Komisi X Dorong MoU Antar Negara
Komisi X DPR RI (membidangi pariwisata) dorong Pemprov Bali jemput bola dengan segera mengusulkan sebuah MoU antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok, untuk menyelesaikan masalah pariwisata Bali dijual murah.
Terkait Pariwisata Bali Dijual Murah
DENPASAR, NusaBali
Sementara, DPRD Bali agendakan panggil komponen pariwisata pekan depan, terkait masalah yang sama. Anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali, Putu Supadma Rudana, mengatakan begitu terungkap ada sindikat travel agent nakal yang menjual murah pariwisata Bali dengan permainan ‘jual beli kepala’, pemerintah sudah harus ambil langkah cepat. Apalagi, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace sudah mengungkap fakta adanya toko-toko milik investor Tiongkok yang di-duga melakukan permainan dalam penjualan paket tur wisata murah ke Bali.
“Pemprov Bali harus segera koordinasi dengan pusat dan stakeholder terkait. Intinya, harus segera ada MoU antara Indonesia dan Tiongkok untuk mencegah terjadinya penjualan paket tur murah-murah ke Bali. Apalagi, sudah terungkap faktanya di lapangan. Tunggu apalagi?” ujar Supadma kepada NusaBali di Denpasar, Jumat (19/10).
Supadnya menyebutkan, langkah berikutnya, segera tertibkan praktek mafia travel agent nakal dan tindak para mafia di lapangan. “Satpol PP bisa menutup toko-toko Tiongkik yang menjadi saluran dan bagian sindikat menjual murah-murah pariwisata Bali itu. Harus ada keberanian menindak mereka,” ujar politisi Demokrat asal asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar ini.
Menurut Supadma, fenomena pariwisata Bali dijual murah di pasar turis Tiongkok dengan paket tur seharga Rp 1 juta, bahkan hanya Rp 600.000, akan dibawa dalam rapat kerja (Raker) Komisi X DPR dengan Kementerian Pariwisata. Apalagi, pariwisata Bali bukan hanya dijual murah, namun turis Tiongkok yang datang juga cuma diajak belanja ke toko-toko milik investor Tiongkok di Bali. “Masalah ini menjadi bahan dan aspirasi saya dalam Raker dengan Kementerian Pariwisata,” tegas Supadma yang juga Wakil Sekjen DPP Demokrat.
Sementara itu, DPRD Bali segera panggil komponen pariwisata, sebagai bagian upaya untuk menyelesaikan masalah pariwisata dijual murah ke pasar turis Tiongkok. Menurut Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, seluruh stakeholder pariwisata diagendakan akan dipanggil pekan depan. Dalam pertemuan di gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar nanti, akan dibahas langkah-langkah terkait aksi jual murah pariwisata Bali.
“Sistem jual beli kepala, atau apalah namanya, sudah sering kita dengar. Hanya saja, pembuktian di lapangan cukup sulit, karena tidak ada yang melaporkan kasus ini. Nah, sekarang sudah terungkap jelas, maka harus ada ada upaya dan langkah-langkah untuk mengatasinya,” ujar Adi Wiryatama, Jumat kemarin.
“Kita akan panggil komponen pariwisata ke DPRD Bali. Kita selesaikan dan harus ada langkah tindak tegas. Kita tidak perlu ada banyak turis Tiongkok, kalau mereka hanya merusak citra pariwisata Bali,” lanjut politisi senior PDIP yang mantan Bupati Tabanan 2000-2005 dan 2005-2010 ini.
Selain bicara dengan seluruh stakeholder pariwisata, kata Adi Wiryatama, juga harus segera ada MoU atau agreement antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok. “Pemerintah Tiongkok harus mencegah mereka yang mau berangkat ke Bali dengan biaya murah-murah. Caranya, dengan menindak travel agent nakalnya. Kita di Bali juga harus tindak mereka yang bersindikat,” tegas Adi Wiryatama.
Praktek mafia jual murah pariwisata Bali itu sendiri sudah terbongkar secara gamblang ketika Wakil Gubernur Cok Ace sidak ke sejumlah toko Tiongkok di Denpasar-Badung, Kamis (18/10). Dalam sidak itu, Cok Ace terbelalak dengan permainan mafia yang merusak citra pariwisata Bali itu. Ada toko yang jual barang produk Tiongkok seharga Rp 20 juta, padahal di negaranya hanya berharga Rp 1 juta. Keuntungan itulah yang dipakai mensubsidi paket tur wisata murah ke Bali.
Cok Ace memaparkan, cara transaksi di toko Tiongkok menggunakan sistem WeChat dengan barcode. Jadi, tidak ada transaksi rupiah atau dolar, tidak ada pajak yang masuk ke negara, karena zero dolar, zero rupiah, transaksinya seperti di Tiongkok. Barangnya dari Tiongkok, uangnya masuk ke Tiongkok, karena investornya dari Tiongkok. Karyawannya juga orang-orang Tiongkok yang diduga mengelabui petugas di Indonesia dengan mengaku sebagai turis, tapi malah bekerja di Bali.
Ada toko Tiongkok yang menjual kain sutra produk China. Modus di toko ini lebih rapi lagi, yakni dengan memasang foto-foto Presiden Jokowi dan Presiden SBY, seolah-olah Presiden Indonesia saja pakai sutra. Ini hanya trik untuk meyakinkan turis Tiongkok yang datang berbelanja.
Terkait masalah ini, Wagub Cok Ace segera akan ambil langkah-langkah penindakan. Nantinya semua elemen terkait, mulai PHRI, ASITA, hingga Imigrasi akan diajak koordinasi. “Kami akan meniru apa yang sudah dilakukan negara lain seperti Thailand dan Vietnam dalam penanganan modus ini,” kata Cok Ace, Kamis sore. *nat
Komentar