan budaya,” imbuhnya.
Diterangkan, gambelan yang mengiringi Tari Andir tergolong unik. Karena hanya memiliki 5 daun gong. Biasanya gong pada umumnya memiliki daun sebanyak 7 sampai 12. “Ini terdiri dari 5 daun, suaranya lebih bagus dan dalam memainkan tentu ada kesulitan, serasa gembelan tidak lengkap. Di sini lah letak bedanya,” jelas Suamba.
Saat ini gambelan yang terdiri dari satu barung (gong lengkap) tidak digunakan untuk mengiringi Tari Andir. Gambelan tersebut kini sering kali digunakan untuk perlengkapan upacara agama dengan melodi gambelan versi lain. Artinya tidak ditinggalkan meski tariannya sulit dibangkitkan.
Suamba menambahkan Tari Andir sudah tidak ditarikan sejak 10 tahun lalu. Dulu dibentuk sanggar sekaa demen namun sekarang sudah tiada. Meski demikian tarian tersebut selalu diingat. Karena dulu merupakan hiburan bagi seluruh masyarakat di Desa Kelating. “Dulu penarinya cantik-cantik hampir semua remaja bisa menarikan. Namun mantan penari kebanyakan sudah meninggal,” tandasnya. *de
1
Komentar