Siswa Kelas Minggu di Padangan Belajar Bikin Pupuk Organik Cair
Siswa kelas Minggu di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan belajar membuat pupuk organik cair.
TABANAN, NusaBali
Pupuk yang diolah dengan mesin tersebut belum diperjualbelikan, melainkan hanya dipakai di sekitaran kebun kelas Minggu. Untuk diketahui, kelas Minggu ini digagas pertama kali oleh Perbekel Desa Padangan I Wayan Wardita. Pengajar sekolah Minggu adalah istri Wardita, Rudi Asmawati, dibantu oleh Sekaa Teruna Desa Padangan. Kelas Minggu ini diikuti murid dari SDN 1 Padangan mulai dari kelas 1 hingga kelas VI, namun tidak wajib.
Dibuatnya kelas Minggu ini tiada lain untuk membentuk kemandirian siswa. Sebab di kelas Minggu diajarkan praktek tanam menanam, membuat kerajinan dari barang bekas. Bahkan juga diajarkan pekerjaan rumah seperti cara menyetrika, melipat baju, mencuci piring, dan menyapu. Arahnya supaya bisa mandiri dan membantu orangtua, sehingga bisa meringankan pekerjaan di rumah masing-masing.
Wardita menjelaskan, pupuk organik cair diajarkan di kelas Minggu, supaya siswa paham akan manfaat sampah organik. Sehingga apabila ada sampah yang berserakan, siswa bersangkutan bisa memungut dan mengumpulkan. “Artinya ketika ada sampah mereka tidak abai melainkan sigap,” ujarnya, Minggu (4/11).
Kata dia, para murid kelas Minggu diajarkan membuat pupuk organik cair dari para relawan yang diajak bekerjasama, misalnya sekaa teruna yang ada di Desa Padangan. Sedangkan untuk alat pembuatannya, dia dibantu oleh rekanan pihak hotel. “Kami buat pupuk cair sudah sebulan,” imbuhnya.
Namun, menurut Wardita, produk pupuk cair yang diinisiator pertama kali oleh istrinya Rudi Asmawati, tidak diperjualbelikan. Melainkan hanya digunakan di kebun kelas Minggu. Terbukti pupuk tersebut membuat tanaman yang ada menjadi subur. “Dan anak-anak sangat menikmati, sehingga kami para pengajar dari relawan sangat senang,” akunya.
Dia menambahkan siswa kelas Minggu juga bergerak memerangi sampah plastik. Setiap awal bulan rutin dilakukan pemungutan sampah plastik di sekitaran Desa Padangan. Sampah plastik yang sudah dikumpul nantinya akan dipilah, yang berguna dijual sedangkan yang tidak berguna dibuang ke TPA yang ada di Desa Padangan.
Bahkan, tak hanya siswa yang bergerak memerangi sampah. Ibu PKK Desa Padangan juga dijadwalkan memungut sampah setiap pertengahan bulan. Tujuannya untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Serta membuat mereka selalu sadar akan bahaya sampah plastik jika tidak ditangani. “Terpenting adalah membentuk mental bersih dalam membangun Desa Padangan. Minimal ke depan nanti mereka terbiasa menanggulangi sampah secara mandiri, tidak diatur-atur lagi,” tandas Wardita. Menurutnya, maksud kelas Minggu karena kelas tersebut dibuka tiap hari Minggu. *de
Pupuk yang diolah dengan mesin tersebut belum diperjualbelikan, melainkan hanya dipakai di sekitaran kebun kelas Minggu. Untuk diketahui, kelas Minggu ini digagas pertama kali oleh Perbekel Desa Padangan I Wayan Wardita. Pengajar sekolah Minggu adalah istri Wardita, Rudi Asmawati, dibantu oleh Sekaa Teruna Desa Padangan. Kelas Minggu ini diikuti murid dari SDN 1 Padangan mulai dari kelas 1 hingga kelas VI, namun tidak wajib.
Dibuatnya kelas Minggu ini tiada lain untuk membentuk kemandirian siswa. Sebab di kelas Minggu diajarkan praktek tanam menanam, membuat kerajinan dari barang bekas. Bahkan juga diajarkan pekerjaan rumah seperti cara menyetrika, melipat baju, mencuci piring, dan menyapu. Arahnya supaya bisa mandiri dan membantu orangtua, sehingga bisa meringankan pekerjaan di rumah masing-masing.
Wardita menjelaskan, pupuk organik cair diajarkan di kelas Minggu, supaya siswa paham akan manfaat sampah organik. Sehingga apabila ada sampah yang berserakan, siswa bersangkutan bisa memungut dan mengumpulkan. “Artinya ketika ada sampah mereka tidak abai melainkan sigap,” ujarnya, Minggu (4/11).
Kata dia, para murid kelas Minggu diajarkan membuat pupuk organik cair dari para relawan yang diajak bekerjasama, misalnya sekaa teruna yang ada di Desa Padangan. Sedangkan untuk alat pembuatannya, dia dibantu oleh rekanan pihak hotel. “Kami buat pupuk cair sudah sebulan,” imbuhnya.
Namun, menurut Wardita, produk pupuk cair yang diinisiator pertama kali oleh istrinya Rudi Asmawati, tidak diperjualbelikan. Melainkan hanya digunakan di kebun kelas Minggu. Terbukti pupuk tersebut membuat tanaman yang ada menjadi subur. “Dan anak-anak sangat menikmati, sehingga kami para pengajar dari relawan sangat senang,” akunya.
Dia menambahkan siswa kelas Minggu juga bergerak memerangi sampah plastik. Setiap awal bulan rutin dilakukan pemungutan sampah plastik di sekitaran Desa Padangan. Sampah plastik yang sudah dikumpul nantinya akan dipilah, yang berguna dijual sedangkan yang tidak berguna dibuang ke TPA yang ada di Desa Padangan.
Bahkan, tak hanya siswa yang bergerak memerangi sampah. Ibu PKK Desa Padangan juga dijadwalkan memungut sampah setiap pertengahan bulan. Tujuannya untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Serta membuat mereka selalu sadar akan bahaya sampah plastik jika tidak ditangani. “Terpenting adalah membentuk mental bersih dalam membangun Desa Padangan. Minimal ke depan nanti mereka terbiasa menanggulangi sampah secara mandiri, tidak diatur-atur lagi,” tandas Wardita. Menurutnya, maksud kelas Minggu karena kelas tersebut dibuka tiap hari Minggu. *de
Komentar