130 Kepala Desa dan Lurah Kunjungi Tukad Bindu
Sebanyak 130 lurah dan kepala desa dari berbagai daerah di Indonesia, peserta Temu Karya Nasional Gelar Teknologi Tepat Guna yang berlangsung di GWK diajak mengunjungi Tukad Bindu di Kesiman, Denpasar Timur, Minggu (21/10). Mereka diperkenalkan penataan sungai untuk dijadikan tempat wisata.
DENPASAR, NusaBali
Salah satu peserta yang merupakan Kepala Desa Popayato, Kabupaten Kohuato, Provinsi Gorontalo, Wawan Ahmad, 30, mengaku kaget melihat kondisi bantaran sungai yang ditata dengan baik. Wawan mengungkapkan, kawasan Tukad Bindu sama persis dengan wilayahnya. Namun, Denpasar bisa menata tempat tersebut menjadi bersih dan rapi.
Wawan membandingkan sumber daya alam yang dimiliki desanya lebih mumpuni dan lebih luas dari Tukad Bindu. Namun, tidak ada muncul ide untuk menata kawasan tersebut seperti ini. "Saya kaget, kawasan ini (Tukad Bindu, red) bisa sebersih dan sebagus ini penataannya. Padahal ini di perkotaan dan wilayahnya juga sempit. Kami yang memiliki alam alami malah tidak kepikiran dengan suasana di sini," pujinya.
Kata Wawan, desanya saat ini merupakan desa terbaik di Gorontalo yang sudah memberikan kontribusi air bersih dan penanaman bahan pokok di masing-masing lingkungan warga dengan agrikultur. Namun, yang menjadi pembeda Bali dengan wilayahnya adalah pola pikir masyarakat yang belum bisa berkembang.
Sebab, segala kegiatan yang dilakukan masih berpatokan pada ide pemerintah bukan gagasan dari masyarakat sendiri. "Berbeda dengan di sini, masyarakatnya aktif mereka sudah berkembang dan ikut mengembangkan kawasan mereka sendiri," jelasnya.
Wawan mengaku, dengan kunjungannya ini, ia akan mencoba menerapkan sistem dari Tukad Bindu, karena kawasannya lebih memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. "Kami mau mencoba di Gorontalo. Disini saja tempat sekecil ini dengan sumber daya alam terbatas bisa sebagus ini. Kami yang memiliki SDA melimpah harus berani merubah suasana. Saya belajar banyak dari kunjungan ini," jelasnya.
Hal senada juga dikatakan Suryanto yang berasal dari Kalimantan Tengah, selain penataan bantaran sungai ia akan mengadopsi cara pengelolaan sampah di Denpasar yang menggunakan bank sampah. Cara tersebut dikatakan efektif untuk kebersihan lingkungan agar masyarakatnya tidak lagi membuang sampah sembarangan. "Bank sampah juga sangat menarik kita adopsi nanti. Mudah-mudahan dengan kunjungan ini bermanfaat," imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa IB Alit Wiradana didampingi Lurah Kesiman, Gusti Ayu Made Suryani mengatakan, Tukad Bindu dijadikan sebagai tujuan lokakarya bagi kepala desa/lurah se-Indonesia merupakan suatu kehormatan. Hal ini akan menjadi memotivasi masyarakat khususnya yang ada di bantaran Tukad Bindu untuk terus menjaga kebersihan sungai.
Disampingi itu diharapkan akan membawa imbas bagi daerah lain di Kota Denpasar untuk menata aliran sungai sehingga menjadi salah satu obyek wisata baru di Denpasar. “Kami harapkan apa yang telah dilakukan di Tukad Bindu menjadi motivasi daerah lain di Kota Denpasar dalam penataan tukad,” jelasnya.
Penataan Tukad Bindu ini merupakan inovasi yang berbasis masyarakat. Mengingat segala program tanpa ada dukungan penuh dari masyarakat hal tersebut sulit terwujud. Kedepannya Tukad Bindu yang telah tertata dengan rapi tetap dijaga kebersihanya sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. *mi
Salah satu peserta yang merupakan Kepala Desa Popayato, Kabupaten Kohuato, Provinsi Gorontalo, Wawan Ahmad, 30, mengaku kaget melihat kondisi bantaran sungai yang ditata dengan baik. Wawan mengungkapkan, kawasan Tukad Bindu sama persis dengan wilayahnya. Namun, Denpasar bisa menata tempat tersebut menjadi bersih dan rapi.
Wawan membandingkan sumber daya alam yang dimiliki desanya lebih mumpuni dan lebih luas dari Tukad Bindu. Namun, tidak ada muncul ide untuk menata kawasan tersebut seperti ini. "Saya kaget, kawasan ini (Tukad Bindu, red) bisa sebersih dan sebagus ini penataannya. Padahal ini di perkotaan dan wilayahnya juga sempit. Kami yang memiliki alam alami malah tidak kepikiran dengan suasana di sini," pujinya.
Kata Wawan, desanya saat ini merupakan desa terbaik di Gorontalo yang sudah memberikan kontribusi air bersih dan penanaman bahan pokok di masing-masing lingkungan warga dengan agrikultur. Namun, yang menjadi pembeda Bali dengan wilayahnya adalah pola pikir masyarakat yang belum bisa berkembang.
Sebab, segala kegiatan yang dilakukan masih berpatokan pada ide pemerintah bukan gagasan dari masyarakat sendiri. "Berbeda dengan di sini, masyarakatnya aktif mereka sudah berkembang dan ikut mengembangkan kawasan mereka sendiri," jelasnya.
Wawan mengaku, dengan kunjungannya ini, ia akan mencoba menerapkan sistem dari Tukad Bindu, karena kawasannya lebih memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. "Kami mau mencoba di Gorontalo. Disini saja tempat sekecil ini dengan sumber daya alam terbatas bisa sebagus ini. Kami yang memiliki SDA melimpah harus berani merubah suasana. Saya belajar banyak dari kunjungan ini," jelasnya.
Hal senada juga dikatakan Suryanto yang berasal dari Kalimantan Tengah, selain penataan bantaran sungai ia akan mengadopsi cara pengelolaan sampah di Denpasar yang menggunakan bank sampah. Cara tersebut dikatakan efektif untuk kebersihan lingkungan agar masyarakatnya tidak lagi membuang sampah sembarangan. "Bank sampah juga sangat menarik kita adopsi nanti. Mudah-mudahan dengan kunjungan ini bermanfaat," imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa IB Alit Wiradana didampingi Lurah Kesiman, Gusti Ayu Made Suryani mengatakan, Tukad Bindu dijadikan sebagai tujuan lokakarya bagi kepala desa/lurah se-Indonesia merupakan suatu kehormatan. Hal ini akan menjadi memotivasi masyarakat khususnya yang ada di bantaran Tukad Bindu untuk terus menjaga kebersihan sungai.
Disampingi itu diharapkan akan membawa imbas bagi daerah lain di Kota Denpasar untuk menata aliran sungai sehingga menjadi salah satu obyek wisata baru di Denpasar. “Kami harapkan apa yang telah dilakukan di Tukad Bindu menjadi motivasi daerah lain di Kota Denpasar dalam penataan tukad,” jelasnya.
Penataan Tukad Bindu ini merupakan inovasi yang berbasis masyarakat. Mengingat segala program tanpa ada dukungan penuh dari masyarakat hal tersebut sulit terwujud. Kedepannya Tukad Bindu yang telah tertata dengan rapi tetap dijaga kebersihanya sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. *mi
Komentar