Wisata Tirta Hadapi Problem Serius
Harus ditekankan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Yakni, memberikan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat dan melindungi kualitas lingkungan.
DENPASAR, NusaBali
Industri pariwisata Bali, termasuk wisata tirta menghadapi persoalan serius. Salah satu penyebabnya, tidak adanya standart operasi dan prosedur (SOP) menyangkut carrying capacity, yang berimimplikasi pada standar pengamanan dan service, sehingga sering memunculkan complain dan kerusakan lingkungan.
Hal tersebut tersebut terungkap dalam Musda VI DPD Gabungan Usaha Wisata Tirta Indonesia (Gahawisri) Bali, di Inna Grand Bali Beach Hotel, Selasa (30/10). Bahkan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace, yang membuka Musda itu berharap, ada rekomendasi dari asosiasi (Gahawisri) untuk pembenahan tersebut.
“ Walau tidak dalam musda, nanti kan ada rakerda. Kita harapkan ada rekomendasi, masukan apa yang khusus bagi pemerintah untuk membantu pembenahan ke depannya,” ujar Cok Ace, yang mantan Bupati Gianyar itu.
Cok Ace menyatakan, mengacu World Tourism Organization (WTO), ada tiga hal penting yang ditekankan berkaitan dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Yakni, harus dapat memberikan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat dan melindungi kualitas lingkungan.
Pertama soal kualitas, yakni pariwisata berkelanjutan dapat memberi pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat, dan melindungi kualitas lingkungan. Yang kedua, adalah kontinuitas, pariwisata berkelanjutan, menjamin kelangsungan sumber daya alam dan kelangsungan budaya masyarakat setempat dengan memberi pengalaman yang memuaskan bagi pengunjung. Lalu ketiga adanya keseimbangan, yakni menyeimbangkan pariwisata berkelanjutan, kebutuhan industry pariwisata. Pendukung lingkungan pariwisata dan masyarakat.
“Bagaimana posisi pariwisata Bali jika dikaitkan dengan tiga syarat WTO. Pariwisata Bali termasuk wisata tirta hadapi persoalan yang serius. Kalau tidak dibenahi,”kata Cok Ace. Ketua DPD Gahawistri Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menyatakan upaya standarisasi untuk pembenahan wisata tirta nanti, meliputi service, keamanan dan juga harga
“Menghindari perusahan illegal yang beroperasi.Termasuk harga juga. Kita bersepakat juga. Kita seperti halnya berkomunitas, kan ada hal-hal yang harus diikuti,” tegas Gus Agung, sapaan pengusaha wisata asal Sanur, Denpasar. Musda VI, DPD Gahawistri Bali, juga dikaitkan dengan Hut ke -26 DPD Gahawistri Bali, diikuti para pengusaha wisata tirta di Bali. *K17
Industri pariwisata Bali, termasuk wisata tirta menghadapi persoalan serius. Salah satu penyebabnya, tidak adanya standart operasi dan prosedur (SOP) menyangkut carrying capacity, yang berimimplikasi pada standar pengamanan dan service, sehingga sering memunculkan complain dan kerusakan lingkungan.
Hal tersebut tersebut terungkap dalam Musda VI DPD Gabungan Usaha Wisata Tirta Indonesia (Gahawisri) Bali, di Inna Grand Bali Beach Hotel, Selasa (30/10). Bahkan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace, yang membuka Musda itu berharap, ada rekomendasi dari asosiasi (Gahawisri) untuk pembenahan tersebut.
“ Walau tidak dalam musda, nanti kan ada rakerda. Kita harapkan ada rekomendasi, masukan apa yang khusus bagi pemerintah untuk membantu pembenahan ke depannya,” ujar Cok Ace, yang mantan Bupati Gianyar itu.
Cok Ace menyatakan, mengacu World Tourism Organization (WTO), ada tiga hal penting yang ditekankan berkaitan dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Yakni, harus dapat memberikan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat dan melindungi kualitas lingkungan.
Pertama soal kualitas, yakni pariwisata berkelanjutan dapat memberi pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat, dan melindungi kualitas lingkungan. Yang kedua, adalah kontinuitas, pariwisata berkelanjutan, menjamin kelangsungan sumber daya alam dan kelangsungan budaya masyarakat setempat dengan memberi pengalaman yang memuaskan bagi pengunjung. Lalu ketiga adanya keseimbangan, yakni menyeimbangkan pariwisata berkelanjutan, kebutuhan industry pariwisata. Pendukung lingkungan pariwisata dan masyarakat.
“Bagaimana posisi pariwisata Bali jika dikaitkan dengan tiga syarat WTO. Pariwisata Bali termasuk wisata tirta hadapi persoalan yang serius. Kalau tidak dibenahi,”kata Cok Ace. Ketua DPD Gahawistri Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menyatakan upaya standarisasi untuk pembenahan wisata tirta nanti, meliputi service, keamanan dan juga harga
“Menghindari perusahan illegal yang beroperasi.Termasuk harga juga. Kita bersepakat juga. Kita seperti halnya berkomunitas, kan ada hal-hal yang harus diikuti,” tegas Gus Agung, sapaan pengusaha wisata asal Sanur, Denpasar. Musda VI, DPD Gahawistri Bali, juga dikaitkan dengan Hut ke -26 DPD Gahawistri Bali, diikuti para pengusaha wisata tirta di Bali. *K17
Komentar