Gagal Selamatkan Diri, Pekak Tewas Terbakar di Kebun Bambu Miliknya
Sebelum meninggal karena terbakar, Gde Sumandra alias pekak Ribut berniat membeli godel untuk bekal hari tua.
Peristiwa Tragis di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Peristiwa tragis dialami Gede Sumandra alias pekak (kakek) Ribut, 78, warga Banjar Dinas/Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dia ditemukan tewas terbakar di kebun bambu miliknya, Sabtu (3/11) sekitar pukul 10.00 Wita. Kebakaran kebun bambu itu terjadi setelah pekak Ribut membakar sampah daun bambu usai dipanen/ada pembeli. Diduga lantaran api cepat membesar dan karena gempuran asap, pekak Ribut tak dapat bertahan. Korban mengalami luka bakar di sejumlah bagian tubuhnya.
Kejadian itu pertama kali diketahui oleh warga setempat, Nyoman Widarta, 35. Saat itu Widarta yang tinggal di seberang kebun bambu melihat kobaran api cukup besar. Widarta yang merasa penasaran langsung mencari asal api dari kebun yang berjarak tak jauh dari rumahnya.
“Saya tak sengaja lihat api dari warung depan rumah di sebelah Barat, kemudian saya mendekat cari tahu sumber apinya, karena sudah membesar,” kata Widarta yang ditemui di lokasi kejadian.
Saat mendekati lokasi kejadian ternyata api bersumber dari kebun bambu milik pekak Ribut. Ketika berada di dekat lokasi kejadian, Widarta selain melihat sejumlah rumput dan pohon bambu hangus terbakar, juga menemukan pekak Ribut tergeletak dalam keadaan tak sadarkan diri dan tubuhnya terbakar.
Widarta segera mencari pertolongan dan melaporkan temuan itu kepada Babinsa dan Babhinkamtibmas untuk mengevakuasi pekak Ribut. Pekak Ribut baru dievakuasi setelah pemadam kebakaran berhasil menjinakkan api. Namun pekak Ribut berhasil dievakuasi sudah dalam keadaan tak bernyawa. Bahkan saat jenazahnya dievakuasi api masih menyala membakar rambut ubannya.
Jenazah pekak Ribut kemudian langsung dibawa ke rumah duka yang berlokasi di atas lembah kebun bambu miliknya, berjarak sekitar 500 meter. Keluarga pekak Ribut sangat terkejut dan belum percaya atas musibah yang menimpa pekak Ribut.
Seperti yang dikatakan anak keempat pekak Ribut, Ketut Suweja, 45, yang ditemui di rumah duka, saat kejadian tak ada yang mengetahui peristiwa tersebut.
Sebelum kejadian, pekak Ribut disebut sempat dilihat menantunya yang juga istri Suweja, Kadek Serining, bersih-bersih di kebunnya dengan membakar ranting dan daun bambu yang habis dipanennya, sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah satu jam melakukan bersih-bersih, Serining sempat mengajak pulang pekak Ribut, namun pekak Ribut tak langsung ikut pulang, malah tetap di kebunnya. Serining akhirnya pulang lebih dulu, tetapi karena ada keperluan ke tempat lain, dia tidak langsung kembali ke rumah. Sekitar pukul 09.30 Wita, saat Serining kembali ke rumah dia tak mendapati pekak Ribut.
“Saya pas kejadian sedang tidak di rumah, tetapi tadi istri saya sempat cari ke kebun karena sebelumnya memang sedang bersih-bersih habis panen bambu karena ada yang beli. Dibilang sama ibu saya sedang ngambil godel (anak sapi). Karena ibu saya juga sudah bingung-bingungan, istri saya cari ke kebun dan sudah didapati terbakar,” kata Suweja.
Pihak keluarga kini sedang merundingkan upacara pemakaman pekak Ribut yang disesuaikan dengan hari baik. Keluarga besar pekak Ribut saat ini baru mempersiapkan sarana upakara untuk nebusin (menjemput roh yang meninggal dengan jalan tak wajar, Red) di lokasi kejadian. Rencananya upacara nebusin dilaksanakan pada Saniscara Paing Ukir, Sabtu (3/11) sore.
Sementara sebelum tragedi mengenaskan itu terjadi, anak dan menantu korban mengaku tak memiliki firasat dan mimpi buruk. Semuanya berjalan seperti biasa. Pekak Ribut dengan usianya yang sudah uzur, masih saja bekerja semampunya, meski anak dan menantunya berulangkali melarangnya.
Hanya saja, sebelum menemui ajal, pekak Ribut berencana membeli seekor anak sapi untuk dipelihara. Dia pun baru saja mengontrakkan kebun yang berisi tanaman cengkih miliknya. Anak sapi yang dipeliharanya nanti direncanakan akan dipakai untuk bekal di hari tua. “Ayah saya memang rencana mau beli godel, tapi belum kesampaian sudah begini,” tutur Suweja yang masih belum percaya ayahnya berpulang ke rumah Tuhan.
Sementara itu Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng baru dapat memadamkan api setelah penanganan tiga jam dengan mengerahkan tiga armada dan menghabiskan enam tangki air. Jajaran kepolisian juga langsung ke lokasi melakukan olah TKP.
Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu I Gede Sumarjaya dikonfirmasi terpisah membenarkan ada kejadian itu. Pihak kepolisian menegaskan bahwa tewasnya pekak Ribut karena terjebak dalam kebakaran lahan miliknya. “Keluarga menerima kejadian itu sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan otopsi,” ungkapnya.
Dari hasil olah TKP, korban diduga terjebak di dalam kobaran api yang cepat membesar karena angin. Polisi juga menemukan bekas menyerupai kaki yang terpeleset di tebing sebelah Timur TKP ditemukannya mayat korban, yang diduga kuat korban sempat bermaksud menyelamatkan diri. Namun diduga lantaran api cepat membesar dan karena gempuran asap, pekak Ribut tak dapat bertahan. Korban pun mengalami luka bakar sekitar 50 persen di sejumlah bagian tubuhnya.
Kobaran api dari kebun bambu itu sempat membuat warga yang bermukim di atas lembah kebun bambu itu panik. Warga khawatir apinya merembet ke rumah mereka. Namun api berhasil dipadamkan oleh petugas damkar. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Peristiwa tragis dialami Gede Sumandra alias pekak (kakek) Ribut, 78, warga Banjar Dinas/Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dia ditemukan tewas terbakar di kebun bambu miliknya, Sabtu (3/11) sekitar pukul 10.00 Wita. Kebakaran kebun bambu itu terjadi setelah pekak Ribut membakar sampah daun bambu usai dipanen/ada pembeli. Diduga lantaran api cepat membesar dan karena gempuran asap, pekak Ribut tak dapat bertahan. Korban mengalami luka bakar di sejumlah bagian tubuhnya.
Kejadian itu pertama kali diketahui oleh warga setempat, Nyoman Widarta, 35. Saat itu Widarta yang tinggal di seberang kebun bambu melihat kobaran api cukup besar. Widarta yang merasa penasaran langsung mencari asal api dari kebun yang berjarak tak jauh dari rumahnya.
“Saya tak sengaja lihat api dari warung depan rumah di sebelah Barat, kemudian saya mendekat cari tahu sumber apinya, karena sudah membesar,” kata Widarta yang ditemui di lokasi kejadian.
Saat mendekati lokasi kejadian ternyata api bersumber dari kebun bambu milik pekak Ribut. Ketika berada di dekat lokasi kejadian, Widarta selain melihat sejumlah rumput dan pohon bambu hangus terbakar, juga menemukan pekak Ribut tergeletak dalam keadaan tak sadarkan diri dan tubuhnya terbakar.
Widarta segera mencari pertolongan dan melaporkan temuan itu kepada Babinsa dan Babhinkamtibmas untuk mengevakuasi pekak Ribut. Pekak Ribut baru dievakuasi setelah pemadam kebakaran berhasil menjinakkan api. Namun pekak Ribut berhasil dievakuasi sudah dalam keadaan tak bernyawa. Bahkan saat jenazahnya dievakuasi api masih menyala membakar rambut ubannya.
Jenazah pekak Ribut kemudian langsung dibawa ke rumah duka yang berlokasi di atas lembah kebun bambu miliknya, berjarak sekitar 500 meter. Keluarga pekak Ribut sangat terkejut dan belum percaya atas musibah yang menimpa pekak Ribut.
Seperti yang dikatakan anak keempat pekak Ribut, Ketut Suweja, 45, yang ditemui di rumah duka, saat kejadian tak ada yang mengetahui peristiwa tersebut.
Sebelum kejadian, pekak Ribut disebut sempat dilihat menantunya yang juga istri Suweja, Kadek Serining, bersih-bersih di kebunnya dengan membakar ranting dan daun bambu yang habis dipanennya, sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah satu jam melakukan bersih-bersih, Serining sempat mengajak pulang pekak Ribut, namun pekak Ribut tak langsung ikut pulang, malah tetap di kebunnya. Serining akhirnya pulang lebih dulu, tetapi karena ada keperluan ke tempat lain, dia tidak langsung kembali ke rumah. Sekitar pukul 09.30 Wita, saat Serining kembali ke rumah dia tak mendapati pekak Ribut.
“Saya pas kejadian sedang tidak di rumah, tetapi tadi istri saya sempat cari ke kebun karena sebelumnya memang sedang bersih-bersih habis panen bambu karena ada yang beli. Dibilang sama ibu saya sedang ngambil godel (anak sapi). Karena ibu saya juga sudah bingung-bingungan, istri saya cari ke kebun dan sudah didapati terbakar,” kata Suweja.
Pihak keluarga kini sedang merundingkan upacara pemakaman pekak Ribut yang disesuaikan dengan hari baik. Keluarga besar pekak Ribut saat ini baru mempersiapkan sarana upakara untuk nebusin (menjemput roh yang meninggal dengan jalan tak wajar, Red) di lokasi kejadian. Rencananya upacara nebusin dilaksanakan pada Saniscara Paing Ukir, Sabtu (3/11) sore.
Sementara sebelum tragedi mengenaskan itu terjadi, anak dan menantu korban mengaku tak memiliki firasat dan mimpi buruk. Semuanya berjalan seperti biasa. Pekak Ribut dengan usianya yang sudah uzur, masih saja bekerja semampunya, meski anak dan menantunya berulangkali melarangnya.
Hanya saja, sebelum menemui ajal, pekak Ribut berencana membeli seekor anak sapi untuk dipelihara. Dia pun baru saja mengontrakkan kebun yang berisi tanaman cengkih miliknya. Anak sapi yang dipeliharanya nanti direncanakan akan dipakai untuk bekal di hari tua. “Ayah saya memang rencana mau beli godel, tapi belum kesampaian sudah begini,” tutur Suweja yang masih belum percaya ayahnya berpulang ke rumah Tuhan.
Sementara itu Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng baru dapat memadamkan api setelah penanganan tiga jam dengan mengerahkan tiga armada dan menghabiskan enam tangki air. Jajaran kepolisian juga langsung ke lokasi melakukan olah TKP.
Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu I Gede Sumarjaya dikonfirmasi terpisah membenarkan ada kejadian itu. Pihak kepolisian menegaskan bahwa tewasnya pekak Ribut karena terjebak dalam kebakaran lahan miliknya. “Keluarga menerima kejadian itu sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan otopsi,” ungkapnya.
Dari hasil olah TKP, korban diduga terjebak di dalam kobaran api yang cepat membesar karena angin. Polisi juga menemukan bekas menyerupai kaki yang terpeleset di tebing sebelah Timur TKP ditemukannya mayat korban, yang diduga kuat korban sempat bermaksud menyelamatkan diri. Namun diduga lantaran api cepat membesar dan karena gempuran asap, pekak Ribut tak dapat bertahan. Korban pun mengalami luka bakar sekitar 50 persen di sejumlah bagian tubuhnya.
Kobaran api dari kebun bambu itu sempat membuat warga yang bermukim di atas lembah kebun bambu itu panik. Warga khawatir apinya merembet ke rumah mereka. Namun api berhasil dipadamkan oleh petugas damkar. *k23
Komentar