Sedotan Plastik Penyumbang Sampah Terbesar
Perkiraan pemakaian sedotan plastik di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang.
MANGUPURA, NusaBali
Sampah dari sedotan plastik saat ini masih menduduki peringkat 5 terbesar penyumbang sampah plastik di dunia termasuk Indonesia. Sampah sedotan plastik ini menjadi polemik, karena pengusaha daur ulang sampah tak bersedia mengambilnya lantaran nilainya rendah.
Akibatnya setiap tahun sekitar sepertiga biota laut termasuk terumbu karang, bahkan burung laut, mati karena sampah plastik termasuk sedotan plastik sekali pakai yang terbuang di lautan. Hal ini diungkapkan Swietenia Puspa Lestari, penggagas Divers Clean Action (DCA), saat ditemui di Kuta, Kamis (1/11).
Data yang diperolehnya dari Kementerian Lingkungan Hidup, sekitar 70 persen sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh para pelaku daur ulang.
“Namun tidak demikian dengan sedotan, yang karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang, maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil,” tuturnya.
Dikatakan rata-rata setiap orang di Indonesia menggunakan sedotan sekali pakai sebanyak 1-2 kali setiap hari. Perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw).
“Walaupun hanya berukuran panjang 10 cm namun perlu 500 tahun lamanya agar sampah sedotan plastik dapat terurai secara alami,” imbuhnya.
Sedotan sekali pakai umumnya berbahan plastik tipe polypropylene yang tahan lama, namun tidak terdegradasi secara alami. Semakin lama menjadi butiran kecil yang disebut mikroplastik yang sangat berbahaya bagi ekosistem laut. Polypropylene adalah bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh. “Fakta ini sangat mengkhawatirkan dan membuat kita harus bergerak melakukan suatu perubahan,” kata Swietenia. *po
Sampah dari sedotan plastik saat ini masih menduduki peringkat 5 terbesar penyumbang sampah plastik di dunia termasuk Indonesia. Sampah sedotan plastik ini menjadi polemik, karena pengusaha daur ulang sampah tak bersedia mengambilnya lantaran nilainya rendah.
Akibatnya setiap tahun sekitar sepertiga biota laut termasuk terumbu karang, bahkan burung laut, mati karena sampah plastik termasuk sedotan plastik sekali pakai yang terbuang di lautan. Hal ini diungkapkan Swietenia Puspa Lestari, penggagas Divers Clean Action (DCA), saat ditemui di Kuta, Kamis (1/11).
Data yang diperolehnya dari Kementerian Lingkungan Hidup, sekitar 70 persen sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh para pelaku daur ulang.
“Namun tidak demikian dengan sedotan, yang karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang, maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil,” tuturnya.
Dikatakan rata-rata setiap orang di Indonesia menggunakan sedotan sekali pakai sebanyak 1-2 kali setiap hari. Perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw).
“Walaupun hanya berukuran panjang 10 cm namun perlu 500 tahun lamanya agar sampah sedotan plastik dapat terurai secara alami,” imbuhnya.
Sedotan sekali pakai umumnya berbahan plastik tipe polypropylene yang tahan lama, namun tidak terdegradasi secara alami. Semakin lama menjadi butiran kecil yang disebut mikroplastik yang sangat berbahaya bagi ekosistem laut. Polypropylene adalah bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh. “Fakta ini sangat mengkhawatirkan dan membuat kita harus bergerak melakukan suatu perubahan,” kata Swietenia. *po
Komentar