nusabali

Panen Raya, Petani Manggis Jaga Pasar Ekspor

  • www.nusabali.com-panen-raya-petani-manggis-jaga-pasar-ekspor

Petani, pengepul, hingga eksportir diminta menjaga kualitas buah manggis, untuk mempertahankan dan memperluas pasar ekspor.

DENPASAR, NusaBali
Hal tersebut  terkait musim panen raya manggis yang sudah mulai hingga berakhir pada Mei 2019.  Pasokan buah manggis diperkirakan akan melimpah. Karena itulah untuk mempertahankan pasar, menjaga kualitas produk salah satu hal yang pokok.

Harapan tersebut disampaikan Kabid Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan I Wayan Sunarta, terkait musim panen raya manggis, dalam beberapa bulan ke depan. “Jangan nodai pasar yang sudah diperoleh dengan praktik-praktik yang tidak benar. Misalnya produk asal-asalan,” tegas Sunarta, Minggu (4/11).

Dijelaskan, pasar luar negeri atau eskpor saat ini masih dominan ke China. Sejak September lalu, menurut Sunarta sudah sebanyak 1.462 ton yang telah diekspor ke China. Rata-rata pengiriman 60 ton per hari. Semua pengiriman dilakukan lewat cargo udara. “Pasar inilah yang perlu dipelihara dengan tetap menjaga mutu,” kata Sunarta. “Jangan sampai pasar ekspor yang sudah ada, kemudian hilang karena ulah serampangan terhadap produk.”

Kalangan pelaku bisnis hortikultura Bali, mengakui limpahan produksi manggis. “Puncak produksi nanti, November sampai Januari  tahun depan,”  ungkap  I Wayan Sugiarta, seorang  suplier buah.

Suplier  dari Blahkiuh, Badung ini sepakat  untuk menjaga pasar buah Bali, dalam hal ini manggis mutu produk tersebut mesti dijaga. Salah satu upaya menjaga kualitas tersebut dengan melakukan pola sederhana yakni sortiran.

Dikatakan Sugiarta, ada dua jenis atau kualifikasi dalam produksi buah manggis untuk ekspor. Pertama kualitas super, harganya Rp 31.000 per kilogram di tingkat petani. Sedang kualitas second atau kedua, dengan harga Rp 11.000 per kilogram. “Memang terjadi disparitas yang cukup tinggi,” jelas Sugiarta, yang juga Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali.

Dikatakan Sugiarta, ada 7 buyer asal China yang datang langsung memborong manggis Bali untuk dikirim ke China. Penyortiran dilakukan di sejumlah packing house yang ada di Bali. “Dilakukan dua kali sortiran. Pertama dari supplier, yang kedua oleh buyer di packing house,” jelas Sugiarta.

Dua kali sortiran inilah menurut Sugiarta, perlu disederhanakan.  Menurutnya, cukup sekali sortiran saja di packing house, sehingga bisa mengurangi biaya produksi. “ Inilah yang perlu lagi ditata ke depan,” tandas Sugiarta. *k17

Komentar