Biasa Santap 1 Kg Cabai, Berharap Diundang Deddy Corbuzier
Kebiasaan aneh santap cabai mentah dalam jumlah banyak sudah dilakoni Putu Suartawan sejak usia 10 tahun. Dalam perjalanannya selama 31 tahun kemudian, dia sering ngutang beli cabai ke tetangga manakala harga melambung.
Kisah Putu Suartawan, ‘Manusia Cabai’ dari Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Ada yang luput dari padangan banyak orang saat digelarnya Lomba Peragaan Busana Pecalang se-Buleleng di Gedung Kesenian Gde Manik di Sinaraja, Sabtu (16/4) siang. Di sela-sela menunggu giliran tampil, seorang peserta lomba dari Desa Pakraman Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, I Putu Suartawan, 41, justru unjuk gigi beratraksi makan cabe mentah. Usut punya usut, pecalang berusia 41 tahun ini biasa makan cabe hingga 1 kilogram.
Dalam Lomba Peragaan Busana Pecalang se-Buleleng serangkaian HUT ke-412 Kota Singaraja di Gedung Kesenian Gde Manik, Putu Suartawan mewakili pecalang Desa Pakraman Ularan bersama seorang rekannya. Tiap desa pakraman memang wajib mengutus satu pasang pecalang (2 orang) ke lomba tersebut.
Nah, Sabtu siang sekitar pukul 12.00 Wita, Putu Suartawan awalnya menunggu giliran tampil Peragaan Busana Pecalang bersama pasangannya. Di tengah menunggu itulah, pecalang asal Desa Pakraman Ularan ini beraksi di salah satu pojok areal Gedung Kesenian Gde Manik.
Lalu, Suartawan mengeluarkan 1 kilogram cabai merah dalam bungkusan plastik hitam yang sudah sejak awal dibawa dari rumah, kemudian disantapnya mentah-mentah di hadapan beberapa orang. Dia dibantu salah seorang pecalang untuk teru mengambilkan cabai. Sepahan cabai yang telah dimakan mentah-mentah selanjutnya dioleskan di sekujur wajahnya sebagai masker. Suartawan sama sekali tidak merasakan pedas saat makan cabai dan perih di mata manakala mengoleskan sepahan di wajah.
Aksinya melahap cabai mentah siang itu dilakukan sangat cepat. Hanya dalam waktu 30 meneit, Suartawan mampu menghabiskan 1 kilogram cabai mentah. Semua sepahan cabai setelah airnya ditelan, kemudian dibubuhkan ke wajahnya sebagai masker. Selain wajah, sepahan cabe juga dioleskan ke dada.
Atraksi dadakan yang diperagakan Suartawan kontan mengundang keherannan dan sekaligus decak kagum mereka yang meyaksikannya siang itu. “Ini saya tunjukkan karena kebiasaan saya makan cabe belum banyak orang tahu. Mereka yang tahu kebiasaan saya paling sebatas para tetangga di Desa Ularan,” tutur Suartawan kepada NusaBali.
Suartawan mengisahkan, bebiasaan uniknya makan cabai merah dalam jumlah banyak sudah dilakono selama 31 tahun. Sebab, kebiasaan aneh itu terjadi sejak dirinya berumur 10 tahun. Semua berawal ketiga Suartawan kecil dulu diajak kedua orangtuanya ke kebun. Saat itu, Suartawan melihat beberapa tanaman cabai yang yang sudah berbuah, dengan warna kuning hingga merah yang sangat menggoda. Suartawan kemudian melahap beberapa cabai yang dipetaknya langsung.
Dari situ awalnya, hingga lama kelamaan perilaku memakan cabai mentah dalam jumlah banyak justru menjadi kebiasaan bagi Suartawan. Seiring perjalanan waktu, jumlah cabai yang dimakannya pun semakin banyak. “Memang awalnya ibu saya menanyakan dan heran, karena ketika makan cabai dalam jumlah banyak di kebun, saya tidak merasa kepedasan,” kenang Suartawan.
Menurut Suartawan, sejak pengalaman pertama di kebun itu, dirinya kemudian selalu makan cabai mentah tiap hari. Di meja makan, harus selalu ada cabe mentah, selain sambal yang sejatinya sudah dibuat pedas. Bukan hanya itu, Suartawan juga menjadikan cabai merah sebagai cemilan. Sekali santap, biasanya mencapai belasan cabai merah.
Suartawan mengaku pernah melahap 1 kilogram cabai mentah tanpa berhenti dan minum.
“Kalau saya disuruh makan sekarung cabai pun, rasanya saya siap saja,” tandas anak keempat dari 16 bersaudara keluarga pasangan Jro Mangku Sunatra dan Ni Nyoman Sita ini.
Selama 31 tahun melakoni kebiasaan unik menyantap cabai merah, Suartawan mengaku tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Sistem pencernaan dalam tubuhnya juga normal. Suartawan juga sempat sengaja kontrol ke dokter perihal kebiasaan anehnya.
“Dari hasil pemeriksaan dokter, katanya tidak ada masalah. Kpondii kesehatan saya baik-baik saja, demikian pula sistem pencernaan dalam tubuh saya,” tutur ayah empat anak yang kesehariannya bekerja sebagai petugas security (satpam) di Bendungan Titab, Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Menurut Suartawan, karena kebiasaan aneh makan cabai dalam jumlah yang banyak, tidak jarang dia memaksa istri tercintanya, Ni Ketut Citawati, 40, untuk selalu menyiapkan sepiring cabai setiap saat. Termasuk tatkala harga cabai sedang melonjak tinggi pun, istrinya harus rela rogoh kocek.
Gara-gara kebiasaan anehnya ini, Suartawan mengaku sering ngutang beli cabai di tetangganya yang berjualan sayur mayur. Ngutang beli cabai itu biasanya terjadi tatkala harga cabai sedang melambung tingga, sementara uang dapurnya lagi kering. “Secara ekonomi, hidup keluarga saya kan pas-pasan,” tutur satpam yang hanya mengenyam pendidikan firmal hingga SMP ini.
Suartawan sendiri berharap dengan dipublikasikannya kemampuan anehnya santap cabai mentah dalam jumlah banyak melalui NusaBali, dirinya akan dikenal banyak orang. Harapan selanjutnya, Suartawan bisa diundang tampil mendemonstrasikan kemampuan anehnya di berbagai tempat, hingga punya penghasilan.
Bahkan, Suartawan bercita-cita ingin diundang Deddy Corbuzier untuk tampil memamerkan kemampuannya. “Saya ingin biar dicarikan lawan lomba makan cabai terbanyak, untuk pecahkan rekor Muri,” tutur Suartawan yang selama ini mengaku hanya bergaji Rp 1,5 juta sebulan, sementara sang istri tidak bekerja.
Menurut Suartawan, kemampuannya makan cabai dalam jumlah banyak memang belum banyak diketahui orang. Paling hanya tetangga sekitar Desa Ularan yang tahu. “Banyak sih orang yang menyarankan saya untuk ikut kompetisi semacam pemecah rekor Muri. Tapi, bagaimana caranya, saya tidak tahu,” imbuhnya. 7 k23
1
Komentar