Telanjang, Bicara Pakai Bahasa Hewan
Fa, bocah berusia 13 tahun asal Kecamatan Warungkondang, Cianjur, sudah dua tahun terakhir hidup dalam bangunan kosong minim cahaya.
Bocah Dikurung 2 Tahun di Ruangan Gelap
CIANJUR, NusaBali
Ia dikurung layaknya hewan peliharaan. Perlakuan tidak layak itu terpaksa dilakukan orang tuanya karena Fa dianggap terlalu hiperaktif, kerap kabur, mengamuk dan merusak barang milik tetangganya. "Dulu sejak Fa bayi hingga usia 10 tahun sering kejang-kejang lebih banyak diurus oleh kakeknya, senakal apapun sang kakek dengan telaten menjaga bocah ini," kata Nurhamid Karnaatmaja (55), pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Istana KSJ, Cianjur, Senin (29/10).
Kondisi itu berubah ketika kakeknya meninggal dunia. Sang ibu yang berstatus orang tua tunggal kewalahan sampai akhirnya terpaksa mengurung anak ke tiganya itu ke sebuah bangunan tidak terpakai 100 meter dari kediamannya. Bangunan tidak terpakai yang digunakan untuk mengurung Fa berukuran 2,5 x 3 meter, tanpa alas. Seluruh jendela sengaja ditutup menggunakan papan dan teralis.
"Ibu Fa berusia 40 tahun, anaknya empat dan Fa anak yang ketiga. Setelah kematian sang kakek, ibunya terpaksa mengurung Fa di dalam kamar gelap tanpa penerangan," lanjut Nurhamid. Selama dua tahun hidup dalam kurungan bocah kerap mencakar dinding dan lantai tanah.
Rukman Syamsudin, relawan reaksi cepat Istana KSJ menceritakan saat itu kondisi Fa nyaris tanpa busana. Ujung jari-jari Fa tebal, begitu juga dengan dengkul dan kulit kedua kakinya. "Informasi yang saya dapat Fa ini pernah menjebol dinding ruangan tempatnya dikurung hanya dengan cakaran jarinya. Makanya kondisi ujung jarinya tebal, kondisinya telanjang kata orang tuanya kalau dikasih baju suka di cakar sampai robek," Kata Rukman).
Fa menghabiskan waktunya di dalam ruangan tersebut, interaksi dengan keluarga hanya sebatas saat memberi makan. Tidak ada komunikasi verbal terjalin, tidak heran saat relawan datang Fa hanya bersuara layaknya hewan yang sehari-hari dia dengar dari dalam ruangan.
"Miris kondisinya, dia jarang komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Ketika kita evakuasi dia berbicara dengan bahasa hewan, ayam, burung, cicak, toke, kucing ya semua hewan yang selama ini berinteraksi dengan dia," ungkap dia.
Setelah berkomunikasi dengan pihak keluarga, Istana KSJ kemudian mengevakuasi Fa pada Sabtu (27/10). Rencananya Fa akan dibawa ke RS Marzoeki Mahdi Bogor untuk mendapat penanganan medis dan pendampingan psikiater anak.
"Kita akan lebih dulu urus BPJS dan kelengkapan administrasi lainnya, setelah itu akan kita bawa ke RS Marzoeki Mahdi. Fasilitas di RS itu lengkap dan ada psikiater anak, kalau dilihat dari perilakunya anak ini mengalami keterbelakangan mental," tambahnya seperti dilansir detik. Nurhamid menyebut hanya dalam dua hari kondisi kesehatan dan mental Fa sudah relatif membaik.
"Sudah berkumpul dengan relawan, bisa minta makan dan hidup lebih layak. Selama di dalam ruangan gelap Fa makan, buang air besar dan kecil di ruangan yang sama. Alhamdulillah anak ini akan kita bawa ke RS Marzoeki Mahdi di Bogor untuk mendapat penanganan medis," ujar dia. *
CIANJUR, NusaBali
Ia dikurung layaknya hewan peliharaan. Perlakuan tidak layak itu terpaksa dilakukan orang tuanya karena Fa dianggap terlalu hiperaktif, kerap kabur, mengamuk dan merusak barang milik tetangganya. "Dulu sejak Fa bayi hingga usia 10 tahun sering kejang-kejang lebih banyak diurus oleh kakeknya, senakal apapun sang kakek dengan telaten menjaga bocah ini," kata Nurhamid Karnaatmaja (55), pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Istana KSJ, Cianjur, Senin (29/10).
Kondisi itu berubah ketika kakeknya meninggal dunia. Sang ibu yang berstatus orang tua tunggal kewalahan sampai akhirnya terpaksa mengurung anak ke tiganya itu ke sebuah bangunan tidak terpakai 100 meter dari kediamannya. Bangunan tidak terpakai yang digunakan untuk mengurung Fa berukuran 2,5 x 3 meter, tanpa alas. Seluruh jendela sengaja ditutup menggunakan papan dan teralis.
"Ibu Fa berusia 40 tahun, anaknya empat dan Fa anak yang ketiga. Setelah kematian sang kakek, ibunya terpaksa mengurung Fa di dalam kamar gelap tanpa penerangan," lanjut Nurhamid. Selama dua tahun hidup dalam kurungan bocah kerap mencakar dinding dan lantai tanah.
Rukman Syamsudin, relawan reaksi cepat Istana KSJ menceritakan saat itu kondisi Fa nyaris tanpa busana. Ujung jari-jari Fa tebal, begitu juga dengan dengkul dan kulit kedua kakinya. "Informasi yang saya dapat Fa ini pernah menjebol dinding ruangan tempatnya dikurung hanya dengan cakaran jarinya. Makanya kondisi ujung jarinya tebal, kondisinya telanjang kata orang tuanya kalau dikasih baju suka di cakar sampai robek," Kata Rukman).
Fa menghabiskan waktunya di dalam ruangan tersebut, interaksi dengan keluarga hanya sebatas saat memberi makan. Tidak ada komunikasi verbal terjalin, tidak heran saat relawan datang Fa hanya bersuara layaknya hewan yang sehari-hari dia dengar dari dalam ruangan.
"Miris kondisinya, dia jarang komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Ketika kita evakuasi dia berbicara dengan bahasa hewan, ayam, burung, cicak, toke, kucing ya semua hewan yang selama ini berinteraksi dengan dia," ungkap dia.
Setelah berkomunikasi dengan pihak keluarga, Istana KSJ kemudian mengevakuasi Fa pada Sabtu (27/10). Rencananya Fa akan dibawa ke RS Marzoeki Mahdi Bogor untuk mendapat penanganan medis dan pendampingan psikiater anak.
"Kita akan lebih dulu urus BPJS dan kelengkapan administrasi lainnya, setelah itu akan kita bawa ke RS Marzoeki Mahdi. Fasilitas di RS itu lengkap dan ada psikiater anak, kalau dilihat dari perilakunya anak ini mengalami keterbelakangan mental," tambahnya seperti dilansir detik. Nurhamid menyebut hanya dalam dua hari kondisi kesehatan dan mental Fa sudah relatif membaik.
"Sudah berkumpul dengan relawan, bisa minta makan dan hidup lebih layak. Selama di dalam ruangan gelap Fa makan, buang air besar dan kecil di ruangan yang sama. Alhamdulillah anak ini akan kita bawa ke RS Marzoeki Mahdi di Bogor untuk mendapat penanganan medis," ujar dia. *
Komentar