Industri Fintech Sasar Pelaku UMKM di Bali
Sejumlah industri Financial Technology (Fintech) sasar pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Bali.
MANGUPURA, NusaBali
Salah satu perusahaan pinjam meminjam dana dalam jaringan berbasis aplikasi RupiahPlus juga membidik pembiayaan UMKM di Bali. Karena pertumbuhan yang tinggi di sektor tersebut seiring dengan industri pariwisata yang berkembang pesat.
"Kami melihat potensi UMKM di Bali besar sehingga itu menjadi fokus apalagi ketaatan pembayaran nasabah di Pulau Dewata menduduki posisi teratas," kata Kepala Komunikasi Korporasi RupiahPlus Randy Salim menjelang pelaksanaan Fintech Day di Kuta, Rabu (24/10).
Dikatakan pemerintah Indonesia menargetkan inklusi keuangan mencapai 75 persen penduduk di tahun 2019. Untuk itu perusahaan-perusahaan pinjaman online seperti RupiahPlus ingin turut berkontribusi pada target tersebut dengan menjangkau warga yang sulit mengakses kredit atau tidak terjamah oleh sistem perbankan konvensional.
Sejak berdiri April 2017, perusahaan fintech daring itu sudah menyalurkan pembiayaan di Bali sebesar Rp 4,5 miliar kepada sekitar 10 ribu peminjam hingga Oktober 2018. Jumlah ini termasuk cukup besar bagi perusahaan baru itu. Bahkan peminjam dari kalangan pelaku UMKM menjadi nasabah terbesar di Bali dengan porsi sekitar 35 persen yang digunakan untuk modal bisnis.
Sisanya, lanjut dia, pembiayaan kebanyakan digunakan untuk pendidikan, medis dan kebutuhan sehari-hari. "Jumlah pengguna secara nasional 805 ribu orang. Bali 10 ribu orang. Komposisi kegunaan pinjaman paling tinggi untuk modal bisnis 3.500 orang (35 persen), buat belanja sehari-hari 1.800 (10 persen), pendidikan sama, medis 1.700 (17 persen) dan lain-lain 1.200 (12 persen)," bebernya. *po
Salah satu perusahaan pinjam meminjam dana dalam jaringan berbasis aplikasi RupiahPlus juga membidik pembiayaan UMKM di Bali. Karena pertumbuhan yang tinggi di sektor tersebut seiring dengan industri pariwisata yang berkembang pesat.
"Kami melihat potensi UMKM di Bali besar sehingga itu menjadi fokus apalagi ketaatan pembayaran nasabah di Pulau Dewata menduduki posisi teratas," kata Kepala Komunikasi Korporasi RupiahPlus Randy Salim menjelang pelaksanaan Fintech Day di Kuta, Rabu (24/10).
Dikatakan pemerintah Indonesia menargetkan inklusi keuangan mencapai 75 persen penduduk di tahun 2019. Untuk itu perusahaan-perusahaan pinjaman online seperti RupiahPlus ingin turut berkontribusi pada target tersebut dengan menjangkau warga yang sulit mengakses kredit atau tidak terjamah oleh sistem perbankan konvensional.
Sejak berdiri April 2017, perusahaan fintech daring itu sudah menyalurkan pembiayaan di Bali sebesar Rp 4,5 miliar kepada sekitar 10 ribu peminjam hingga Oktober 2018. Jumlah ini termasuk cukup besar bagi perusahaan baru itu. Bahkan peminjam dari kalangan pelaku UMKM menjadi nasabah terbesar di Bali dengan porsi sekitar 35 persen yang digunakan untuk modal bisnis.
Sisanya, lanjut dia, pembiayaan kebanyakan digunakan untuk pendidikan, medis dan kebutuhan sehari-hari. "Jumlah pengguna secara nasional 805 ribu orang. Bali 10 ribu orang. Komposisi kegunaan pinjaman paling tinggi untuk modal bisnis 3.500 orang (35 persen), buat belanja sehari-hari 1.800 (10 persen), pendidikan sama, medis 1.700 (17 persen) dan lain-lain 1.200 (12 persen)," bebernya. *po
Komentar