Dukuh Penaban Kerjasama Digitalisasi Lontar
Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem menjalin kerjasama dengan LPPM ISI (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia) Jogjakarta untuk digitalisasi lontar.
AMLAPURA, NusaBali
Tujuannya, agar seluruh naskah kuna yang tersimpan di Museum Pustaka Lontar Desa Pakraman Dukuh Penaban bisa diamankan dalam file. Kerjasama itu ditandatangani Pembantu Rektor III ISI Jogjakarta Pramutomo dengan Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya di kampus ISI Jogjakarta, Jumat (2/11).
Jro Nengah Suarya didampingi Sekretaris I Nengah Sudana Wirawan mengatakan, kerjasama digitalisasi lontar bertujuan mengamankan seluruh cakepan lontar disalin dalam bentuk digital. Sehingga lebih mudah mempelajari, membaca, dan menyebarluaskan. Museum Pustaka Lontar yang diresmikan pada tanggal 14 November 2017 menyimpan 316 cakep lontar dan 2.517 salinan lontar. Selain menjalin kerjasama dengan ISI Jogjakarta, juga melakukan studi banding mengenai digitalisasi naskah lontar ke Museum Kris Bojo Negoro, Radia Pustaka, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, dan Keraton Solo Hadiningrat.
Tujuannya memudahkan dapat referensi melakukan digitalisasi lontar sehingga semua naskah lontar terselamatkan. “Dalam waktu dekat, utusan dari ISI Jogjakarta akan berkunjung ke Museum Pustaka Lontar melihat kondisi museum dan lontar yang ada,” kata Jro Nengah Suarya. Meski nantinya semua lontar dijadikan digitalisasi, bagi yang berniat belajar menulis lontar dan membaca lontar secara baik dan benar bisa tetap datang ke Museum Pustaka Lontar. Sebab di Museum Pustaka Lontar ada pakar lontar yang siap membimbing tata cara menulis dan membaca lontar yang benar yakni I Dewa Gede Catra.
Dijelaskan, kerjasama bukan saja menyangkut tata cara digitalisasi lontar, juga mengenai pengelolaan museum yang baik dan benar agar selalu menarik minat pengunjung. Apalagi Museum Pustaka Lontar jadi satu paket dengan wisata trekking Desa Pakraman Dukuh Penaban. Di Museum Pustaka Lontar juga bisa belajar membaca dan menulis di daun lontar. Hal itu merupakan daya pikat dan tantangan tersendiri buat wisatawan yang datang. “Banyak wisatawan asing yang datang mencoba menulis di daun lontar. Selain belajar membaca aksara Bali, berikut mencermati arti dari setiap bait tulisan tersebut,” jelas Jro Nengah Sudana. *k16
Jro Nengah Suarya didampingi Sekretaris I Nengah Sudana Wirawan mengatakan, kerjasama digitalisasi lontar bertujuan mengamankan seluruh cakepan lontar disalin dalam bentuk digital. Sehingga lebih mudah mempelajari, membaca, dan menyebarluaskan. Museum Pustaka Lontar yang diresmikan pada tanggal 14 November 2017 menyimpan 316 cakep lontar dan 2.517 salinan lontar. Selain menjalin kerjasama dengan ISI Jogjakarta, juga melakukan studi banding mengenai digitalisasi naskah lontar ke Museum Kris Bojo Negoro, Radia Pustaka, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, dan Keraton Solo Hadiningrat.
Tujuannya memudahkan dapat referensi melakukan digitalisasi lontar sehingga semua naskah lontar terselamatkan. “Dalam waktu dekat, utusan dari ISI Jogjakarta akan berkunjung ke Museum Pustaka Lontar melihat kondisi museum dan lontar yang ada,” kata Jro Nengah Suarya. Meski nantinya semua lontar dijadikan digitalisasi, bagi yang berniat belajar menulis lontar dan membaca lontar secara baik dan benar bisa tetap datang ke Museum Pustaka Lontar. Sebab di Museum Pustaka Lontar ada pakar lontar yang siap membimbing tata cara menulis dan membaca lontar yang benar yakni I Dewa Gede Catra.
Dijelaskan, kerjasama bukan saja menyangkut tata cara digitalisasi lontar, juga mengenai pengelolaan museum yang baik dan benar agar selalu menarik minat pengunjung. Apalagi Museum Pustaka Lontar jadi satu paket dengan wisata trekking Desa Pakraman Dukuh Penaban. Di Museum Pustaka Lontar juga bisa belajar membaca dan menulis di daun lontar. Hal itu merupakan daya pikat dan tantangan tersendiri buat wisatawan yang datang. “Banyak wisatawan asing yang datang mencoba menulis di daun lontar. Selain belajar membaca aksara Bali, berikut mencermati arti dari setiap bait tulisan tersebut,” jelas Jro Nengah Sudana. *k16
Komentar