nusabali

Kapal BPPT Tangkap Sinyal Black Box Lion Air

  • www.nusabali.com-kapal-bppt-tangkap-sinyal-black-box-lion-air

Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terjunkan alat canggih Remote Operated Vehicle (ROV), Rabu (31/10) siang, untuk mencari keberadaan badan dan black box pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat.

KARAWANG, NusaBali
KR Baruna Jaya kerahkan ROV, karena tangkap sinyal ditemukannya black box.  ROV merupakan alat canggih berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ROV ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan. ROV biasa digunakan setelah sinyal black box ditemukan.

"Ditemukan indikasi sinyal black box berdasarkan ping locator," ungkap Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan, M Ilyas, dilansir detikcom di atas KR Baruna Jaya, Rabu kemarin. "Dari hasil operasi kita kemarin (Selasa) kan ada asumsi bahwa black box itu ada di sekitar sini, daerah operasi kita. Karena kita nggak mau ribut, kita tenang dulu, kemudian kasi teman-teman multi beam dan side scan sonar bahwa ada benda di bawah laut," imbuhnya.

Ilyas mengatakan, ada 3 objek yang ditemukan. Objek itu masing-masing dinamai C30, C31, dan C38. Ada indikasi kuat bahwa ketiga objek ini terkait dengan bodi dan juga black box Lion Air JT 610.

KR Baruna Jaya juga menemukan serpihan pesawat di dasar laut. Serpihan itu diduga sayap pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh dalam penerbangan dari Jakarta menuju Pangkalpinang (Bangka Balitung), Senin (29/10) pagi. Serpihan tersebut terpantau ROV yang diturunkan KR Baruna Jaya di lokasi yang memang diduga terdapat bodi pesawat Lion Air, Rabu kemarin.

Temuan itu perlu dipastikan oleh tim penyelam. "Tadi ROV turun. Walau sempat mati, tapi memberikan gambar yang ada serpihan pesawat, dugaannya sayap, tapi kita nggak mau pastikan, tunggu penyelam," kata Ilyas.

Sedangkan Tim SAR Gabungan mendeteksi objek yang diperkirakan sebagai bodi pesawat Lion Air JT 610. Objek itu berada di wilayah perairan Tanjung Pakis, Karawang. Tim SAR Gabungan masih berupaya memastikan objek tersebut. “Ada 100 penyelam yang terbagi di lima titik," ujar Direktur Kesiapsiagaan Basarnas, Didi Hamzar, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu kemarin.

Sementara itu, keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 menndapat santunan masing-masing Rp 5 juta dari pihak Lion Air. Uang tersebut disebut-sebut sebagai uang tunggu. "Itu sifatnya lebih ke kebijakan dari Pak Rusdi (pendiri Lion Air Grup, Rusdi Kirana, Red). Rencananya, sore ini (kemarin) akan diserahkan Rp 5 juta per keluarga. Oleh Pak Rusdi, itu istilahnya uang untuk menunggu," ungkap PR Lion Air Group, Ramaditya Handoko, Rabu kemarin.

Menurut Ramaditya, ada sekitar 85 kamar yang direservasi di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur. Setiap kamar diisi oleh 2-5 anggota keluarga. "Di sini juga ada yang check out tiba-tiba dan check in tiba-tiba. Sampai saat ini saya melihat masih kondusif dan terlaksana dengan baik," katanya.

Bukan hanya itu, sejumlah psikolog juga ditugaskan memberikan pendampingan terhadap keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Para psikolog ini akan menemani dan mendengarkan luapan emosi keluarga korban. "Yang kami lakukan di sini adalah pendampingan psikososial. Kami menemani mereka, membiarkan mereka mengeluarkan emosinya, emosi sedih, kecewa, dan lain-lain," kata Wiene Dewi, psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia, di Hotel Ibis Cawang kemarin. *

Komentar