Puluhan Siswa SMP Digiring ke Polsek
Terindikasi Akan Gelar Tawuran
GIANYAR, NusaBali
Puluhan siswa SMP digiring ke Mapolsek Sukawati, Gianyar, Senin (29/10) sekitar pukul 12.30 Wita. Mereka berasal dari dua sekolah berbeda, yakni salah satu SMP negeri dan SMP swasta di Kecamatan Sukawati.
Belum jelas, apa sebabnya puluhan ABG ini didudukkan di halaman Polsek Sukawati. Informasinya, dua kubu ini terindikasi akan tawuran. Beruntung sebelum terjadi, warga masyarakat serta petugas kepolisian yang sedang patroli segera melerai. Untuk memberikan efek jera, mereka pun dibina.
Kapolsek Sukawati Kompol Pande Putu Sugiharta ketika dikonfirmasi, membenarkan sempat mengamankan puluhan siswa berbeda sekolah ke Mapolsek Sukawati. Namun mereka tidak ditahan, melainkan hanya dibina lalu dikembalikan ke sekolah masing-masing. Mengenai permasalahannya, Kompol Sugiharta mengaku hanya dipicu aksi corat coret tembok. "Tidak ada tawuran, hanya kenakalan remaja saja, corat-coret,” ujar Kompol Pande Sugiharta.
Pihaknya mengaku, salah satu kelompok siswa SMP mencoret tembok SMP lainnya, sehingga memicu kegaduhan. “Masih saling tuding mereka, tidak tahu mana yang benar dan salah,” ujarnya.
Daripada keributan memuncak, maka para siswa itu pun diberikan pembinaan. Bahkan, saat pemberian pembinaan, siswa itu didampingi oleh guru dari masing-masing sekolah. “Itu sudah kami bina, dan mereka tidak akan mengulangi lagi, dibuatkan surat pernyataan,” ujarnya.
Usai pembinaan, mereka kemudian dipulangkan. Mereka diminta tidak mengulangi lagi perbuatannya dan tidak saling menyulut amarah sesama siswa. Ditemui di Polsek, para siswa yang seluruhnya laki-laki berseragam putih biru itu enggan menceritakan kejadian. Mereka memilih tutup mulut ketika tahu jika yang bertanya adalah wartawan. Bahkan para guru langsung menghindar ketika baru akan didekati.
Terkait kenakalan remaja hingga melibatkan kepolisian ini, komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali, Kadek Ariyasa mengaku prihatin. "Kami sangat menyayangkan kekerasan anak secara berkelompok seperti ini kembali terjadi di dunia pendidikan Gianyar yang nota bena kota seni dan berbudaya serta KLA (kabupaten layak anak)," ujarnya.
Fenomena inipun, kata dia, harus menjadi tanggung jawab semua pihak, khususnya kalangan pendidikan. "Sekolah, pemerintah, dan keluarga yang utama. Mari kita tingkatkan pendidikan dengan komunikasi antar pihak," ajaknya. Pihaknya mengimbau seluruh keluarga untuk meningkatkan peran pendidikan keluarga untuk mencegah kasus-kasus tersebut terulang kembali. *nvi
Belum jelas, apa sebabnya puluhan ABG ini didudukkan di halaman Polsek Sukawati. Informasinya, dua kubu ini terindikasi akan tawuran. Beruntung sebelum terjadi, warga masyarakat serta petugas kepolisian yang sedang patroli segera melerai. Untuk memberikan efek jera, mereka pun dibina.
Kapolsek Sukawati Kompol Pande Putu Sugiharta ketika dikonfirmasi, membenarkan sempat mengamankan puluhan siswa berbeda sekolah ke Mapolsek Sukawati. Namun mereka tidak ditahan, melainkan hanya dibina lalu dikembalikan ke sekolah masing-masing. Mengenai permasalahannya, Kompol Sugiharta mengaku hanya dipicu aksi corat coret tembok. "Tidak ada tawuran, hanya kenakalan remaja saja, corat-coret,” ujar Kompol Pande Sugiharta.
Pihaknya mengaku, salah satu kelompok siswa SMP mencoret tembok SMP lainnya, sehingga memicu kegaduhan. “Masih saling tuding mereka, tidak tahu mana yang benar dan salah,” ujarnya.
Daripada keributan memuncak, maka para siswa itu pun diberikan pembinaan. Bahkan, saat pemberian pembinaan, siswa itu didampingi oleh guru dari masing-masing sekolah. “Itu sudah kami bina, dan mereka tidak akan mengulangi lagi, dibuatkan surat pernyataan,” ujarnya.
Usai pembinaan, mereka kemudian dipulangkan. Mereka diminta tidak mengulangi lagi perbuatannya dan tidak saling menyulut amarah sesama siswa. Ditemui di Polsek, para siswa yang seluruhnya laki-laki berseragam putih biru itu enggan menceritakan kejadian. Mereka memilih tutup mulut ketika tahu jika yang bertanya adalah wartawan. Bahkan para guru langsung menghindar ketika baru akan didekati.
Terkait kenakalan remaja hingga melibatkan kepolisian ini, komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali, Kadek Ariyasa mengaku prihatin. "Kami sangat menyayangkan kekerasan anak secara berkelompok seperti ini kembali terjadi di dunia pendidikan Gianyar yang nota bena kota seni dan berbudaya serta KLA (kabupaten layak anak)," ujarnya.
Fenomena inipun, kata dia, harus menjadi tanggung jawab semua pihak, khususnya kalangan pendidikan. "Sekolah, pemerintah, dan keluarga yang utama. Mari kita tingkatkan pendidikan dengan komunikasi antar pihak," ajaknya. Pihaknya mengimbau seluruh keluarga untuk meningkatkan peran pendidikan keluarga untuk mencegah kasus-kasus tersebut terulang kembali. *nvi
Komentar