Kredit Macet CBD Rp 4 Miliar Lebih
Kredit macet terbanyak di Kecamatan Kubu sebesar Rp 1,213 miliar.
AMLAPURA, NusaBali
Sebanyak 188 desa pakraman di Karangasem menjalankan program CBD (community based development) sejak tahun 2001 dengan modal awal Rp 100 juta. Hingga sekarang hanya 169 desa pakraman menyampaikan laporannya dan 19 CBD non aktif. Bantuan sapi dari CBD juga dilaporkan banyak mati. Dari dana yang terkumpul Rp 32,746 miliar, pinjaman sebesar Rp 26,373 miliar, dan kredit macet Rp 4,359 miliar.
Koordinator monitoring CBD Provinsi Bali, I Ketut Juli Suarbawa, mengatakan, tingginya kredit macet karena dana CBD dianggap hibah, banyak sapi bantuan CBD mati, selain banyak kondisi ekonomi rumah tangga yang terpuruk berpengaruh atas kelancaran bayar kredit. Dikatakan, bendesa yang baru banyak yang tidak menerima warisan program CBD. Banyak pula CBD dengan pengurus tidak lengkap. “Di tahun 2018 sebanyak 32 sapi bantuan CBD mati. Itu menyebabkan sebanyak 55 CBD di 55 desa pakraman belum melaporkan kegiatannya,” jelas Juli Suarbawa, Kamis (1/11).
Dikatakan, CBD yang pengurusnya tidak lengkap sebanyak 60 CBD yakni Kecamatan Selat 10 CBD, Sidemen 5 CBD, Bebandem 5 CBD, Manggis 4 CBD, Karangasem 6 CBD, Abang 7 CBD, dan Kubu 23 CBD. Sementara Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan, I Made Sujana Erawan, mengatakan dari Rp 4,359 miliar yang macet terbanyak dari Kecamatan Kubu sebesar Rp 1,213 miliar. Kredit macet di Kecamatan Rendang 473,6 juta, Selat Rp 608,99 juta, Sidemen Rp 607,9 juta, Bebandem Rp 244 juta, Manggis Rp 484 juta, Abang 185,85 juta, dan Karangasem Rp 540,67 juta. “Kami terus melakukan pembinaan dan monitoring untuk mengurangi terjadinya kredit macet,” jelas Sujana Erawan. *k16
Sebanyak 188 desa pakraman di Karangasem menjalankan program CBD (community based development) sejak tahun 2001 dengan modal awal Rp 100 juta. Hingga sekarang hanya 169 desa pakraman menyampaikan laporannya dan 19 CBD non aktif. Bantuan sapi dari CBD juga dilaporkan banyak mati. Dari dana yang terkumpul Rp 32,746 miliar, pinjaman sebesar Rp 26,373 miliar, dan kredit macet Rp 4,359 miliar.
Koordinator monitoring CBD Provinsi Bali, I Ketut Juli Suarbawa, mengatakan, tingginya kredit macet karena dana CBD dianggap hibah, banyak sapi bantuan CBD mati, selain banyak kondisi ekonomi rumah tangga yang terpuruk berpengaruh atas kelancaran bayar kredit. Dikatakan, bendesa yang baru banyak yang tidak menerima warisan program CBD. Banyak pula CBD dengan pengurus tidak lengkap. “Di tahun 2018 sebanyak 32 sapi bantuan CBD mati. Itu menyebabkan sebanyak 55 CBD di 55 desa pakraman belum melaporkan kegiatannya,” jelas Juli Suarbawa, Kamis (1/11).
Dikatakan, CBD yang pengurusnya tidak lengkap sebanyak 60 CBD yakni Kecamatan Selat 10 CBD, Sidemen 5 CBD, Bebandem 5 CBD, Manggis 4 CBD, Karangasem 6 CBD, Abang 7 CBD, dan Kubu 23 CBD. Sementara Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan, I Made Sujana Erawan, mengatakan dari Rp 4,359 miliar yang macet terbanyak dari Kecamatan Kubu sebesar Rp 1,213 miliar. Kredit macet di Kecamatan Rendang 473,6 juta, Selat Rp 608,99 juta, Sidemen Rp 607,9 juta, Bebandem Rp 244 juta, Manggis Rp 484 juta, Abang 185,85 juta, dan Karangasem Rp 540,67 juta. “Kami terus melakukan pembinaan dan monitoring untuk mengurangi terjadinya kredit macet,” jelas Sujana Erawan. *k16
1
Komentar