nusabali

Begini Asal Muasal Kata ‘Tenggelamkan’ oleh Menteri Susi Pudjiastuti

  • www.nusabali.com-begini-asal-muasal-kata-tenggelamkan-oleh-menteri-susi-pudjiastuti

Susi tidak menyangka kata ‘tenggelamkan’ kemudian menjadi tren nasional.

GIANYAR, NusaBali
"Kalau kamu tidak mengunjungi pacarmu, tenggelamkan. Kalau suamimu pulang ke rumah dan tidak membawa uang, tenggelamkan. Kalau kamu tidak sembahyang setiap Jumat, tenggelamkan. Kalau kamu tidak makan ikan, tenggelamkan," kelakar Susi sembari disambut tawa pengunjung UWRF 2018.

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti diundang untuk mengisi program utama di perhelatan sastra terbesar di Asia Tenggara, yakni Ubud Writers and Readers Festival, pada Kamis (25/10) bertempat di Museum Neka, Jalan Raya Sanggingan, Campuhan, Ubud, Gianyar.

Dimoderatori oleh Jurnalis BBC Indonesia, Rebecca Henschke, Susi mengungkap sejarah kata ‘tenggelamkan’ yang hingga kini telah menasional bahkan mendunia. Hal itu berawal saat dirinya dipilih oleh kabinet Joko Widodo untuk menduduki posisi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI.

“Jika kalian membaca CV saya, saya adalah independen aktivis. Meledakkan kapal diartikan bahwa saya menciptakan banyak polusi dan sebagainya, banyak juga yang bertanya soal itu. Jadi, ketika saya masuk di pemerintahan Jokowi, Pak Jokowi memiliki misi untuk menjadikan Indonesia debagai Poros Maritim Dunia, yang kedua ia ingin menjadikan laut sebagai destinasi masa depan bangsa. Sangat ambisius dan realistis,” papar Susi dalam Bahasa Inggris.

Susi juga mengungkapkan bahwa 74% teritori di Indonesia adalah laut, sementara sisanya adalah daratan sebanyak 26%. Hampir selama 70 tahun, laut dilupakan oleh masyarakat Indonesia yang oleh pemerintahnya lebih percaya diri menjuluki negaranya sebagai negara agraris.

“Pemerintah menanamkan pada penduduk bahwa kita adalah negara agraris, jadi kita lupa pada laut. Kita bekerja di sawah, hutan, dan akhirnya hutan kita hampir habis, dan kita sadar tidak ada yang tersisa, hanya ada laut di sana,” sambungnya lagi.

Banyak hal yang juga diceritakan Susi pada kesempatan tersebut, salah satunya mengenai bisnis sea food dan penerbangan yang dimiliki wanita kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, tersebut. Namun, Rebecca kembali menanyakan, “bagaimana tentang peledakan kapal-kapal itu?”

Susi pun segera menanggapinya. Ternyata, ketika dirinya telah menjabat, ia mengecek seluruh arsip tentang laut dan jumlah ikan di Indonesia, ia tercengang tatkala banyak ikan yang hilang di perairan Indonesia bahkan di daerahnya, Pangandaran. Ia pun menyelidiki hal tersebut melalui satelit dan berkeliling dengan pesawatnya di sekitar laut untuk mengetahui yang sebenarnya.

Diketahui pula bahwa pada 2001, pemerintah Indonesia mengadakan kerjasama dengan negara asing untuk membolehkannya mencari ikan di Indonesia. Data lain juga menyebutkan, bahwa pada tahun 2003 hingga 2013, jumlah ikan di perairan Indonesia berkurang hampir 50%.

Maka, Susi pun menghubungkan data-data tersebut. Ia lalu mempelajari tentang Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing dari United State yang juga dispesifikasi oleh pemerintahan Obama, bahwa menenggelamkan kapal-kapal yang secara ilegal mencari ikan di teritorial negara lain adalah hal yang legal.

“Jadi saya mulai melihat konstitusi negara kita, mengadakan perundingan dengan Presiden, dan mengajukan untuk menenggelamkan kapal yang melakukan IUU Fishing. Saya sudah menenggelamkan kapal-kapal itu dalam jumlah besar. Saya pikir kalau dihilangkan satu per satu itu sangat mustahil, maka kita gunakan cara yang ampuh itu. Less work, less harming, and makes it looks horrible (red: sedikit kerja, sedikit kerugian, dan membuatnya terlihat mengerikan),” ungkap Susi mantap.

“Jadi hasilnya luar biasa. Pertama, kita mengundang banyak media untuk datang dan meletakkan 10 kilogram dinamit di kapal itu. Tentu saya menggunakan kacamata,” katanya, “bukan untuk terlihat keren tapi hari itu jam 11 siang dan panas. Lalu, setelah semuanya siap, saya memberi aba-aba 3, 2, 1, tenggelamkan! Kita menembak dinamitnya, bukan kapalnya. Lalu, ia akan tenggelam perlahan tanpa meninggalkan polusi. Tapi entah mengapa, istilah itu kemudian jadi menasional dan banyak yang membuatnya jadi meme,” ungkapnya lagi yang masih disambung gelak tawa pengunjung. 

UWRF 2018 berlangsung selama lima hari, sejak 24 hingga 28 Oktober nanti, yang diisi dengan beraneka ragam acara yang berkaitan dengan sastra, perfilman, politik, budaya, dan topik menarik lainnya, serta mendatangkan berbagai pembicara terkenal baik dari nasional mau pun mancanegara. *ph

Komentar