Bale Pengaruman Baru Dipelaspas Lima Hari Sebelum Mapedada
Sebagaimana tradisi yang diwarisi secara turun temurun, upacara Mapepada di Pura Dalem Balingkang harus dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Pakraman Sukawana, Kecamatan Kintamani
Besok, Puncak Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kintamani
BANGLI, NusaBali
Karya Pujawali Warsa 2018 di Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli tengah berlangsung. Puncak karya pujawali akan dilaksanakan pada Purnamaning Kalima tepat Buda Paing Landep, Rabu (24/10) besok. Sebelum kaya pujawali, krama pangempon telah merampungkan Paliggih Bale Pengaruman di Madya Mandala Pura Dalem Balingkang yang sudah diupacarai pamelaspas pada Sukra Paing Sinta, Jumat (19/10) lalu atau lima hari sebelum ritual Mapepada.
Dalam Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang Warsa 2018 ini, Ida Batara akan nyejer selama 13 hari. Diawali dengan prosesi Ngamedalang Ida Batara pada Radite Wage Landep, Minggu (21/10) tengah malam pukul 24.00 Wita. Ida Batara kamedalang dari stananya di Pura Makulem, kawasan Alas Metahun di perbatasan Kabupaten Bangli dan Buleleng, yang berjarak sekitar 20 kilometer arah timur laut Pura Dalem Balingkang. Ida Batara akan nyejer hingga upacara Pasineban pada Sukra Umanis Ukir, Jumat (2/11) mendatang.
Sedangkan puncak Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang akan dilaksanakan tepat pada Purnamaning Kalima, Rabu besok. Puncak karya pujawali nanti ditandai dengan prosesi ritual Mapepada yang dimulai siang pukul 11.00 Wita. Jika tak ada halangan, Gubernur Bali Dr Ir Wayan Koster MM juga rencananya akan tangkil saat ritual Mapepada besok.
Sebagaimana tradisi yang diwarisi secara turun temurun, upacara Mapepada haruslah dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Pakraman Sukawana, Kecamatan Kintamani. Jero Kubayan Kiwa pula yang nuek (menusuk) Kebo bertanduk emas, hewan kurban berupa kerbau yang oleh krama setempat disebut Jero Gede saat upacara Mapepada.
Prosesi Mapepada ditandai dengan ritual mengarak Kebo bertanduk emas mengelilingi pura tiga kali putaran. Prosesi Mapepada biasanya melibatkan krama pangempon, krama penyungsung, dan krama banua Pura Dalem Balingkang, yang berasal dari berbagai kabupaten berbeda. Misalnya, krama Desa Pakraman Pinggan (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Pakraman Sambirenteng (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Pakraman Les-Penuktukan (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Pakraman Petak (Kecamatan Gianyar).
Sementara itu, sebelum dilaksanakannya karya Pujawali Warsa 2018 ini, dilakukan renovasi Palinggih Palinggih Bale Pengaruman, yang baru dipelaspas lima hari sebelum puncak karya, Jumat, 19 Oktober 2018 lalu. Menurut Bendesa Pakraman Pinggan, Jro Guru Made Seden, 51, Bale Pengaruman dibangun atas bantuan Pemprov Bali sebesar Rp 1,2 miliar, yang pengerjaannya dilakukan selama dua bulan lebih. Selama itu pula, krama Desa Pakraman Pinggan selaku pangempon Pura Dalem Balingkang rutin gotong royong seminggu sekali.
Bale Pengaruman ini ukurannya lebih besar dan tinggi dari yang ada sebelumnya. Pondasinya ditinggikan menjadi sekitar 3,5 meter, lebih tinggi 2 meter dari sebelumnya. Sedangkan panjang dan lebar bangunan diperluas sekitar 1 meter, menjadi 12 meter x 12 meter. “Krama Desa Pakraman Pinggan dengan tulus gotong royong seminggu sekali selama dua bulan, demi pembangunan Bale Pengaruman ini,” jelas Jro Guru Seden, Minggu lalu.
Selain Bale Pengaruman, halaman depan, samping kanan, dan kiri di Nista Mandala Pura Dalem Balingkang juga baru dipasangi paving. Program pavingisasi ini direncanakan full keliling areal Pura Dalem Balingkang, sehingga kelak pamedek yang mengikuti prosesi Mapepada saat puncak karya ke depan lebih nyaman dan terhindar dari debu. Program pavingisasi ini merupakan bantuan dari Bupati Bandung Nyoman Giri Prasta, yang menyumbang 5.000 keping paving. Rencananya, bukan hanya sekeliling pura yang akan dipaving, namun juga sebagian halaman di Madya Mandala Pura Dalem Balingkang.
Pembangunan Bale Penhgaruman dan pavingisasi ini hampir mirip pelaksanaan karya Pujawali Warsa 2017 Pura Dalem Balingkang pada Purnamaning Kalima setahun lalu. Kala itu, krama Desa Pinggang juga rutin gotong royong mengerjakan wantilan berukuran besar dengan panjang 32 meter dan lebar 32 meter di Nista Mandala Pura Dalem Balingkang. Wantilan tersebut bisa dibanguan atas bantuan Wayan Koster, Gubernur Bali yang kala itu masih duduk sebagai anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali, sebesar Rp 400 juta. Hingga saat ini, wantilan superbesar tersebut masih dalam proses pengerjaan. Dana tambahannya digalang krama secara wsadaya. Hingga rampung nanti, wantilan ini diperkiaran menelan biaya mencapai Rp 2 miliar.
Sebelum pembangunan wantilan dan pelaksanaan Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang setahun lalu, krama Desa Pakraman Pinggan juga telah rampung membangun kembali Jembatan Pura Tanggun Titi, yakni jembatran menuju Pura Dalem Balingkang. Selain itu, juga bikin gapura dan sekaligus memperlebar natar (halaman) Pura Tanggun Titi, yang berada di atas Beji Pura Dalem Balingkang. Jembatan, gapura, dan perlebaran natar Pura Tanggun Titi ini menelan biasa sekitar Rp 450 juta, yang digalang secara swadaya oleh krama Desa Pakraman Pinggan.
Jembatan Tanggun Titi membentang arah utara-selatan pada ketinggian sekitar 25 meter dari dasar sungai yang mengelilingi Pura Dalem Balingkang. Jembatan Tanggun Titi bukan hanya ditambah panjangnya, namun juga lebih ditinggikan dan diperlebar. Semula, Jembatan Tanggun Titi yang dibangun sekitar tahun 1980 memiliki panjang 17 meter dengan lebar 1,5 meter. Pasca dibangun kembali, panjangnya bertambah menjadi sekiktar 22 meter, sementara lebarnya bertambah jadi 3 meter. Panjang jembatan beton ini bertambah, karena tingginya juga dinaikkan sekitar 1,5 meter dari semula.
Pura Dalem Balingkang sendiri merupakan salah satu pura tua warisan zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus---yang beristrikan putri China, Kang Cing We---menjadi penguasa Bali Dwipa. Istana kerajaan waktu itu berada di puri yang sekarang menjadi Pura Dalem Balingkang. Pura Kahyangan Jagat yang dibangun di atas areal seluas 16 hektare ini dilingkari sungai cukup dalam, sehingga sangat pas sebagai benteng di masa silam. *nar
BANGLI, NusaBali
Karya Pujawali Warsa 2018 di Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli tengah berlangsung. Puncak karya pujawali akan dilaksanakan pada Purnamaning Kalima tepat Buda Paing Landep, Rabu (24/10) besok. Sebelum kaya pujawali, krama pangempon telah merampungkan Paliggih Bale Pengaruman di Madya Mandala Pura Dalem Balingkang yang sudah diupacarai pamelaspas pada Sukra Paing Sinta, Jumat (19/10) lalu atau lima hari sebelum ritual Mapepada.
Dalam Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang Warsa 2018 ini, Ida Batara akan nyejer selama 13 hari. Diawali dengan prosesi Ngamedalang Ida Batara pada Radite Wage Landep, Minggu (21/10) tengah malam pukul 24.00 Wita. Ida Batara kamedalang dari stananya di Pura Makulem, kawasan Alas Metahun di perbatasan Kabupaten Bangli dan Buleleng, yang berjarak sekitar 20 kilometer arah timur laut Pura Dalem Balingkang. Ida Batara akan nyejer hingga upacara Pasineban pada Sukra Umanis Ukir, Jumat (2/11) mendatang.
Sedangkan puncak Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang akan dilaksanakan tepat pada Purnamaning Kalima, Rabu besok. Puncak karya pujawali nanti ditandai dengan prosesi ritual Mapepada yang dimulai siang pukul 11.00 Wita. Jika tak ada halangan, Gubernur Bali Dr Ir Wayan Koster MM juga rencananya akan tangkil saat ritual Mapepada besok.
Sebagaimana tradisi yang diwarisi secara turun temurun, upacara Mapepada haruslah dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Pakraman Sukawana, Kecamatan Kintamani. Jero Kubayan Kiwa pula yang nuek (menusuk) Kebo bertanduk emas, hewan kurban berupa kerbau yang oleh krama setempat disebut Jero Gede saat upacara Mapepada.
Prosesi Mapepada ditandai dengan ritual mengarak Kebo bertanduk emas mengelilingi pura tiga kali putaran. Prosesi Mapepada biasanya melibatkan krama pangempon, krama penyungsung, dan krama banua Pura Dalem Balingkang, yang berasal dari berbagai kabupaten berbeda. Misalnya, krama Desa Pakraman Pinggan (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Pakraman Sambirenteng (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Pakraman Les-Penuktukan (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Pakraman Petak (Kecamatan Gianyar).
Sementara itu, sebelum dilaksanakannya karya Pujawali Warsa 2018 ini, dilakukan renovasi Palinggih Palinggih Bale Pengaruman, yang baru dipelaspas lima hari sebelum puncak karya, Jumat, 19 Oktober 2018 lalu. Menurut Bendesa Pakraman Pinggan, Jro Guru Made Seden, 51, Bale Pengaruman dibangun atas bantuan Pemprov Bali sebesar Rp 1,2 miliar, yang pengerjaannya dilakukan selama dua bulan lebih. Selama itu pula, krama Desa Pakraman Pinggan selaku pangempon Pura Dalem Balingkang rutin gotong royong seminggu sekali.
Bale Pengaruman ini ukurannya lebih besar dan tinggi dari yang ada sebelumnya. Pondasinya ditinggikan menjadi sekitar 3,5 meter, lebih tinggi 2 meter dari sebelumnya. Sedangkan panjang dan lebar bangunan diperluas sekitar 1 meter, menjadi 12 meter x 12 meter. “Krama Desa Pakraman Pinggan dengan tulus gotong royong seminggu sekali selama dua bulan, demi pembangunan Bale Pengaruman ini,” jelas Jro Guru Seden, Minggu lalu.
Selain Bale Pengaruman, halaman depan, samping kanan, dan kiri di Nista Mandala Pura Dalem Balingkang juga baru dipasangi paving. Program pavingisasi ini direncanakan full keliling areal Pura Dalem Balingkang, sehingga kelak pamedek yang mengikuti prosesi Mapepada saat puncak karya ke depan lebih nyaman dan terhindar dari debu. Program pavingisasi ini merupakan bantuan dari Bupati Bandung Nyoman Giri Prasta, yang menyumbang 5.000 keping paving. Rencananya, bukan hanya sekeliling pura yang akan dipaving, namun juga sebagian halaman di Madya Mandala Pura Dalem Balingkang.
Pembangunan Bale Penhgaruman dan pavingisasi ini hampir mirip pelaksanaan karya Pujawali Warsa 2017 Pura Dalem Balingkang pada Purnamaning Kalima setahun lalu. Kala itu, krama Desa Pinggang juga rutin gotong royong mengerjakan wantilan berukuran besar dengan panjang 32 meter dan lebar 32 meter di Nista Mandala Pura Dalem Balingkang. Wantilan tersebut bisa dibanguan atas bantuan Wayan Koster, Gubernur Bali yang kala itu masih duduk sebagai anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali, sebesar Rp 400 juta. Hingga saat ini, wantilan superbesar tersebut masih dalam proses pengerjaan. Dana tambahannya digalang krama secara wsadaya. Hingga rampung nanti, wantilan ini diperkiaran menelan biaya mencapai Rp 2 miliar.
Sebelum pembangunan wantilan dan pelaksanaan Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang setahun lalu, krama Desa Pakraman Pinggan juga telah rampung membangun kembali Jembatan Pura Tanggun Titi, yakni jembatran menuju Pura Dalem Balingkang. Selain itu, juga bikin gapura dan sekaligus memperlebar natar (halaman) Pura Tanggun Titi, yang berada di atas Beji Pura Dalem Balingkang. Jembatan, gapura, dan perlebaran natar Pura Tanggun Titi ini menelan biasa sekitar Rp 450 juta, yang digalang secara swadaya oleh krama Desa Pakraman Pinggan.
Jembatan Tanggun Titi membentang arah utara-selatan pada ketinggian sekitar 25 meter dari dasar sungai yang mengelilingi Pura Dalem Balingkang. Jembatan Tanggun Titi bukan hanya ditambah panjangnya, namun juga lebih ditinggikan dan diperlebar. Semula, Jembatan Tanggun Titi yang dibangun sekitar tahun 1980 memiliki panjang 17 meter dengan lebar 1,5 meter. Pasca dibangun kembali, panjangnya bertambah menjadi sekiktar 22 meter, sementara lebarnya bertambah jadi 3 meter. Panjang jembatan beton ini bertambah, karena tingginya juga dinaikkan sekitar 1,5 meter dari semula.
Pura Dalem Balingkang sendiri merupakan salah satu pura tua warisan zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus---yang beristrikan putri China, Kang Cing We---menjadi penguasa Bali Dwipa. Istana kerajaan waktu itu berada di puri yang sekarang menjadi Pura Dalem Balingkang. Pura Kahyangan Jagat yang dibangun di atas areal seluas 16 hektare ini dilingkari sungai cukup dalam, sehingga sangat pas sebagai benteng di masa silam. *nar
Komentar