Upacara Nyurat Nama di Desa Pakraman Subagan
Upacara nyurat nama atau ngalinggihang (menstanakan) Sang Hyang Pitara serangkaian Karya Mamukur mengupacarai 262 puspa di Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, digelar pada Sukra Pahing Sinta, Jumat (19/10).
AMLAPURA, NusaBali
Upacara nyurat nama dipuput Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Gria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem dan Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh dari Gria Karang, Banjar Geria, Desa Pakraman Subagan.
Nyurat nama merupakan prosesi ngalinggihang Sang Hyang Pitara dari tapakan menuju linggih puspa, kemudian kalinggihang di bale panggung piyadnyan. Setiap puspa berisi nama orang yang diupacarai. Saat upacara nyurat nama, roh masing-masing nama yang tertera di puspa itu dipanggil melalui upacara dan diantarkan puja Ida Pedanda.
Penasihat Panitia Karya Mamukur, I Gusti Made Tusan didampingi Ketua Panitia I Gusti Made Karta, mengatakan tujuan menggelar karya mamukur untuk meningkatkan kesucian jiwatman menjadi suci yang disebut Dewa Pitara atau Ida Bhatara Hyang Kompiang. Sehingga usai Karya mamukur berlanjut upacara ngalinggihang di merajan (pura keluarga) masing-masing, sehingga atma yang telah menjadi Dewa Pitara nantinya berstana di Swah Loka (surga).
"Kami menggelar Karya Mamukur untuk membayar utang kepada leluhur yang disebut Pitra Rna. Tujuan lainnya untuk mempersatukan keluarga besar dan menghemat biaya," jelas I Gusti Made Tusan.
Puncak Karya mamukur diagendakan pada Soma Kliwon Landep, Senin (22/10). Rangkaian sebelumnya, ngangget don bingin (memetik daun beringin) di Pura Bale Agung, Banjar Desa, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, Buda Kliwon Sinta, Rabu (17/10).
Ketua Panitia I Gusti Made Karta membenarkan salah satu tujuan Karya Mamukur massal untuk meringankan beban biaya krama yang ikut upacara. Di samping untuk meningkatkan semangat manyamabraya dan gotong royong.
Krama yang ikut Karya Mamukur dominan dari Banjar Gede, juga ada dari Banjar Eka Cita, Banjar Geria, dan Banjar Tengah Kaler, Desa Pakraman Subagan.
Biaya yang dikenakan kepada peserta mamukur bervariasi. Puspa yang jumlahnya 1-5 puspa, kena Rp 3 juta per puspa, 6-10 puspa dikenakan Rp 2,5 juta per puspa, dan 11 puspa ke atas per puspa dikenakan biaya Rp 2 juta. "Banyak manfaat sosial kami dapatkan menggelar Karya Mamukur, menghemat biaya, mempersatukan keluarga besar, dan menumbuhkan semangat bergotong royong," jelas I Gusti Made Karta. Di puncak Karya Mamukur juga diisi upacara matatah (potong gigi) dan potong rambut, telah terdaftar 87 krama yang ikut. *k16
Upacara nyurat nama dipuput Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Gria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem dan Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh dari Gria Karang, Banjar Geria, Desa Pakraman Subagan.
Nyurat nama merupakan prosesi ngalinggihang Sang Hyang Pitara dari tapakan menuju linggih puspa, kemudian kalinggihang di bale panggung piyadnyan. Setiap puspa berisi nama orang yang diupacarai. Saat upacara nyurat nama, roh masing-masing nama yang tertera di puspa itu dipanggil melalui upacara dan diantarkan puja Ida Pedanda.
Penasihat Panitia Karya Mamukur, I Gusti Made Tusan didampingi Ketua Panitia I Gusti Made Karta, mengatakan tujuan menggelar karya mamukur untuk meningkatkan kesucian jiwatman menjadi suci yang disebut Dewa Pitara atau Ida Bhatara Hyang Kompiang. Sehingga usai Karya mamukur berlanjut upacara ngalinggihang di merajan (pura keluarga) masing-masing, sehingga atma yang telah menjadi Dewa Pitara nantinya berstana di Swah Loka (surga).
"Kami menggelar Karya Mamukur untuk membayar utang kepada leluhur yang disebut Pitra Rna. Tujuan lainnya untuk mempersatukan keluarga besar dan menghemat biaya," jelas I Gusti Made Tusan.
Puncak Karya mamukur diagendakan pada Soma Kliwon Landep, Senin (22/10). Rangkaian sebelumnya, ngangget don bingin (memetik daun beringin) di Pura Bale Agung, Banjar Desa, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, Buda Kliwon Sinta, Rabu (17/10).
Ketua Panitia I Gusti Made Karta membenarkan salah satu tujuan Karya Mamukur massal untuk meringankan beban biaya krama yang ikut upacara. Di samping untuk meningkatkan semangat manyamabraya dan gotong royong.
Krama yang ikut Karya Mamukur dominan dari Banjar Gede, juga ada dari Banjar Eka Cita, Banjar Geria, dan Banjar Tengah Kaler, Desa Pakraman Subagan.
Biaya yang dikenakan kepada peserta mamukur bervariasi. Puspa yang jumlahnya 1-5 puspa, kena Rp 3 juta per puspa, 6-10 puspa dikenakan Rp 2,5 juta per puspa, dan 11 puspa ke atas per puspa dikenakan biaya Rp 2 juta. "Banyak manfaat sosial kami dapatkan menggelar Karya Mamukur, menghemat biaya, mempersatukan keluarga besar, dan menumbuhkan semangat bergotong royong," jelas I Gusti Made Karta. Di puncak Karya Mamukur juga diisi upacara matatah (potong gigi) dan potong rambut, telah terdaftar 87 krama yang ikut. *k16
1
Komentar