Sosialisasikan Gemar Makan Ikan Melalui Lomba Membuat Sate Lilit
Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar sosialisasikan gemar makan dengan berbagai trik agar masyarakat bisa semakin banyak mengkonsumsi ikan.
DENPASAR, NusaBali
Salah satunya melalui lomba membuat sate lilit yang diselenggarakan di Wantilan Desa Pakraman Renon, Denpasar, Kamis (25/10). Sebanyak 36 siswa SD diajak lomba membuat sate ikan untuk menumbuhkan minat makan ikan sejak dini. Selain menyasar anak-anak, Distan mengharapkan ibu-ibu yang tengah hamil lebih sering mengkonsumsi makanan olahan dari ikan yang diyakini dapat mempengaruhi perkembangan otak pada anak mereka.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, AA Ngurah Bayu Brahmahasta mengatakan, kegiatan ini merupakan yang kelima kalinya. “Kita sengaja lakukan dengan berbagai lomba membuat makanan berbahan ikan, salah satunya lomba membuat sate ini yang diikuti oleh 36 siswa SD di lingkungan Renon,” terangnya.
Lanjut dia, semenjak gerakan memakan ikan dari lima tahun terakhir ini penduduk Denpasar dikatakan tingkat konsumsi ikannya sudah meningkat. Setiap tahun sebanyak 33 persen konsumsi ikan naik. Dengan gerakan ini, pihaknya berharap bisa menyetarai tingkat nasional yang kenaikan konsumsi ikannya sebanyak 40 persen. Dampaknya juga terhadap perkembangan otak anak-anak yang akan menjadi generasi muda selanjutnya.
Masyarakat diharapkan juga agar mulai membudidayakan ikan di masing-masing rumah, baik membuat kolam maupun penampungan ikan jika masyarakat yang memiliki luas rumah hanya beberapa meter di pekarangan. Tujuannya supaya tidak hanya mengandalkan ikan tangkapan dari nelayan, karena jika ikan yang ditangkap telah terkontaminasi dengan sampah di tengah laut dan mengandung racun itu jelas tidak baik bagi kesehatan.
“Kalau permasalahan ikan yang terkontaminasi kita sudah sering melakukan pemeriksaan kepada ikan nelayan yang baru didapatkan. Tentu agar sesuai dengan jenis dan layak tidaknya untuk dikonsumsi. Mulai dari apa yang didapatkan dan bagaimana mengolahnya,” ungkap pria asli kabupaten Bangli tersebut.
Pengecekan rutin itu juga untuk memberikan kenyamanan dan kehigenisan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu masyarakat juga diajarkan bagaimana melihat ikan yang segar dan sehat untuk dikonsumsi. Begitu juga dengan cara mengolahnya, ia berharap jangan sampai salah mengolahnya lantaran bisa mengakibatkan alergi.
Sementara itu, salah satu peserta lomba bernama Putu Yoga Dharma mengaku ia belajar membuat sate dari orang tuanya di rumah. Namun yang dipelajarinya dari olahan ayam, sedangkan olahan ikan baru pertama ia lakukan. Menurut dia, membuat sate olahan ikan sedikit gampang, lantaran lebih lembut teksur dagingnya dan lebih mudah membentuknya.
“Kalau dari ayam dangingnya sedikit keras karena masih ada campuran dari tulangnya. Beda dengan ikan lebih lembut dan gampang melilit. Makanya diberi waktu 60 menit perlombaan dengan 60 sate lebih cepat bisa selesainya,” tandas siswa kelas limas SD Negeri 3 Renon tersebut.
Selain lomba membuat sate yang diikuti oleh siswa SD, tampak juga lomba memasak olahan ikan dari ibu-ibu yang mewaliki kecamatan se-Kota Denpasar, dengan harapan sosialisasi tetap sasaran, baik dari ibu-ibu maupun siswa SD yang dikatakan fase memerlukan protein tinggi. *mi
Salah satunya melalui lomba membuat sate lilit yang diselenggarakan di Wantilan Desa Pakraman Renon, Denpasar, Kamis (25/10). Sebanyak 36 siswa SD diajak lomba membuat sate ikan untuk menumbuhkan minat makan ikan sejak dini. Selain menyasar anak-anak, Distan mengharapkan ibu-ibu yang tengah hamil lebih sering mengkonsumsi makanan olahan dari ikan yang diyakini dapat mempengaruhi perkembangan otak pada anak mereka.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, AA Ngurah Bayu Brahmahasta mengatakan, kegiatan ini merupakan yang kelima kalinya. “Kita sengaja lakukan dengan berbagai lomba membuat makanan berbahan ikan, salah satunya lomba membuat sate ini yang diikuti oleh 36 siswa SD di lingkungan Renon,” terangnya.
Lanjut dia, semenjak gerakan memakan ikan dari lima tahun terakhir ini penduduk Denpasar dikatakan tingkat konsumsi ikannya sudah meningkat. Setiap tahun sebanyak 33 persen konsumsi ikan naik. Dengan gerakan ini, pihaknya berharap bisa menyetarai tingkat nasional yang kenaikan konsumsi ikannya sebanyak 40 persen. Dampaknya juga terhadap perkembangan otak anak-anak yang akan menjadi generasi muda selanjutnya.
Masyarakat diharapkan juga agar mulai membudidayakan ikan di masing-masing rumah, baik membuat kolam maupun penampungan ikan jika masyarakat yang memiliki luas rumah hanya beberapa meter di pekarangan. Tujuannya supaya tidak hanya mengandalkan ikan tangkapan dari nelayan, karena jika ikan yang ditangkap telah terkontaminasi dengan sampah di tengah laut dan mengandung racun itu jelas tidak baik bagi kesehatan.
“Kalau permasalahan ikan yang terkontaminasi kita sudah sering melakukan pemeriksaan kepada ikan nelayan yang baru didapatkan. Tentu agar sesuai dengan jenis dan layak tidaknya untuk dikonsumsi. Mulai dari apa yang didapatkan dan bagaimana mengolahnya,” ungkap pria asli kabupaten Bangli tersebut.
Pengecekan rutin itu juga untuk memberikan kenyamanan dan kehigenisan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu masyarakat juga diajarkan bagaimana melihat ikan yang segar dan sehat untuk dikonsumsi. Begitu juga dengan cara mengolahnya, ia berharap jangan sampai salah mengolahnya lantaran bisa mengakibatkan alergi.
Sementara itu, salah satu peserta lomba bernama Putu Yoga Dharma mengaku ia belajar membuat sate dari orang tuanya di rumah. Namun yang dipelajarinya dari olahan ayam, sedangkan olahan ikan baru pertama ia lakukan. Menurut dia, membuat sate olahan ikan sedikit gampang, lantaran lebih lembut teksur dagingnya dan lebih mudah membentuknya.
“Kalau dari ayam dangingnya sedikit keras karena masih ada campuran dari tulangnya. Beda dengan ikan lebih lembut dan gampang melilit. Makanya diberi waktu 60 menit perlombaan dengan 60 sate lebih cepat bisa selesainya,” tandas siswa kelas limas SD Negeri 3 Renon tersebut.
Selain lomba membuat sate yang diikuti oleh siswa SD, tampak juga lomba memasak olahan ikan dari ibu-ibu yang mewaliki kecamatan se-Kota Denpasar, dengan harapan sosialisasi tetap sasaran, baik dari ibu-ibu maupun siswa SD yang dikatakan fase memerlukan protein tinggi. *mi
Komentar