nusabali

Dikhawatiri, Sektor Pertanian di Gianyar Makin Terpuruk

  • www.nusabali.com-dikhawatiri-sektor-pertanian-di-gianyar-makin-terpuruk

Kekhawatiran pelbagai kalangan tentang sektor pertanian khususnya di Gianyar, makin terpuruk, tak terhindarkan.

GIANYAR, NusaBali
Sebab penekun sektor ini makin sedikit hingga cenderung langka. Sejurus dengan itu, alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian akibat pesatnya kemajuan pembangunan fisik, makin tak terbendung.  Tak hanya itu, peningkatan lahan tidur alias tak digarap pun makin pesat. Kekhawatiran itu diungkapkan anggota DPRD Gianyar asal Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Wayan Sudiasa di Gianyar, Senin (22/10).

Menurut wakil rakyat yang masih aktif bertani jeruk ini, sektor pertanian memang sedang menghadapi tantangan berat. Hal ini sebagai dampak tak langsung dari kemajuan sektor pariwisata dan ikutannya, antara lain industri kerajinan dan seni. Akibatnya, generasi muda makin enggan terjun ke pertanian. Pekerjaan bertani baik sawah dan perkebunan, makin dianggap berat dan miskin hasil. ‘’Mirisnya, generasi muda kini tak ada yang bangga jika orangtuanya masih bertani. Dianggap tak bergengsi,’’ jelas anggota Komisi II ini.

Akibatnya, lanjut dia, di Gianyar umumnya, makin banyak lahan perpetanian disewakan untuk akomodasi wisata. Padahal, lanjut anggota Fraksi PDIP ini, jika pertanian ditekuni secara profesional, maka hasilnya tak kalah dengan sektor lain. Hal ini dibuktikan, kebanyakan komoditas pertanian untuk pariwisata di Bali didatangkan dari luar Bali.

Terkiat kondisi itu, Wayan Sudiasa mengingatkan kepada jajaran pertanian terus meningkatkan program pelatihan bidang pertanian. Pelatihan itu tentu sesuai potensi sumber daya manusia dan wilayah. Terpenting lagi, pemerintah mesti menyediakan ruang lebih terbuka untuk penciptaan promosi dan pemasaran produk pertanian lokal. Karena biasanya petani akan terpuruk saat panen melimpah, namun harga panennya anjlok. ‘’Contoh, jeruk saat panen selalu masalah dalam pemasaran. Petani jeruk hanya andalkan tengkulak,’’ jelas mantan Perbekel Pupuan (2004 – 2013) ini.

Sebelumnya diberitakan, luas lahan sawah di wilayah ini terus merosot. Pengurangan lahan sawah sejak tahun 2016 - 2017 mencapai 100 hektare (ha) atau rata-rata 50 ha/tahun. Data BPS (Badan Pusat Statistik), tahun 2016, luas sawah di Gianyar mencapai 14.420 ha. Tahun itu, pengurangan lahan sawah 44 ha di Kecamatan Ubud. Tahun 2017, pengurangan lahan sawah terdapat di Kecamatan Blahbatuh 33 ha, Sukawati 15 ha, dan Ubud 8 ha. Maka luas sawah di Kabupaten Gianyar tersisa 14.320 ha.

Kepala Dinas Pertanian Gianyar Ir I Made Raka mengakui kondisi tersebut. Pihaknya mengaku tak punya bisa mengharuskan warga hidup dari bertani. ‘’Apalagi, melarang jual lahan pertanian. Tak mungkin kami bisa lakukan,’’ jelasnya.

Guna menguatkan sektor ini, pihaknya kini terus menggenjot program peningkatan akselerasi bidang pertanian. Peningkatan itu melalui pelatihan-pelatihan teknis, pasca panen, hingga pemasaran hasil pertanian.*lsa

Komentar