'Peluru Nyasar' Jaraknya Mematikan
Jangkauan tembakan peluru nyasar dari lapangan tembak milik Perbakin ke gedung DPR tergolong mematikan.
SLEMAN, NusaBali
Hal itu diungkapkan Kabareskrim, Komjen Arief Sulistyanto, ketika memaparkan jarak tembak di peristiwa peluru nyasar ke kompleks parlemen itu. "Iya (mematikan), untungnya nggak (ada orang yang) kena," kata Arief, seusai memberi pengarahan fungsi reserse jajaran Polda DIY, di Grha Sarina Vidi Jalan Magelang Km 9, Sleman, Kamis (18/10) seperti dilansir detik.
Sebelum menjawab pertanyaan dari awak media itu, Arief menerangkan senjata yang dipakai latihan menembak oleh 2 tersangka, IAW dan RMY, adalah pistol Glock yang bisa disetel otomatis. Jarak antara pagar terakhir lapangan tembak dengan tembok gedung DPR hanya 297 meter. Sedangkan jarak jangkauan tembakan pistol Glock itu bisa mencapai 2.300 meter.
"Tapi jarak efektifnya tidak sampai 2.300 meter, sehingga kalau 300 meter, ya masuk akal (kena gedung DPR)," jelasnya. Arief pun mendorong pemangku kebijakan melakukan kajian terhadap lokasi lapangan tembak.
"Yang perlu dipikirkan ke depan adalah bagaimana agar keberadaan lapangan tembak itu tidak membahayakan pihak lain, ini kan dekat dengan gedung DPR, ada anggota dewan yang memang harus kita jaga keselamatannya. Sehingga ini menjadi pemikiran dari pengambil kebijakan nanti apa yang harus kita lakukan," ujarnya.
"Tetapi dalam tugas polisi sebagai penyidik, ini sudah bisa membuktikan bahwa (peluru) itu berasal dari lapangan tembak oleh orang yang saat itu sedang latihan menembak," imbuhnya.
Tersangka peluru nyasar berinisial IAW dan MRY rencananya menembakkan 450 peluru saat latihan di lapangan tembak Senayan. Namun peluru tersebut tak semuanya digunakan.
"Dia kan menggunakan, membeli 9 dus. Satu dusnya ada 50 butir. Dia sudah menembakkan 290-an lebihlah. Dari peluru itulah masih akan kita dalami daripada pelaku tersebut," Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (18/18).
Argo mengatakan beberapa peluru itu nyasar ke gedung DPR karena tersangka IAW gugup saat menggunakan senjata glock 17 yang dimodifikasi. Jumlah peluru nyasar ke gedung DPR itu masih diselidiki polisi. Selain itu, polisi juga berencana memeriksa pihak dari lapangan tembak Senayan. Polisi ingin menggali terkait kronologi kejadian.
Insiden peluru nyasar di Gedung DPR RI membuat wacana lapangan tembak di dekat Gedung DPR dipindah. Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan Pemprov sudah bertemu Dirut GBK dan membicarakan relokasi.
"Dirut GBK sedang melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak, terutama pengelola tentang pemanfaatannya. Kami melihat bahwa tempat ini memang punya risiko yang besar. Karena itu lebih baik berada di tempat yang bebas dari risiko untuk kegiatan tembak-menembak," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis (18/10) seperti dilansir liputan6.
"Memang ini bukan insiden pertama atau kedua, sudah berkali-kali terjadi. Jadi kemungkinan besar ujungnya akan ada relokasi. Tapi prosesnya sedang dijalani. Pembicaraannya lintas instansi. Setneg, Kemenpora, Pemprov DKI, kemudian Perbakin sebagai yang mengelola. Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat akan ada kata final," tambah Anies. *
Hal itu diungkapkan Kabareskrim, Komjen Arief Sulistyanto, ketika memaparkan jarak tembak di peristiwa peluru nyasar ke kompleks parlemen itu. "Iya (mematikan), untungnya nggak (ada orang yang) kena," kata Arief, seusai memberi pengarahan fungsi reserse jajaran Polda DIY, di Grha Sarina Vidi Jalan Magelang Km 9, Sleman, Kamis (18/10) seperti dilansir detik.
Sebelum menjawab pertanyaan dari awak media itu, Arief menerangkan senjata yang dipakai latihan menembak oleh 2 tersangka, IAW dan RMY, adalah pistol Glock yang bisa disetel otomatis. Jarak antara pagar terakhir lapangan tembak dengan tembok gedung DPR hanya 297 meter. Sedangkan jarak jangkauan tembakan pistol Glock itu bisa mencapai 2.300 meter.
"Tapi jarak efektifnya tidak sampai 2.300 meter, sehingga kalau 300 meter, ya masuk akal (kena gedung DPR)," jelasnya. Arief pun mendorong pemangku kebijakan melakukan kajian terhadap lokasi lapangan tembak.
"Yang perlu dipikirkan ke depan adalah bagaimana agar keberadaan lapangan tembak itu tidak membahayakan pihak lain, ini kan dekat dengan gedung DPR, ada anggota dewan yang memang harus kita jaga keselamatannya. Sehingga ini menjadi pemikiran dari pengambil kebijakan nanti apa yang harus kita lakukan," ujarnya.
"Tetapi dalam tugas polisi sebagai penyidik, ini sudah bisa membuktikan bahwa (peluru) itu berasal dari lapangan tembak oleh orang yang saat itu sedang latihan menembak," imbuhnya.
Tersangka peluru nyasar berinisial IAW dan MRY rencananya menembakkan 450 peluru saat latihan di lapangan tembak Senayan. Namun peluru tersebut tak semuanya digunakan.
"Dia kan menggunakan, membeli 9 dus. Satu dusnya ada 50 butir. Dia sudah menembakkan 290-an lebihlah. Dari peluru itulah masih akan kita dalami daripada pelaku tersebut," Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (18/18).
Argo mengatakan beberapa peluru itu nyasar ke gedung DPR karena tersangka IAW gugup saat menggunakan senjata glock 17 yang dimodifikasi. Jumlah peluru nyasar ke gedung DPR itu masih diselidiki polisi. Selain itu, polisi juga berencana memeriksa pihak dari lapangan tembak Senayan. Polisi ingin menggali terkait kronologi kejadian.
Insiden peluru nyasar di Gedung DPR RI membuat wacana lapangan tembak di dekat Gedung DPR dipindah. Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan Pemprov sudah bertemu Dirut GBK dan membicarakan relokasi.
"Dirut GBK sedang melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak, terutama pengelola tentang pemanfaatannya. Kami melihat bahwa tempat ini memang punya risiko yang besar. Karena itu lebih baik berada di tempat yang bebas dari risiko untuk kegiatan tembak-menembak," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis (18/10) seperti dilansir liputan6.
"Memang ini bukan insiden pertama atau kedua, sudah berkali-kali terjadi. Jadi kemungkinan besar ujungnya akan ada relokasi. Tapi prosesnya sedang dijalani. Pembicaraannya lintas instansi. Setneg, Kemenpora, Pemprov DKI, kemudian Perbakin sebagai yang mengelola. Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat akan ada kata final," tambah Anies. *
Komentar